Ketika anak berteriak, seringkali hal tersebut menjadi tantangan tersendiri bagi orangtua.
Suara keras yang tiba-tiba bisa memancing emosi, terutama jika situasi sedang tidak mendukung, seperti di tempat umum atau saat sedang lelah.
Namun, penting untuk memahami bahwa berteriak adalah cara anak mengekspresikan perasaan yang sulit mereka ungkapkan.
Sebagai orangtua, tugas Mama adalah menjadi pemandu emosi bagi anak, membantu mereka belajar cara yang lebih baik untuk mengekspresikan diri.
Memahami langkah-langkah bijak yang dapat dilakukan, sehingga anak merasa dimengerti dan suasana menjadi lebih tenang, tanpa perlu menggunakan kata-kata yang memicu reaksi negatif merupakan hal penting bagi orangtua.
Berikut Popmama.com rangkum apa yang harus Mama katakan ketika anak berteriak.
1. Tunjukkan pengertian seperti “Mama paham kamu marah”
happyyouhappyfamily.com
Ketika anak berteriak, mereka sedang mencoba mengekspresikan perasaan yang mungkin belum bisa mereka ungkapkan dengan kata-kata.
Mengatakan, “Mama paham kamu marah” menunjukkan bahwa Mama memahami emosi mereka. Ini membuat anak merasa didengar dan dihargai.
Empati seperti ini membangun kepercayaan antara orangtua dan anak serta mengurangi intensitas emosinya.
Anak juga belajar bahwa marah adalah perasaan yang wajar, tetapi cara mengungkapkannya bisa lebih baik.
Dengan pengertian ini, Mama membuka ruang untuk diskusi lebih lanjut tanpa memicu reaksi negatif lainnya, seperti teriakan yang lebih keras atau tantrum.
2. Jangan mengatakan “Berhenti berteriak!”
Freepik
Memerintahkan anak untuk berhenti berteriak hanya akan membuat mereka merasa tidak dimengerti.
Ketika Mama berkata, “Berhenti berteriak!” anak mungkin merasa emosi mereka tidak penting.
Hal ini bisa memperburuk situasi karena anak akan semakin frustasi dan mencari cara lain untuk menarik perhatian, seperti menangis lebih keras.
Sebaliknya, gunakan kalimat positif seperti, “Mama ingin mendengar apa yang kamu rasakan, tapi bicara pelan-pelan ya.”
Kalimat ini mengarahkan mereka untuk berbicara dengan tenang tanpa menolak perasaan mereka.
Anak akan lebih kooperatif jika mereka merasa dihormati dan dimotivasi untuk menyesuaikan perilakunya.
Editors' Pick
3. Coba berbicara dengan nada Lembut pada anak
Freepik
Nada lembut memberikan efek menenangkan pada anak yang sedang berteriak.
Ketika Mama berbicara dengan suara yang lembut dan sabar, anak akan lebih mudah merespons.
Nada suara orangtua yang keras seringkali dianggap sebagai ancaman oleh anak, yang memicu reaksi defensif, seperti berteriak lebih keras atau menangis.
Sebaliknya, suara lembut mencerminkan ketenangan yang bisa ditiru anak.
Misalnya, ucapkan dengan lembut, “Mama di sini, ayo kita bicara baik-baik.”
Dengan cara ini, Mama tidak hanya meredakan emosi anak, tetapi juga mengajarkan bagaimana cara berbicara yang lebih baik.
4. Berbicara dengan pelan sehingga anak bisa mengerti
Freepik/jcomp
Berbicara pelan membantu anak memahami apa yang Mama sampaikan, terutama ketika mereka dalam kondisi emosional.
Anak yang sedang berteriak seringkali tidak mampu memproses informasi dengan cepat.
Dengan berbicara perlahan dan menggunakan kata-kata sederhana, anak dapat mengikuti dan merasa lebih nyaman.
Misalnya, katakan, “Mama tahu kamu kesal karena mainannya diambil, tapi kita bisa bicarakan solusinya.”
Gaya komunikasi ini membantu anak mengontrol emosinya karena mereka merasa situasinya lebih mudah dikelola.
Selain itu, bicara pelan mengurangi potensi kesalahpahaman yang bisa memperburuk suasana.
5. Berikan jeda setiap Ingin memberikan nasihat
huffpost.com
Memberikan nasihat secara terus-menerus saat anak berteriak seringkali tidak efektif.
Anak butuh waktu untuk memproses apa yang mereka dengar.
Dengan memberikan jeda, Mama memberi mereka ruang untuk berpikir, memahami emosi, dan merespons secara lebih baik.
Misalnya, setelah Mama berkata, “Mama tahu kamu marah, ayo kita cari cara yang baik untuk bicara,” beri waktu beberapa detik sebelum melanjutkan.
Ini juga mencegah anak merasa kewalahan dengan informasi yang diberikan sekaligus.
Jeda memungkinkan suasana lebih tenang sehingga anak lebih siap menerima nasihat yang Mama berikan.
6. Pahami bahwa anak tidak memiliki kemampuan dalam mengelola emosi
Freepik/user15285612
Anak-anak, terutama balita, belum memiliki kemampuan matang untuk mengelola emosi mereka.
Ketika mereka marah atau frustasi, berteriak adalah cara alami untuk meluapkan perasaan tersebut.
Mama perlu memahami bahwa ini adalah bagian dari proses belajar anak.
Alih-alih memarahi, Mama sebaiknya membantu anak mengenali emosi mereka dan mengajarkan cara mengekspresikannya dengan tepat.
Misalnya, Mama bisa mengatakan, “Mama tahu kamu kesal, tapi coba bilang apa yang kamu mau dengan suara pelan.”
Dengan membimbing mereka secara konsisten, anak akan belajar mengelola emosinya secara perlahan.
7. Jika Mama berbicara pelan, anak akan perlahan mengikuti
Freepik/Racool_studio
Anak cenderung meniru perilaku orangtuanya, termasuk cara berbicara.
Jika Mama berbicara dengan nada tinggi, anak mungkin akan melakukan hal yang sama.
Sebaliknya, jika Mama berbicara pelan dan tenang, anak akan meniru dan menurunkan volume suaranya.
Proses ini mungkin membutuhkan waktu, tetapi konsistensi adalah kuncinya.
Contohkan cara berbicara yang tenang dan tunjukkan bagaimana Mama menghadapi situasi dengan sabar.
Dengan pendekatan ini, anak belajar bahwa mereka tidak perlu berteriak untuk didengar.
Lambat laun, suasana komunikasi dalam keluarga menjadi lebih harmonis.
Dengan mengetahui apa yang harus Mama katakan ketika anak berteriak, Mama bisa menghadapi situasi ini dengan lebih mudah.