Cara Mengajarkan Balita Disiplin Tanpa Harus Berteriak
Tips penting saat Mama menjalani WFH dan bersama si Kecil selama 24 jam setiap hari
15 April 2020
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Sejak aturan di rumah saja berlaku, sudah berapa kali si Kecil menguji kesabaran Mama?
Ya, pandemi virus corona membuat semua anggota keluarga wajib tinggal di rumah saja. Bahkan, Mama dan Papa juga harus menjalani work from home (WFH).
Di satu sisi, rasanya senang karena bisa bersama anak balita yang sedang lucu-lucunya. Polah tingkah si Kecil kerap mengundang tawa dan gemas.
Begitu ia mulai berulah, kepala Mama terasa mau pecah.
Belum lagi online meeting, pekerjaan kantor, hingga urusan rumah juga menuntut perhatian.
Kalau sudah begitu buyar sudah upaya mengajarkan disiplin pada anak balita di rumah.
Ketika kesabaran Mama menipis, jurus pamungkas pun muncul adalah berteriak. Namun, emosi sesaat itu justru membuat Mama menyesal sepanjang hari.
Mama tak sendirian kok.
Berhadapan dengan balita tak selalu mudah, terlebih jika ia sedang tantrum, frustrasi, atau melanggar kesepakatan.
Kabar baiknya, Popmama.com punya tips bagaimana mengajarkan disiplin pada anak balita tanpa harus berteriak. Seperti dilansir dari New York Times, berikut tips terbaik yang bisa Mama lakukan.
1. Pakai positive reinforcement
Dr. Aaron E. Carroll, profesor pediatri di Indiana University School of Medicine menyatakan, saat anak berperilaku benar, jangan ragu memuji anak.
Cara ini mengirimkan pesan bagi anak bahwa Mama menaruh perhatian lebih besar pada perilaku baiknya.
Kalau Mama lebih sering marah saat ia berperilaku buruk dan jarang memuji, anak belajar bahwa cara tercepat menarik perhatian Mama adalah berperilaku buruk.
Tak mau hal itu terjadi kan, Ma?
Editors' Pick
2. Konsisten adalah kunci
Sementara, Dr. Nia Heard-Garris, spesialis anak dari Ann & Robert H. Lurie Children’s Hospital of Chicago, mengungkapkan bahwa standar perilaku penting dimiliki semua orang yang terlibat dalam pengasuhan anak.
Contoh, sehari-hari si Kecil juga diasuh kakek nenek.
Maka, Mama perlu mengajak diskusi kakek nenek soal aturan di rumah, termasuk mana yang boleh dan tidak boleh dilakukan anak.
Mama dan Papa juga harus satu suara saat berhadapan dengan anak. Perbedaan aturan antara orang tua dan kakek nenek bisa membuat anak bingung.
Malah, tak jarang si Kecil pintar membaca situasi.
Saat ia ingin makan makanan manis misalnya. Tahu Mama tidak akan mengizinkan, ia akan berlari ke nenek untuk minta hal sama karena tahu pasti nenek tak kuasa menolaknya.
Itu baru satu aturan, Ma. Bagaimana kalau semua aturan itu saling berbenturan?
Bukan disiplin yang didapat, malah si kecil bingung ikut aturan mana. Atau malah anak jadi manja dan harus terpenuhi semua keinginannya.