Berikan 5 Permainan Positif Ini untuk Anak yang Hiperaktif
Bermain Lego membuat anak menghargai setiap karya seni
16 September 2021
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Anak hiperaktif adalah anak yang mengalami gangguan tingkah laku tidak normal.
Hal ini disebabkan disfungsi neurologia, di mana memiliki gejala yang tidak mampu memusatkan perhatian.
Adanya gangguan pada sang anak, artinya tentu memerlukan penanganan khusus. Apalagi anak hiperaktif punya stamina luar biasa dan seolah tidak mengenal kata lelah.
Ketika anak mulai merasa cemas akan sesuatu hal dan terlihat lebih agresif, cobalah memberikan 5 permainan positif ini untuk menyalurkan keingintahuannya. Berikut informasi selengkapnya dari Popmama.com.
1. Bermain di luar rumah mengurangi tingkat kecemasan
Menjaga agar anak tetap sibuk yakni membiarkan mereka melakukan sesuatu di luar rumah, ini dapat membantu mengurangi tingkat kecemasan pada anak hiperaktif.
Pasalnya, anak hiperaktif mudah bosan. Di mana anak hiperaktif biasanya tidak bisa duduk diam dalam jangka waktu yang lama.
Jadi cobalah mengajak ia bermain di luar rumah atau di tanah lapang dan membebaskannya melakukan apa saja sesuka hati seperti lari-larian, loncat-loncatan maupun teriak-teriak tanpa batasan.
Selain menyenangkan, kegiatan tersebut membuat sang anak mendapatkan vitamin D dari paparan sinar matahari pagi. Tentunya vitamin D memainkan peran penting dalam perkembangan tulang dan sistem kekebalan tubuh.
Editors' Pick
2. Bermain lego membuat anak mengenal konsep dasar
Lego menjadi salah satu mainan anak yang terkenal di seluruh penjuru dunia.
Ya, Lego mainan yang sangat menyenangkan ini dapat mengembangkan berbagai keterampilan anak-anak.
Saat anak hiperaktif membuat bangunan dari Lego, maka ia akan mengenal konsep dasar mengenai bentuk, warna hingga kemampuan menelaah ruang.
Selain itu, tanpa sadar anak hendak membangun konsep yang akan dibuatnya di dalam otak. Pada saat inilah logika mereka diasah, yakni untuk mencari strategi bagaimana merealisasikan konsep yang dibuatnya melalui susunan balok Lego.
3. Bermain puzzle membantu meningkatkan konsentrasi anak
Sebenarnya, anak-anak yang mempunyai gangguan hiperaktif memang cenderung memiliki kesulitan untuk berkonsentrasi.
Anak-anak yang mengalami gangguan hiperaktif sebaiknya diberi kegiatan positif seperti bermain puzzle.
Melalui puzzle ia akan menyusun gambar yang diacak terlebih dahulu. Tentu permainan ini membuat ia penasaran dan ingin mencoba menyusun potongan-potongan kecil hingga menjadi gambar utuh.
Selain membantu meningkatkan konsentrasinya, bermain puzzle dapat melatih koordinasi tangan dan mata pada anak. Kedua hal tersebut sangat baik bagi anak hiperaktif.
4. Bermain dengan binatang anak jadi lebih tenang
Sebaiknya anak hiperaktif diajak bermain dengan binatang peliharaan. Di mana kegiatan ini untuk menstimulus sikap disiplin, rasa kasih sayang dan perhatian.
Bahkan anak hiperaktif yang berinteraksi dengan binatang peliharaan di rumah bisa memberikan dukungan emosional dan membantu menjaga kesehatan mentalnya dalam jangka panjang.
Mereka pun akan menjalankan tanggung jawab saat memelihara binatang peliharaan seperti memandikan, memberi makan hingga membersihkan kandang secara rutin.
Tentu rutinitas tersebut dapat menyalurkan energi berlebih pada diri anak, sehingga ia bisa menjadi lebih tenang dan kalem.
5. Bermain tenis dapat melepaskan kemarahan anak
Olahraga dapat menawarkan sejumlah manfaat sosial dan perilaku anak hiperaktif. Ya, olahraga membantu meningkatkan kadar dopamin dan norepinefrin di otaknya.
Olahraga yang tepat untuk anak hiperaktif yaitu olahraga individu seperti berenang atau tenis. Kedua jenis olahraga ini mengelola gejala hiperaktif pada anak dengan membuatnya tetap fokus dan disiplin.
Bahkan mereka akan berkembang ketika bersaing melawan diri mereka sendiri untuk menguasai keterampilan baru.
Ditambah lagi, memukul bola tenis bisa menjadi cara yang bagus bagi anak hiperaktif untuk melepaskan kemarahan yang dirasakannya.
Selain mengajak anak melakukan kelima kegiatan di atas, cobalah meminta bantuan guru atau psikolog untuk menuntun mereka agar dapat berperilaku sosial yang benar.
Baca juga:
- Berikan 5 Pilihan Mainan Ini untuk Anak Autism Spectrum Disorder
- Mengenalkan Kegiatan Manasik Haji dalam Islam pada Anak TK
- 5 Tips Mengisi Kegiatan Positif Anak Saat Pandemi untuk Usia 4-5 Tahun