Tanpa Disadari, 5 Kebiasaan Orangtua Ini Bisa Mempermalukan Anak
Berusahalah untuk tidak memarahi anak di depan umum
21 November 2023
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Apakah Mama pernah mendengar istilah child shaming?
Di mana kondisi ini orangtua suka mempermalukan anak. Biasanya shaming child ini kerap kali dilakukan secara sadar atau pun tidak.
Ya, sebagian orangtua gemar membentak anaknya sebagai pembenaran diri sendiri dan tidak ingin merasa malu dihadapan banyak orang jika mereka berperilaku yang tidak diharapkan.
Namun, pernahkah Mama bayangkan bagaimana perasaan si Kecil?
Padahal sikap seperti itu bisa berisiko mengganggu psikis anak. Coba cek, tanpa disadari 5 kebiasaan orangtua ini bisa mempermalukan anak. Berikut rangkumannya dari Popmama.com.
1. Memarahi anak di depan umum untuk menerapkan kedisplinan
Dalam beberapa kondisi, orangtua memang lebih sulit mengendalikan emosi saat si Kecil melanggar peraturan ketika di tempat umum.
Namun perasaan yang tidak dihargai oleh orangtua, dapat menimbulkan luka yang mendalam dan menjadi trauma pada sang anak.
Sebenarnya menerapkan disiplin sangatlah bagus untuk mengajarkannya keteraturan.
Tapi sebaiknya jangan sampai keterlaluan. Disiplin yang terlalu ketat hingga bersikap keras bukan pada tempatnya malah menjadi bumerang bagi si Kecil.
Editors' Pick
2. Menjelekkan pilihan anak membuat mereka malu pada dirinya sendiri
Dampak buruk dari child shaming sebenarnya hampir mirip dengan bullying. Salah satu kebiasaan orangtua yang tak disadari ialah tidak menghargai pilihan anak.
Bahkan kerap kali mendandani anak sesuai selera dan kesukaan Mama. Ketika ia memiliki suatu pilihan, Mama malah meremehkan pilihan sang anak yang membuat mereka malu pada dirinya sendiri.
Padahal anak-anak bukanlah boneka yang bisa digonta-ganti kostumnya, sehingga mengabaikan pilihan sesuai keinginannya.
Sementara menilai pilihan hanya dari sudut pandang orangtua bisa membuat ia merasa tertekan, takut dan malah tidak belajar dari pengalaman.
Sebaiknya jangan langsung menjelekkan dan menolak pilihannya secara mentah-mentah, karena sejatinya anak memiliki kebebasan dalam memilih.