Fakta Autisme pada Anak yang Mama Jarang Tahu
Autisme tidak dapat disembuhkan, namun bisa dikurangi!
30 April 2024
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Dalam dunia yang berisi individu yang berbeda-beda, setiap anak terlahir dengan keunikan dan tantangannya masing-masing. Di tengah keberagaman ini, anak yang memiliki autisme menjadi salah satu tantangan sendiri
Anak yang memiliki autisme ditandai dengan gangguan fungsi sosial dan komunikasi. Meski banyak orang menganggap autisme merupakan masalah dan tantangan yang kompleks dihadapi, namun jika orangtua langsung sigap menangani si Anak, maka gejala autisme tersebut dapat diminimalisir.
Kali ini, Popmama.com akan mengajak Mama mengenal lebih jauh autisme dalam fakta autisme pada anak yang Mama jarang tahu.
1. Autisme belum belum diketahui penyebabnya
Autisme adalah gangguan perkembangan yang kompleks yang mempengaruhi cara seseorang berinteraksi dengan orang lain, memproses informasi, dan memahami dunia sekitarnya.
Meskipun telah banyak penelitian yang dilakukan, penyebab pasti autisme masih belum dapat dipastikan.
Hal ini juga diutarakan oleh Dokter Spesialis Anak Konsultan Neurologi, Prof. Dr. dr. Hardiono D. Pusponegoro, SpA(K) pada Kamis (25/04/2024).
“Kalau mau mencari sebabnya, nggak bakal dapat. Penelitian belasan ribu tiap tahun tidak ketemu juga,” jelas Prof. Hardiono.
Editors' Pick
2. Autisme tidak dapat sembuh, namun bisa diterapi
Selain penyebab autisme yang belum diketahui, autisme juga belum dapat disembuhkan secara permanen. Namun, autisme dapat di minimalisir gejalanya dan ditutupi, sehingga anak akan tumbuh dengan normal.
“Autisme tidak dapat sembuh. Namun, gejala autisme mungkin tidak akan kelihatan lagi,” jelas Prof. Hardiono.
Terlebih lagi, satu-satunya langkah dalam meminimalisir autisme pada anak adalah melalui terapi. Terapi cepat dan tepat akan membantu anak autis untuk dapat berkomunikasi dan berbicara.
“Dalam usia 18 bulan kalau sudah didiagnosis dan diterapi, maka autisme pada anak dapat tidak terlihat. Namun, usia 5 tahun sudah susah kalau mau diterapi. Bisa diterapi, tapi kemungkinannya lebih kecil,” jelas Prof. Hardiono