5 Cara Efektif Hilangkan Sifat Posesif Anak
Bimbing anak agar sifat posesif tidak bertahan sampai ia dewasa
22 November 2020
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Seiring bertambahnya usia, anak-anak akan mulai mengenal konsep kepemilikan. Namun, ia belum benar-benar memahami konsep tersebut secara menyeluruh. Ia hanya paham bahwa benda miliknya tidak boleh disentuh orang lain. Alhasil, muncullah sifat posesif.
Umumnya, fase posesif ini berlangsung ketika anak berusia 18 bulan hingga empat tahun. Pada masa ini, jangan heran jika anak mudah menangis atau marah saat benda miliknya digunakan orang lain.
Bahkan, ia juga bisa bersikap posesif terhadap Mama atau orang terdekatnya.
Sebenarnya, fase posesif ini sangat wajar dan pasti akan dialami setiap anak. Namun, Mama tetap harus membimbingnya agar sifat tersebut tidak bertahan sampai anak dewasa.
Nah, berikut Popmama.com mengulas cara efektif yang bisa Mama lakukan untuk menghilangkan sifat posesif dan mengajarkan anak berbagi:
1. Kenalkan konsep berbagi secara bertahap
Kepemilikan dan berbagi adalah konsep yang rumit bagi anak. Oleh karena itu, Mama harus membimbingnya secara bertahap.
Awali dengan mengajak anak berbagi dengan Mama dan Papa. Mama dan Papa adalah zona nyaman anak dimana ia tidak perlu takut barangnya akan direbut.
Selain itu, ajak anak berbagi benda yang ia miliki dalam jumlah banyak, seperti boneka atau buku gambar. Dengan demikian, anak tidak akan kaget karena tiba-tiba merasa kehilangan.
Editors' Pick
2. Ajak anak bermain dengan sesamanya
Seperti orang dewasa, anak-anak perlu memiliki lingkaran pertemanan. Bukan hanya untuk bersenang-senang, tapi juga untuk saling belajar.
Oleh karena itu, sering-seringlah mengajak anak bermain dengan sesamanya. Dari kegiatan bermain inilah, anak akan belajar cara sosialisasi secara langsung, termasuk cara berbagi dengan sesamanya.
3. Terapkan sistem bergilir
Ketika anak memperebutkan sesuatu dengan saudara atau temannya, hindari mengambil langsung barang yang menjadi rebutan.
Sebagai alternatif, buatlah sistem bergilir. Misalnya, anak harus bergantian bermain ayunan setiap 15 menit.
Dengan cara tersebut, anak akan memahami bahwa berbagi tidak selalu berarti benda miliknya akan hilang diambil orang lain.
4. Berikan teladan berbagi
Anak-anak adalah peniru ulung. Mereka lebih cepat belajar dengan melihat orang lain daripada hanya dengan kata-kata. Oleh karena itu, Mama dan Papa juga harus memberikan teladan yang baik dalam berbagi.
Jangan sampai Mama memarahi anak karena ia tidak mau berbagi sedangkan Mama sendiri tidak mau berbagi dengan Papa. Anak pun akan meragukan dan tidak mengacuhkan kata-kata Mama.
5. Sabar dalam membimbing anak
Seperti yang telah disebutkan, berbagi adalah konsep yang rumit bagi anak. Mama tidak bisa memaksa anak untuk langsung memahami dan menjalankannya. Oleh karena itu, selalu sabar dalam membimbing anak ya, Ma.
Jangan marah atau menyerah ketika anak masih tidak mau berbagi. Seiring dengan bertambahnya kedewasaan anak, ia pasti akan mulai mengerti.
Itulah cara efektif untuk membimbing anak agar sifat posesif yang muncul tidak terbawa hingga anak dewasa. Yuk, lakukan cara-cara tersebut.
Baca juga:
- 10 Potret Menggemaskan Bambino Aleki Tanjung, Anak Babe Cabita
- Bolehkah Memberikan Pasta sebagai MPASI Balita?
- 7 Jenis Seafood yang Aman untuk Anak