Waspada Penyakit Monkeypox atau Cacar Monyet Lebih Berbahaya pada Anak
Terjadinya pemanasan global membuat banyak penyakit baru muncul
20 Mei 2022
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengeluarkan peringatan mengerikan terkait kasus Monkeypox mematikan yang dikonfirmasi di Inggris.
Sementara itu Badan Keamanan Kesehatan Inggris (UKHSA) mengatakan bahwa kasus monkeypox yang terdeteksi di London dan Inggris Timur Laut, tidak memiliki hubungan yang diketahui dengan 3 infeksi sebelumnya.
Apa itu monkeypox pada anak dan gejalanya? Berikut ini Popmama.com sudah merangkum informasi terbaru tentang penyakit monkeypox atau cacar monyet. Yuk disimak!
Editors' Pick
1. Penyakit cacar yang ditularkan hewan
Monkeypox atau biasa disebut cacar monyet kali pertama diidentifikasi oleh para ilmuwan Denmark pada 1958 yang menyebar di antara monyet kera pemakan kepiting di penangkaran. Penyakit ini merupakan virus dalam keluarga orthopoxvirus.
Virus lain dalam keluarga yang sama termasuk diantaranya sebagai vaccinia yang disebut sebagai cacar sapi, dan variola yang disebut cacar.
Monkeypox telah ditemukan pada sejumlah hewan, termasuk beberapa jenis monyet dan hewan pengerat lainnya.
Virus ini juga dapat menyebar ke manusia, namun manusia bukanlah penyebab utama keberadaan virus ini. Selain itu, masa inkubasi virus ini dapat berlangsung selama 5 hingga 21 hari setelah infeksi.
Namun saat gejalanya muncul, terdapat tanda seperti demam, sakit kepala, nyeri otot, hingga lesi klasik yang menyebar ke seluruh kulit, berisi nanah dan kemudian pecah.
Berbeda dengan cacar, Monkeypox juga dapat membuat kelenjar getah bening membengkak. Gejalanya pun dapat bertahan selama lebih dari empat minggu sebelum pemulihan, namun sering hilang setelah dua minggu.
2. Sudah ada sejak tahun 1970
Kasus monkeypox pada manusia kali pertama diidentifikasi di Republik Demokratik Kongo pada 1970. Sejak saat itu, ribuan kasus telah dilacak di beberapa negara Afrika lainnya, termasuk Kamerun, Republik Afrika Tengah, Pantai Gading, Gabon, Liberia, Nigeria, Republik Kongo dan Sierra Leone.
Berdasarkan informasi yang didapat dari World Health Organization (WHO), varian Monkeypox yang berbeda memiliki virulensi yang berbeda.
Di Republik Demokratik Kongo, virus ini diperkirakan memiliki tingkat kematian mencapai 10 persen, sementara di Afrika Barat hanya menyebabkan kematian pada 1 persen dari mereka yang terinfeksi.
Berbeda dengan banyak penyakit lainnya, anak-anak mengalami gejala yang lebih buruk dan tingkat kematian yang lebih tinggi dibandingkan orang dewasa.
3. Pengobatan monkeypox
Saat ini, tidak ada perawatan khusus yang tersedia untuk infeksi monkeypox, tetapi wabah monkeypox dapat dikendalikan.
Vaksin cacar, cidofovir, ST-246, dan Vaccinia Immune Globulin (VIG) dapat digunakan untuk mengendalikan wabah monkeypox.
Panduan Centers for Disease Control (CDC) dikembangkan dengan menggunakan informasi terbaik yang tersedia tentang manfaat dan risiko vaksinasi cacar dan penggunaan obat untuk pencegahan dan pengelolaan monkeypox dan infeksi orthopoxvirus lainnya.
Satu vaksin, JYNNEOSTM (juga dikenal sebagai Imvamune atau Imvanex), telah dilisensikan di Amerika Serikat untuk mencegah monkeypox dan cacar.
Karena virus monkeypox berkaitan erat dengan virus penyebab cacar, vaksin cacar juga dapat melindungi orang dari monkeypox.
Data sebelumnya yang didapat dari Afrika menunjukkan bahwa vaksin cacar setidaknya 85% efektif dalam mencegah cacar monyet.
Efektivitas JYNNEOSTM terhadap monkeypox disimpulkan dari studi klinis tentang imunogenisitas JYNNEOS dan data kemanjuran dari penelitian pada hewan. Para ahli juga percaya bahwa vaksinasi setelah paparan cacar monyet dapat membantu mencegah penyakit atau membuatnya kurang parah.
Itulah informasi terbaru mengenai monkeypox atau cacar monyet. Selalu jaga kesehatan anak sekeluarga ya, Ma!
Baca Juga:
- Waspada Cacar Monyet, Inggris Laporkan Tiga Kasus Baru
- Cacar Air pada Anak: Gejala, Penyebab, dan Pengobatan
- 7 Fakta tentang Cacar Air pada Anak