Jenis-Jenis Terapi Okupasi Anak untuk Maksimalkan Fungsional Tubuh
Perawatan ini bertujuan memaksimalkan fungsional tubuh si Kecil sehingga menunjang aktivitas harian
6 September 2023
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Terapi okupasi merupakan jenis perawatan dari tenaga profesional kepada anak -anak ataupun orang dewasa yang mengalami kesulitan dalam menjalankan aktivitas sehari-hari.
Latihan-latihan yang diberikan bertujuan meningkatkan kemandirian si Kecil sehingga dapat melakukan berbagai kegiatan tanpa bantuan Mama, Papa, maupun orang lain. Lebih lanjut, anak pun bisa ikut berpartisipasi dan bersosialisasi di masyarakat.
Dikutip RSUD Mardi Waluyo Blitar terdapat tiga jenis okupasi terapi, yaitu sensori integrasi, terapi perilaku (behavior therapy), dan sensory training. Alhasil, terapi okupasi ini bertujuan guna menangani masalah keterampilan si Kecil.
Mulai dari cara merawat diri, kemampuan sensorik (kasar dan halus), kemampuan motorik (kasar dan halus), kemampuan persepsi, kepekaan tubuh terhadap diri sendiri, serta kemampuan visual. Layanan terapi okupasi ini tersedia di rumah sakit maupun klinik.
Umumnya, terapi okupasi diberikan pada anak yang mengalami masalah tumbuh kembang, attention deficit hyperactivity disorder (ADHD), autisme atau autism spectrum disorder (ASD), down syndrome, gangguan kognitif dan gangguan belajar.
Popmama.com akan mengulas ragam terapi okupasi anak. Simak penjelasannya di bawah ini, ya!
1. Melukis dan mewarnai
Selain dapat meningkatkan daya kreativitas atau untuk mengisi waktu luang, melukis dan mewarnai dimanfaatkan pula sebagai terapi okupasi. Dilansir WestSide Children's Therapy, aktivitas ini bermanfaat meningkatkan motorik halus, melatih kekuatan tangan, mengajarkan untuk fokus, serta membiasakan supaya dapat duduk lama di dekat meja.
Terapi ini dilakukan dengan cara yang menyenangkan bagi si Kecil. Misalnya menoleransi tangan mereka yang berantakan atau kotor karena bermain cat, krayon, ataupun pensil warna. Penguatan motorik halus terlatih berkat mereka menggenggam kuas, krayon, atau pensil.
Terapis juga akan menyuruh si Kecil untuk mengubah posisinya saat proses melukis. Mulai dari berbaring hingga tengkurap yang tujuannya melatih kekuatan punggung. Perpindahan posisi ini juga membantu anak-anak mengembangkan keterampilan visual dan vestibular.
2. Halang rintang
Jenis terapi okupasi selanjutnya adalah menggunakan halang rintang. Halang rintang ini layaknya sarana arena bermain (playground). Latihan ini menargetkan anak untuk memperkuat otot tangan dan kaki, mampu mengikuti arahan dengan baik, koordinasi motorik, kesadaran tubuh, serta regulasi sensorik.
Halang rintang juga bisa membantu si Kecil melatih keterampilan sosialnya. Caranya dengan melibatkan pasien anak lain dalam satu sesi latihan. Para terapis pun kerap memodifikasi kegiatan untuk menciptakan “tantangan yang tepat” sesuai kebutuhan anak.
Anak akan diminta untuk menggunakan halang rintang yang tersedia, seperti naik-turun tangga, menjaga keseimbangan di lintasan yang tersedia, bergelantungan, lompat di trampolin, hingga memanjat tebing. Lakukan satu aktivitas secara berulang supaya anak terbiasa.
Editors' Pick
3. Latihan keseimbangan dan kontrol tubuh menggunakan skuter
Papan skuter jadi terapi okupasi yang paling populer yang berguna meningkatkan kekuatan dan koordinasi anak. Manfaat lain dari main papan skuter sebagai latihan okupasi adalah mengambangkan motorik halus dan kemampuan mengontrol postur tubuh.
Dari latihan ini anak diharapkan mampu menggerakkan tubuh sesuai dengan kebutuhan. Dengan menggabungkan aktivitas fungsional lainnya ke dalam tugas papan skuter, terapis dapat menargetkan keterampilan fungsi eksekutif seperti mengurutkan/mengikuti arahan, memori, perhatian, dan sebagainya.
Keterampilan yang diperoleh dari aktivitas papan skuter seperti posisi duduk di meja ketika si Kecil nanti bersekolah. Dimana ia bisa duduk dengan tegap selama proses belajar. Sehingga meminimalisir anak duduk bungkuk (kifosis), skoliosis, maupun lordosis. Selain itu, duduk ketika makan maupun berpakaian.
4. Asah koordinasi si Kecil memakai ayunan
Cara lain dalam terapi okupasi yang bertujuan mengasah kemampuan koordinasi anak dapat dilakukan dengan memanfaatkan ayunan lho. Perawatan ini memerlukan juga sekitar 6-7 wadah kosong serta bola kecil.
Selanjutnya, anak diposisikan berbaring di ayunan dan menghadap lantai. Taruh wadah-wadah tersebut dengan jarak 1-2 meter di sekeliling ayunan. Suruh anak bergerak dari posisinya untuk memasukkan satu bola di setiap wadah.
Dikutip Harkla, aktivitas ini fungsinya guna meningkatkan kesadaran tubuh, keterampilan persepsi visual, koordinasi, dan kekuatan otot.
5. Gunakan klip video untuk asah keterampilan perspektif anak
Klip atau tayangan video ternyata jadi kegiatan yang dilakukan saat melakukan terapi okupasi untuk anak lho. Khususnya bagi si Kecil yang mengalami gangguan keterampilan perspektif. Biasanya mereka sulit untuk memahami apa yang dirasakan dan dipikirkan orang lain.
Caranya adalah dengan menonton video bersama lalu sang Terapis akan membantu menjelaskan jalan cerita, perasaan setiap karakter, serta apa yang mereka pikirkan. Dengan begitu berguna memperkenalkan emosi dan perspektif yang berbeda.
Hal ini bisa Mama support dengan membiasakan bercerita sebelum tidur untuk mempertajam kemampuan visual si Kecil. Melansir NAPA Centre, momen membacakan cerita sebelum tidur memberi kesempatan pada anak untuk mengembangkan keterampilan bermain imajinatif mereka, meningkatkan perhatian dan konsentrasi.
Pilihlah buku sesuai usia, minat, ataupun tokoh kartun favorit anak agar ia lebih tertarik mendengarkan Mama mendongeng.
6. Mengenal berbagai tekstur melalui wadah sensorik
Kemampuan sensorik melalui terapi okupasi dilakukan lebih diprioritaskan untuk anak-anak penderita autisme atau ASD. Tujuannya untuk melatih sensitifitas si Kecil terhadap tekstur benda yang berbeda-beda.
Ini jadi cara menyenangkan untuk memperkenalkan anak berbagai pengalaman sentuhan. Kegiatan tersebut dapat pula meningkatkan keterampilan persepsi visual, bahasa, dan keterampilan motorik halus.
Wadah sensorik berisi kumpulkan barang-barang dengan tekstur yang berbeda-beda dan masukkan ke dalam wadah. Barangnya mungkin termasuk bola kapas, beras atau kacang-kacangan mentah, pasir, koin, dan lain-lain.
7. Membuat termometer emosi sebagai sarana mengidentifikasi perasaan anak
Termometer emosi bertujuan untuk mengenali perasaan si Kecil. Anak penderita autisme akan kesulitan dalam mengidentifikasi perasaannya. Termometer emosi dapat menjadi alat visual untuk membantu mereka menyampaikan apa yang dirasakan kepada orang lain.
Buat termometer 3-5 level yang emosi mulai dari happy sampai angry. Misalnya, angka 1 mungkin benar-benar tenang dan angka 3 mungkin mulai merasa frustasi. Ajak anak untuk mewarnai dan menghias bersama termometer emosi ini untuk menambah motivasi, keterampilan motorik halus, dan keterampilan persepsi visual.
Nah, demikian ulasan tentang jenis-jenis terapi okupasi anak guna memperbaiki maupun meningkatkan skill. Setiap kemampuan si Kecil perlu dimaksimalkan supaya ia bisa mencapai milestone dengan baik. Keterampilan ini juga membantu anak untuk menjalani kegiatan sehari-hari dengan lancar.
Baca Juga:
- Apa Itu Terapi Okupasi (Occupational Therapist) dan Bagaimana Caranya?
- Terapi Okupasi yang Membuat Anak Menjadi Lebih Mandiri
- 7 Kegiatan Anak untuk Mengasah Kecerdasan Sensorik dan Motorik