Ini Ma, Alasan Pentingnya Mengetahui Berat Badan Ideal Anak
Mama perlu mendukung berat ideal si Kecil untuk tumbuh kembangnya
1 Februari 2019
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Masalah anak dengan berat badan kurang hingga kini masih menjadi tantangan di Indonesia. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan satu dari lima anak Indonesia mengalami berat badan kurang.
Jika kondisi ini terjadi pada anak dalam usia tumbuh kembang dan tidak segera diintervensi, maka anak dengan berat badan tidak ideal terancam menjadi wasting (gizi kurang), bahkan stunting (tubuh kerdil).
Keluarga, khususnya orang tua, perlu mencermati kondisi berat badan dan tinggi badan anak dan memberikan asupan gizi yang sesuai dengan kebutuhan setiap tahap usia mereka sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang dengan optimal.
Berdasarkan data Riskesdas 2018, presentase underweight (berat badan kurang) dan severe underweight (berat badan sangat kurang) pada kelompok balita di Indonesia mencapai 17,7%.
Data tersebut menunjukkan bahwa angka anak yang menderita kekurangan gizi di Indonesia ternyata masih tinggi di atas angka ambang batas yang ditetapkan badan kesehatan dunia (WHO) yaitu 10%.
Walau berat badan kurang adalah kondisi yang serius dan perlu segera ditangani, sayangnya banyak orang tua belum menyadari bahwa tubuh anak yang tampak kurus membutuhkan perhatian dan penanganan yang khusus.
Dalam acara "Bicara Gizi NUB: Dukung Orangtua Capai Berat Badan Ideal Anak" bersama Nutricia pada 29 Januari 2019 di Jakarta, DR. Dr. Conny Tanjung, Sp.A(K) menjelaskan, "Masalah stunting memiliki dampak buruk terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak baik jangka pendek maupun panjang."
Status gizi kurang merupakan salah satu permasalahan pertumbuhan yang mengacu pada kondisi berat badan yang ideal menurut tinggi badan. Kondisi ini dapat diakibatkan oleh asupan gizi yang kurang, penyakit kronis, masalah kesulitan makan, praktik pemberian makan yang salah dan ketidaktahuan orangtua.
Berikut penjelasan lebih lengkap yang telah Popmama.com rangkum tentang pentingnya berat badan ideal bagi tumbuh kembang anak.
1. Dampak jika anak memiliki berat badan di bawah normal
Ada dampak yang ditimbulkan jika anak mengalami penurunan berat badan yang terus-menerus dan tidak diperhatikan oleh para orangtua. Dampak itu dibagi dua yakni dampak jangka pendek dan dampak jangka panjang.
Dampak jangka pendek:
- Meningkatnya angka morbiditas
- Meningkatnya angka mortalitas (kematian)
- Mengganggu tumbuh kembang
Dampak jangka panjang:
- Stunting
- Penurunan performa kerja
- Penuruna IQ
- Adanya masalah reproduksi
- Terganggunya kesehatan secara umum
Dampak yang terjadi ketika berat badan anak menurun yaitu diawali dengan perlambatan pertumbuhan (growth faltering), weisting dan dalam jangka panjangnya menyebabkan kekerdilan (stunting) pada tubuh si Anak.
Editors' Pick
2. Faktor yang berperan membuat turunnya berat badan anak
Ada beberapa faktor yang berperan dalam menyebabkan turunnya berat badan anak hingga berdampak pada stunting di antaranya:
- Tidak memberi ASI eksklusif
- Pemberian MPASI yang buruk
- Air, sanitasi, dan kehigienisan yang buruk yang berhubungan dengan diare
- Infeksi berulang
- Masalah polusi
- Stimulasi dan asuhan bayi yang buruk
- Depresi pada sang Mama
Orangtua diminta untuk tidak berdiam jika si Anak mengalami gejala faktor tersebut.
3. Mengatasi dengan pemantauan pertumbuhan
Mengatasi gangguan berat badan yang anak alami bisa dengan melakukan pengawasan dan pemantauan terhadap perkembangan fisiknya.
Misalnya dengan melakukan penimbangan berat badan, pengukuran panjang badan atau tinggi badan untuk anak di atas 2 tahun, pengukuran lingkar kepala untuk mengetahui perkembangan dari otak yang dilakukan setiap sebulan sekali bagi anak di bawah satu tahun, dua bulan sekali untuk anak di atas setahun. Biasanya dalam tiga tahun pertumbuh anak tidak terlalu pesat.
4. Rekomendasi WHO
WHO merekomendasikan pada orangtua untuk menjaga berat badan si Kecil tetap idelal dan tidak mengalami penurunan berat yakni dengan:
- Inisiasi menyusui dini (<1 jam lahir)
- ASI eksklusif selama 6 bulan
- Makanan pendamping ASI diberikan di usia 6 bulan sambil melanjutkan pemberian ASI
- Berikan MPASI dengan tepat dan benar
5. Komponen yang harus ada pada makanan
Ada banyak komponen yang harus dipenuhi dalam nutrisi untuk si Kecil. Ini agar si Kecil mendapatkan gizi yang cukup dan seimbang guna perkembangannya.
Komponen yang harus ada pada makananya antara lain.
- Kelompok karbohidrat: Makanan berkarbohidrat mengandung energi, nutrisi, dan serat. Jenis makanan ini umumnya digemari oleh anak-anak, yaitu roti, sereal, kentang, ubi, nasi, maupun pasta.
- Kelompok protein hewani dan ikan: Anak-anak membutuhkan asupan protein dan zat besi yang tinggi selama masa pertumbuhan. Coba untuk mengenalkan anak Mama pada makanan berprotein tinggi setidaknya satu porsi dalam sehari seperti daging, ikan, dan telur.
- Kelompok bahan makanan mengandung susu: Susu segar dan produk olahan susu lainnya yang berlemak tinggi adalah sumber utama kalsium. Ini berfungsi untuk menunjang pertumbuhan dan kesehatan tulang dan gigi anak. Produk-produk ini juga kaya akan vitamin A yang membantu tubuh untuk melawan infeksi dan dibutuhkan untuk kesehatan kulit dan mata.
- Kelompok kacang-kacangan: Kacang-kacangan seperti buncis, dan kacang polong ini kaya akan protein, zat besi dan omega 3 yang sangat penting bagi si Kecil.
- Kelompok buah dan sayur: Sayur dan buah-buahan kaya akan vitamin, mineral, dan serat. Penting untuk mengenalkan berbagai macam sayuran dan buah-buahan sedini mungkin pada si Kecil.
- Lemak: Kelompok ini sebaiknya diberikan untuk melengkapi, bukan menggantikan makanan dari kelompok lain. Yang termasuk kelompok ini adalah sumber lemak yang berupa minyak seperti minyak zaitun, minyak sayur, minyak kedelai, mentega serta margarin. Lemak dan minyak memberikan energi, asam lemak omega 3 dan 6, dan vitamin A, E dan D.
Kondisi berat badan kurang pada balita akan menyebabkan berbagai dampak yang merugikan baik dalam jangka pendek, maupun jangka panjang.
Risikonya antara lain, penurunan sistem kekebalan tubuh sehingga rentan terhadap penyakit, anak tidak tumbuh optimal dan cenderung tumbuh pendek, serta gangguan perkembangan otak dan fisik seperti gangguan daya pikir hingga interaksi sosial, serta berbagai penyakit degeneratif.
Sayangnya, kesadaran masyarakat untuk memantau berat badan dan tinggi badan anak secara rutin cukup rendah karena nyatanya selama tahun 2018 baru sekitar 54,6% anak balita yang dibawa ke fasilitas kesehatan untuk ditimbang dan diukur tinggi sesuai standar, yaitu paling sedikit 8 kali dalam setahun sebagai upaya deteksi dini gangguan pertumbuhan.
Faktanya, Indonesia menduduki peringkat ke-5 stunting di dunia. Oleh karena itu, para orangtua di Indonesia harus mulai sadar akan pentingnya tumbuh kembang optimal pada anak.
Untuk mencapai tumbuh kembang optimal memerlukan 3 faktor utama, yaitu faktor genetik dari Mama dan Papa, faktor lingkungan yang berasal dari stimulasi, kasih sayang, pendidikan, serta imunisasi dan faktor ketiga yakni nutrisi.
Nutrisi merupakan salah satu faktor penting dalam tumbuh kembang anak. Pastikan kecukupan nutrisi sejak awal kehidupan atau 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) yang dimulai dari saat ibu hamil, Ibu menyusui, dan usia anak 0-23 bulan. Hal ini bertujuan untuk mendukung masa depan anak.
Baca juga: Ini Dampak Negatif Bila Berat Badan Bayi Kurang dari Normal
Baca juga: Mama Harus Tahu! Ini 5 Hal yang Mempengaruhi Berat Badan Ideal Bayi
Baca juga: Ayo Cek, Kenaikan Berat Badan Bayi Sesuai dengan Usianya Belum?