Tantrum pada anak merupakan salah satu tantangan yang kerap dihadapi oleh orangtua di berbagai tahap perkembangan anak. Tantrum seringkali disertai dengan jeritan, tangisan, dan perilaku yang sulit dikendalikan.
Ketika anak tantrum maka ini jadi momen yang cukup menantang dan melelahkan bagi orangtua. Namun, tahukah Mama jika tantrum merupakan hal yang normal bagi anak dan bagian dari tahap perkembangan si Kecil?
Kali ini, Popmama.com akan membahas tantrum pada anak secara mendalam dalamtantrum pada anak, bagian dari tumbuh kembangnya. Semoga setelah ini Mama tidak salah kaprah lagi ya dalam penanganannya.
1. Apa itu tantrum?
Pexels/KeiraBurton
Tantrum merupakan ledakan perilaku yang mencerminkan respon ketidakaturan terhadap rasa frustasi anak berupa tindakan yang ekstrim dan tidak menyenangkan yang tidak sesuai dengan situasi.
Tantrum umumnya terjadi pada anak dari usia 18 bulan - 4 tahun. Lama anak tantrum tergantung juga pada usianaya. Semakin besar usia anak, maka durasi tantrumnya juga bisa tambah lama.
Hal ini juga didukung oleh pernyataan DR. Dr. I Gusti Ayu Trisna Windiani, Sp.A(K) pada Selasa (23/03/2024). “Jika dilihat dari menitnya, semakin muda usia anak maka durasi tantrum akan semakin sebentar sekitar 2 menit. Sementara 4 tahun bisa 5 menit. Jadi, semakin besar anaknya, makin pintar untuk melakukan tantrum,” jelas dr. I Gusti Ayu.
Editors' Pick
2. Dua Jenis tantrum pada anak
huffpost.com
Tantrum memang bagian dari perkembangan anak. Namun, apa yang terjadi jika anak tetap tantrum meski sudah lewat batas usianya? Tantrum sendiri memiliki 2 jenis yaitu temper tantrum normal dan temper tantrum abnormal.
USIA Tantrum normal: 12 bulan sampai 4 tahun. Tantrum abnormal: Berlanjut setelah usia 4 tahun.
PERILAKU Tantrum normal: Menangis, menjatuhkan diri ke lantai, mendorong, menggigit Tantrum abnormal: Melukai diri sendiri dan orang lain.
DURASI Tantrum normal: Sampai 15 menit. Tantrum abnormal: Lebih dari 15 menit.
FREKUENSI Tantrum normal: Kurang dari 5 kali perhari. Tantrum abnormal: Lebih dari 5 kali perhari.
MOOD Tantrum normal: Kembali normal diantara kejadian tantrum. Tantrum abnormal: Mood tetap negatif diantara kejadian tantrum.
3. Faktor-faktor penyebab tantrum pada anak
cubbycare.com
Penyebab tantrum pada anak beragam dan dapat bersumber. Berikut adalah 3 penyebab anak tantrum yang mungkin Mama belum pernah ketahui.
1. Kondisi fisiologis dan kesehatan anak
Kondisi fisiologis anak seperti lapar, lelah, atau bosan dapat menyebabkan anak menjadi tantrum. Selain itu, anak dengan masalah-masalah kesehatan dapat menyebabkannya menjadi tantrum seperti adanya infeksi atau gangguan tidur.
“Fungsi fisiologis anak bisa menyebabkannya tantrum. Atau ketika anak sakit dan memiliki masalah-masalah kesehatan,” jelas dr. I Gusti Ayu.
2. Anak menginginkan sesuatu
Bisa jadi, si Anak tantrum karena menginginkan atau menolak sesuatu. Terlebih lagi, mungkin si anak mengalami perubahan mood, apalagi anak kecil belum memiliki keterampilan.
“Ketika anak asik bermain game, kemudian diminta untuk berhenti mendadak maka akan terjadi perubahan mood pada anak. Sehingga, anak yang belum memiliki keterampilan coping dapat menjadi tantrum,” tambah dr. I Gusti Ayu.
3. Anak ABK
Anak dengan kebutuhan khusus dapat menjadi tantrum. Anak dengan gangguan ADHD, disabilitas intelektual, atau gangguan bahasa dapat menjadi tantrum karena mereka tidak dapat menyampaikan apa yang mereka alami dengan baik.
“Anak ABK seringkali menjadi tantrum karena dia tidak mampu menyampaikan apa yang ingin dia katakan dengan baik,” jelas dr. I Gusti Ayu.
4. Pola asuh
Pola asuh dari orangtua dapat menjadi faktor penyebab anak menjadi tantrum. Orangtua dengan masalah kesehatan juga dapat menjadi faktornya.
“Anak yang diasuh dengan pola asuh otoriter, permisif, atau dicuekin orangtua atau peraturan yang tidak konsisten dapat menyebabkan anak menjadi tantrum,” jelas dr. I Gusti Ayu.
5. Paparan gadget terlalu lama
Paparan gadget lebih dari 20 menit per hari pada anak dapat menyebabkannya mudah tantrum.
“Penelitian baru disebutkan lama bermain gadget dapat berpengaruh pada temper tantrum Paparan gadget yang terlalu lama akan merubah perilaku anak dan akan ada gangguan konsentrasi anak yang menyebabkan fungsi pada otak,” jelas dr. I Gusti Ayu.
4. Cara mengatasi tantrum pada anak
Freepik
Berikut adalah beberapa cara mengatasi tantrum anak yang terlanjur tantrum.
1. Tetap tenang
Ketika anak tantrum, orangtua harus tetap tenang dan jangan ikut berteriak seperti yang anak lakukan. “Kalau kita berteriak, maka anak akan meningkatkan kekuatan tantrumnya. Jadi harus tenang dulu,” jelas dr. I Gusti Ayu.
2. Alihkan perhatian anak
Mama dan Papa dapat “meninggalkan” anak selagi menunggu si Anak berhenti tantrum. “Jadi diberikan timeout. Kasi dia (anak yang tantrum) untuk mengeluarkan energinya,” jelas dr. I Gusti Ayu.
3. Jangan menyerah pada permintaan anak
Jangan mudah tergoyah pada keinginan anak. Mama dan Papa harus tegas dan jangan langsung menuruti keinginan si Anak yang lagi tantrum. “Jangan mudah tergoyah, Dalam pikiran anak, anak akan ingat apa yang harus dilakukannya agar keinginannya tercapai,” tambah dr. I Gusti Ayu.
5. Cara mencegah tantrum pada anak
Freepik/karlyukav
Mencegah sebaiknya dilakukan sebelum si anak benar-benar menjadi tantrum. Berikut adalah 4 langkah mencegah anak yang tantrum.
1. Adanya komunikasi yang baik
Orangtua harus dapat membangun komunikasi yang baik dengan anak. Hindari berdebat dan berteriak di depan anak.
“Ketika anak tantrum, jangan dibalas tantrum. Atau jika suami istri berdebat jangan dilakukan di depan anak,” jelas dr. I Gusti Ayu.
2. Perhatikan yang dilakukan anak
Perhatikan selalu apa yang dilakukan anak dan beri perhatian positif. Orangtua harus mengerti kebutuhan anak.
3. Jadilah pendengar yang baik
Orangtua harus dapat mendengar kebutuhan anaknya. Berikan anak kesempatan untuk berbagi perasaan dan didengarkan.
“Melalui perasaan anak yang didengarkan, ia akan bisa mengerti dirinya dan belajar intrapersonal,” jelas dr. I Gusti Ayu.
4. Buat rutinitas yang konsisten
Rutinitas adalah bagian disiplin seperti makan dan tidur. Rutinitas ini harus dilakukan secara konsisten.
"Walaupun hari libur, rutinitas ini harus dilakukan secara rutin dan konsisten,” jelas dr. I Gusti Ayu.
Nah, tadi adalah penjelasan dalam mengenai tantrum pada anak, bagian dari tumbuh kembangnya. Dalam menyikapi hal ini, orangtua perlu membentuk lingkungan dan didikan yang tepat agar anak tidak mudah tantrum dan dapat berperiklaku baik.