Kenali Gejala dan Cara Mencegah DBD pada Anak
Sedang musim penyakit DBD, tangani sebelum terlambat ya Ma!
10 Juni 2020
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Musim hujan mulai tiba! Ini saatnya Mama dan keluarga bersiap menghadapi berbagai hal yang tak terduga, salah satunya penyakit yang kerap terjadi saat musim hujan. Seperti influenza dampai demam berdarah.
DBD (Demam Berdarah Dengue) atau yang lebih populer disebut demam berdarah merupakan salah penyakit yang memiliki risiko kematian tertinggi di Asia Tenggara, termasuk Indonesia.
Penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang dibawa oleh nyamuk Aedes aegypti ini justru paling sering menyerang anak-anak dan balita.
Seperti tak mengenal musim, penyakit ini bisa datang kapan saja tanpa kita kira. Untuk mencegah anak dan keluarga terserang DBD, ketahui gejala dan bagaimana cara mencegah DBD, yuk!
Editors' Pick
1. Gejala yang ditimbulkan
Kasus DBD kini kian mewabah terutama ketika datang musim penghujan. Selain itu, lingkungan yang kotor juga menjadi salah satu penyebab terjadinya DBD. Sebelum terlambat, cermati gejala DBD pada anak berikut ini:
Gejala penyakit DBD ringan:
- Demam tanpa diikuti oleh gejala penyakit lainnya.
- Anak akan merasa pusing.
- Nyeri pada tulang, otot dan sendi. Gejala ini umumnya muncul setelah 4 hingga 7 hari pasca digigit nyamuk penyebab demam berdarah.
- Sementara gejala lain yang mungkin muncul adalah adanya bintik merah atau ruam di sekujur tubuh anak. Hal ini disebabkan virus dengue menyerang sistem pembekuan darah di dalam tubuh.
Gejala penyakit DBD yang parah:
- Timbul gejala yang sama pada DBD ringan.
- Mimisan dan muntah darah berwarna hitam akibat kebocoran pembuluh darah serta penurunan jumlah trombosit yang cukup drastis.
Jika Mama menemukan gejala-gejala tersebut pada anak, maka sebaiknya segera periksakan ke dokter.
Biasanya dokter akan menganjurkan cek darah untuk memastikan jumlah trombosit yang menjadi faktor utama saat menegakkan diagnosa.
2. Bagaimana mengobatinya?
Hingga saat ini tim dokter belum menemukan obat khusus untuk menghilangkan virus DBD, serta tidak ada penanganan khusus terhadap penyakit ini.
Dokter biasanya akan memberikan parasetamol untuk menurunkan demam serta meredakan nyeri tubuh.
Pastikan anak mendapat cairan yang cukup untuk menghindari terjadinya dehidrasi serta makan makanan yang bernutrisi demi mempercepat proses pemulihan.
Dokter biasanya akan menganjurkan anak untuk rawat inap apabila kondisi tubuh anak terlihat lemas dan jumlah trombosit yang menurun drastis.
Oleh sebab itu, sangat penting untuk menjaga asupan cairan agar anak tidak dehidrasi.
3. Cegah DBD sejak dini
Pencegahan penyakit DBD biasanya dilakukan dengan penyemprotan atau fogging untuk memberantas berkembang biaknya nyamuk Aedes aegypti. Namun, ada beberapa cara mudah yang bisa Mama lakukan di rumah.
- Sebaiknya kuras bak mandi sedikitnya seminggu sekali untuk mencegah nyamuk betina berkembang biak di sekitar dinding bak air mandi bersih. Selain itu, pastikan Mama membersihkan perabot rumah yang menampung genangan air, seperti ember, pot bunga atau wadah penampungan lainnya.
- Pasang kasa nyamuk di tiap lubang angin dan jendela di rumah untuk mencegah masuknya nyamuk dari luar.
- Hindari menumpuk barang atau menggantung pakaian terlalu banyak. Sebab nyamuk menyukai aroma tubuh manusia sehingga tumpukan pakaian menjadi tempat favorit bagi nyamuk.
- Jika perlu, semprot cairan antiserangga di tiap kamar, atau oleskan lotion anti nyamuk pada anak sebelum tidur. Cara ini cukup efektif untuk menghindari gigitan nyamuk selama si kecil tidur.
Jangan sepelekan demam pada anak ya, Ma. Karena bisa jadi demam merupakan gejala awal dari virus demam berdarah. Segera periksakan ke dokter apabila terdapat gejala dbd pada anak.
Baca juga:
- 7 Cara Alami Atasi Demam Pada si Kecil
- 5 Cara Pencegahan Anak Terkena Demam Berdarah Dengue (DBD)
- Perbedaan Demam karena Chikungunya dan DBD pada Anak