Agar Dekat dengan Anak, Hindari Kesalahan Komunikasi Ini
Komunikasi dengan anak harus dilakukan dengan hati-hati
27 Oktober 2019
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Komunikasi didefinisikan sebagai proses pertukaran informasi yang dilakukan antara dua orang atau lebih. Keberadaan proses ini sangat penting bagi kehidupan manusia.
Dengan melakukan proses komunikasi, seseorang akan terhubung dengan orang lainnya.
Bahkan, melalui komunikasi lah seseorang bisa membangun kedekatan dengan orang lain.
Meski demikian, komunikasi adalah pedang bermata dua. Disamping bisa membantu seseorang membangun kedekatan dengan orang lain, ia juga bisa membuat seseorang salah paham bahkan berselisih dengan orang lain.
Oleh karena itu, Mama tentu setuju bahwa komunikasi tidak boleh dilakukan dengan sembarangan.
Nah, sama halnya dengan komunikasi antar orang dewasa, komunikasi dengan anak pun tidak boleh dilakukan dengan sembarangan. Bahkan, prakteknya harus dilakukan dengan sangat hati-hati.
Pasalnya, kesalahan komunikasi dengan anak bisa berpengaruh negatif pada kepribadian dan perkembangan dirinya.
Bahkan, ia bisa merusak hubungan Mama dengan anak dan membuat anak menjauh dari Mama.
Agar hal-hal tersebut tidak terjadi, waspadai kesalahan komunikasi berikut yuk:
1. Memerintah anak untuk membantu orangtua
Setiap orangtua pasti ingin dibantu oleh anak mereka. Namun, terkadang orangtua tidak sadar telah meminta bantuan dengan nada memerintah.
Ingat Ma, Mama adalah orangtua dan bukan bos anak. Ketika Mama mengeluarkan nada memerintah, anak akan merasa tertekan untuk patuh. Akibatnya, anak bisa saja menolak ataupun memberontak.
Daripada menggunakan nada memerintah, lebih baik gunakan nada meminta tolong. Anak pun akan lebih tergerak untuk membantu Mama.
2. Menyalahkan ketika anak melakukan kesalahan
Kesalahan adalah hal yang wajar dilakukan oleh anak-anak. Bagaimanapun, mereka masih dalam proses belajar. Kesalahan adalah sesuatu yang tidak dapat dihindari.
Di sisi lain, sudah menjadi tugas orangtua untuk memberitahu dan mengingatkan anak ketika mereka berbuat salah.
Namun, terkadang orangtua mengingatkan anak dengan nada menyalahkan. Padahal hal ini bisa merusak kepercayaan diri anak.
Daripada menyalahkan, lebih baik ingatkan mereka dengan nada netral dan ajak mereka untuk memperbaiki kesalahan mereka.
Dengan cara ini, anak akan belajar untuk bertanggung jawab terhadap kesalahannya.
Editors' Pick
3. Meremehkan ketika anak ingin melakukan sesuatu
Menginjak usia balita, keingintahuan anak akan semakin meningkat. Ia akan lebih sering mengajukan pertanyaan ataupun ingin melakukan hal-hal yang tidak pernah dilakukan sebelumnya.
Nah, ketika anak ingin melakukan sesuatu, tidak jarang Mama menahannya karena mungkin hal tersebut berbahaya atau belum bisa mereka lakukan. Insting orangtua Mama bekerja untuk menjaga mereka.
Namun, terkadang orangtua tidak sadar telah mengeluarkan kalimat yang meremehkan anak.
Seperti, “Jangan lakukan itu, kamu nggak bisa.” Kalimat-kalimat ini akan membuat anak kepercayaan diri dan merasa tidak berharga lho, Ma.
4. Membandingkan anak dengan anak lain
Daripada hanya melalui kata-kata, manusia cenderung lebih termotivasi ketika melihat suatu contoh atau tindakan.
Oleh karena itu, keberadaan role model atau teladan adalah sesuatu yang dibutuhkan manusia untuk berkembang.
Dengan pemahaman ini, Mama pasti pernah membandingkan anak Mama dengan anak lainnya.
Maksud hati agar anak Mama menjadikan anak tersebut sebagai rolemodel dan menirunya.
Sayangnya, cara tersebut adalah cara yang salah. Membandingkan anak dengan anak lain hanya akan membuatnya merasa tidak disayang oleh Mama.
5. Memberi label tertentu pada anak
Menurut Charles Horton Cooley, seseorang mengembangkan konsep diri berdasarkan cara pandang orang lain terhadap dirinya. Begitu pun dengan anak-anak.
Oleh karena itu memberi label tertentu pada anak adalah kesalahan komunikasi yang akan mengubah cara pandang anak terhadap dirinya sendiri.
Sebagai contoh, jika Mama melabeli anak sebagai “anak bandel,” ia akan benar-benar menganggap dirinya seperti itu.
Bahkan, meskipun label yang Mama berikan anak label positif, hal tersebut tetap tidak boleh dilakukan.
Label positif tersebut akan membatasi diri anak. Sebagai contoh, anak yang dilabeli sebagai anak atletis akan menganggap dirinya seperti itu, padahal mungkin bakatnya ada di bidang lain.
6. Mengancam anak untuk tidak melakukan suatu hal
Perilaku anak memang tidak bisa ditebak. Terkadang mereka mungkin ingin melakukan hal tertentu dan tidak mau menuruti perkataan Mama. Tidak jarang, mereka membuat kesabaran Mama habis.
Nah, pada saat kesabaran Mama habis, Mama pasti pernah atau hampir menggunakan ancaman untuk membuat anak menurut. Tapi Ma, mengancam adalah salah satu kesalahan komunikasi.
Saat Mama mengancam anak, anak akan melihat Mama sebagai sosok yang menakutkan. Otomatis, hubungan Mama dengan anak akan menjauh.
7. Membohongi anak demi kebaikan
Sebagian besar orangtua pasti pernah membohongi anak demi kebaikan anak. Baik itu untuk menjaga perasaan anak ataupun untuk mempermudah suatu hal. Kebohongan seperti ini disebut white lies.
Tapi ingat Ma, meskipun baik, white lies tidak boleh dilakukan. Saat anak mengetahui kebenarannya, anak akan kehilangan kepercayaan kepada Mama.
Bahkan bisa saja anak beranggapan bahwa semua orang dewasa tidak bisa dipercaya.
Selain itu, praktek ini juga mengajarkan anak untuk berbohong. Anak yang sering dibohongi orangtuanya akan lebih sering berbohong saat sudah dewasa lho, Ma.
Itulah tujuh kesalahan komunikasi yang harus Mama waspadai jika tidak ingin merusak perkembangan anak dan juga hubungan Mama dengan anak.
Ingat Ma, selalu ada alternatif komunikasi lain untuk menggantikan bentuk-bentuk komunikasi di atas.
Yuk, bangun komunikasi yang baik dengan anak, Ma!