Bolehkah Anak Balita Makan Ketan Hitam?
Memberikan anak bubur ketan hitam katanya berbahaya, benar tidak ya?
11 Oktober 2021
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Ketan hitam merupakan salah satu makanan yang sering kita temui sehari-hari. Makanan ini dibuat dan diolah menjadi beragam jenis menu yang lezat, contohnya seperti bubur ketan hitam.
Beberapa makanan olahan ketan hitam dapat diberikan pada anak balita. Namun beberapa mengatakan bahwa mengonsumsi ketan hitam berbahaya bagi si Kecil, khususnya karena dapat menyebabkan perut mereka panas.
Di masa pertumbuhan anak, penting sekali bagi Mama mengenali makanan apa saja yang dapat anak konsumsi dan menghindari makanan yang berbahaya.
Sebelum memberikan ketan hitam kepada anak balita, ada baiknya kamu mengetahu manfaat, bahayanya, dan usia yang tepat.
Jika Mama mempertanyakan bolehkah balita makan ketan hitam, temukan pembahasan lengkapnya di Popmama.com.
1. Bolehkah anak balita makan ketan hitam?
Di usia 6 bulan ke bawah, jenis makanan yang tepat bagi anak balita hanyalah ASI dan susu formula. Memasuk masa MPASI mereka sebenarnya boleh dikenalkan dengan beragam jenis makanan baru, namun tidak ketan hitam. Padahal ketan adalah sejenis biji-bijian serealia yang memiliki kandungan dan tekstur mirip dengan beras.
Ketan memang termasuk biji-bijian, namun ia rendah zat besi dan zinc, sehingga tidak cocok bagi pencernaan si Kecil. Ketan sendiri mengandung gluten, sehingga tidak aman bagi balita yang memiliki gangguan autoimun akibat konsumsi gluten atau penyakit celiac.
Editors' Pick
2. Bahaya memberikan anak ketan hitam
Ada beberapa bahaya yang mungkin diakibatkan oleh ketan hitam bagi anak balita. Mengutip dari thenewhumanitarian.org, mengonsumsi ketan dapat menyebabkan gangguan gastro-intestinal, malnutrisi, bahkan defisiensi imun.
Ketan hitam sendiri memiliki tekstur yang keras dan lengket sehingga mudah menyebabkan si Kecil tersedak. Kandungan zat pati beras ketan lebih padat dibanding beras putih akan membuat bayi kenyang lebih lama. Namun memaksa usus untuk bekerja lebih keras mencernanya. Dalam jangka waktu lama ini dapat memicu diare atau reaksi asam lambung.