Mama Perlu Tahu, Cara Mendidik Anak untuk Mengenali Identitas Gender
Penting agar anak dapat menjaga dan menghargai area pribadinya
28 Mei 2021
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Selain mengenalkan jenis kelamin pada anak, orangtua juga perlu mengajari si Kecil mengenai identitas gender. Berbeda pada jenis kelamin yang membahas tentang organ seksual, seperti laki-laki dan perempuan.
Identitas gender mangacu pada sikap, perilaku, atau peran anak sesuai dengan jenis kelamin yang dimilikinya. Dengan tujuan mengedukasi sehingga anak dapat menjaga dan menghargai dirinya sendiri, Ma.
Lebih lanjut, berikut Popmama.com jelaskan cara mendidik anak tentang identitas gender sejak dini. Dikutip dari pernyataan Dr. Eva Devita Harmoniati, Sp.A (K), selaku Ketua Satgas Perlindungan Anak Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Editors' Pick
1. Mengapa edukasi identitas gender itu penting?
Pengetahuan dan pemahaman anak terhadap identitas gender yang menyangkut perilaku serta peran sesuai jenis kelaminnya ini penting. Mengingat identitas adalah hak bagi setiap anak yang perlu dipenuhi.
"Jadi, penting sekali untuk anak mendapatkan idengitas sebagai haknya. Selain itu, identitas gender penting agar anak paham mengenai peran dan tanggung jawabnya," jelas Dr. Eva Devita.
Identitas gender juga bertujuan untuk menerapkan pemahaman pada anak-anak mengenai cara menjaga dan menghargai area privasinya. Jadi, anak dapat terhindar dari bahaya orang lain yang ingin melihat atau menyentuh area privasinya, Ma.
2. Pilih waktu yang tepat untuk mengajarkan identitas gender, Ma
Memberikan edukasi tentang identitas gender pada si Kecil sebaiknya dilakukan sejak dini. Lalu, kapan sebaiknya waktu yang tepat untuk mengajari anak mengenai identitas gender?
"Memperkenalkan identitas gender pada anak paling awal, yaitu di usia 15–18 bulan. Tergantung pada kesiapan seorang anak. Namun, biasanya pada usia tersebut, seharusnya orangtua sudah mengenalkan anak tentang anggota tubuhnya," jelas Dr. Eva Devita Harmoniati, Sp.A(K).
Misalnya, dengan mengenalkan anggota tubuh secara umum, seperti mata, hidung, atau mulut. Kemudian, Mama dan Papa bisa mengenalkan anggota tubuh lain, seperti vagina sebagai alat kelamin perempuan dan penis sebagai alat kelamin laki-laki.
"Kemudian, pada usia 2–3 tahun biasanya anak-anak akan mulai penasaran dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kritis. Misalnya, pertanyaan mengenai alat kelamin yang berbeda antara perempuan dan laki-laki. Berangkat dari hal tersebut, orangtua pun dapat menjelaskan lebih jauh dan mengenalkan anak pada identitas gender," tambahnya.
Mama bisa menjelaskannya dari hal-hal dasar, seperti fungsi penis pada laki-laki atau fungsi vagina dan payudara pada perempuan. Dengan menggunakan bahasa yang sederhana sehingga mudah dipahami buah hati.
"Nanti, semakin anak tumbuh besar atau biasanya pada usia pra sekolah, orangtua mulai mengarahkan pada pengenalan identitas gender. Misalnya, kalau anak perempuan biasanya memiliki rambut panjang, mengenakan rok, atau bermain boneka. Sedangkan pada anak laki-laki bermain mobil, tembak-tembakkan, atau bola," lanjut Dr. Eva Devita.
Kemudian, pada masa sekolah atau usia 6–8tahun, anak-anak semakin besar rasa keingin tahuannya. Orangtua perlu siap menjawab dengan jujur dan sebaiknya gunakan bahasa yang mudah dipahami.
Dr. Eva Devita menegaskan bahwa usia bukan salah satu tolok ukur orangtua dalam memberikan edukasi identitas gender. "Intinya, pilihlah waktu yang tepat, yaitu ketika anak siap dan paham dengan apa yang orangtua sampaikan. Tepatnya, ketika anak sudah mulai bicara dan mengerti cara berkomunikasi. Jadi, lihat dari kesiapan bahasa dan komunikasi terlebih dahulu."
3. Cara mendidik anak tentang identitas gender
Mengenalkan identitas gender pada anak-anak perlu proses sehingga orangtua butuh terus belajar dan bersabar. Baik Mama dan Papa, keduanya bertanggungjawab dalam mengedukasi si Kecil tentang identitas gender ini.
Selain mengedukasi melalui lisan dengan berbicara langsung pada anak, orangtua juga dapat mengenalkan identitas gender dalam beberapa cara, yaitu:
Pola asuh
Dengan memberi contoh dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, Mama berpakaian mengenakan rok dengan warna-warna cerah, seperti pink, kuning, atau ungu selayaknya anak perempuan.
Buku cerita
Mama dapat mengajarkan anak-anak tentang identitas gender melalui buku cerita. Misalnya, menceritakan peran laki-laki dewasa yang bertugas sebagai kepala keluarga dan harus bekerja untuk menafkahi keluarga. Atau tentang perempuan dewasa yang berperan sebagai Ibu Rumah Tangga sehingga memiliki tugas mengasuh anak-anak dan mengerjakan pekerjaan rumah.
Permainan
Permainan juga dapat dimanfaatkan untuk mengajari anak tentang identitas gender. Misalnya, dengan mengajak anak perempuan Mama untuk bermain peran (roleplay) menjadi Ibu dewasa yang perlu menyusui dan mengasuh anak.
"Jadi, memberi pemahaman identitas gender tidak harus melalui diskusi tatap muka. Namun, bisa juga dengan cara yang lebih menyenangkan bagi anak-anak. Boleh dari buku cerita atau permainan, sesuaikan dengan kenyamanan anak. Hal paling pentingnya adalah anak dapat mengerti akan pesan yang disampaikan," kata Dr. Eva Devita.
Itulah beberapa informasi yang perlu Mama ketahui tentang memberikan edukasi identitas gender pada anak sejak dini. Identitas gender menjadi hal penting agar anak terhindar dari perilaku tidak diinginkan. Yuk, mulai sejak dini, Ma!
Baca juga:
- 4 Jenis Pola Asuh yang Populer dan Dampaknya pada Anak
- 5 Alasan Anak Berani Melawan Orangtua dengan Pola Asuh Otoriter
- 5 Akibat dari Pola Asuh yang Salah Bisa Merusak Kesehatan Mental Anak