Waspada Skoliosis pada Anak, Kenali Gejala dan Perawatannya
Tidak hanya pada remaja, skoliosis juga bisa diderita oleh anak usia 0-3 tahun
7 November 2019
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Apakah anak Mama sering mengeluh sakit punggung meskipun tidak melakukan aktivitas yang berat? Jika ya, coba perhatikan kondisi fisik anak. Jika salah satu bahu, pinggul, atau pinggang anak tinggi sebelah, bisa jadi ia mengalami skoliosis.
Skoliosis adalah sebuah kondisi kelainan tulang yang membuat tulang melengkung ke arah samping. Umumnya, kondisi ini ditemui oleh anak yang berada pada masa pertumbuhan, yaitu sekitar 10-18 tahun. Namun, ternyata skoliosis juga bisa diderita oleh anak berusia 0-3 tahun lho, Ma.
Skoliosis pada anak balita umumnya masih tergolong ringan. Tapi tentu saja hal ini tidak boleh disepelekan. Mama tentu tidak mau anak mengalami masalah nantinya bukan? Oleh karena itu, penting sekali untuk mengenali skoliosis dan perawatannya agar Mama waspada sejak dini.
Simak informasi berikut ya, Ma.
1. Apa itu skoliosis?
Skoliosis adalah salah satu kelainan tulang yang membuat tulang belakang melengkung. Tulang belakang yang normal seharusnya memiliki lengkungan lurus di bagian atas bahu dan bagian bawah punggung. Namun, pada penderita skoliosis, tulang belakang melengkung ke arah samping dan membentuk huruf S atau huruf C.
Skoliosis bisa dialami oleh anak-anak ketika berumur 0-3 tahun. Umumnya, skoliosis yang terjadi pada umur tersebut masih tergolong skoliosis ringan. Namun, Mama tidak boleh menyepelekannya ya. Pasalnya, kelengkungan akan bertambah parah ketika anak menginjak usia 10-18 nantinya.
Editors' Pick
2. Jenis-jenis skoliosis
Dalam dunia medis, skoliosis terbagi menjadi beberapa jenis, yaitu:
- Skoliosis kongenital yang terjadi pada bayi yang baru lahir karena tulang belakang tidak terbentuk dengan sempurna selama berada di dalam kandungan;
- Skoliosis idiopatik yang terjadi saat anak berusia 10-18 tahun;
- Skoliosis degeneratif yang terjadi pada orang dewasa dengan riwayat skoliosis;
- Skoliosis neuromuscular yang terjadi karena adanya kelainan pada sistem saraf atau otot;
- Skoliosis sindromik yang terjadi karena adanya kondisi kesehatan tertentu, seperti trisomy 21;
- Kifosis Scheuermann yang terjadi apabila pertumbuhan bagian depan tulang belakang lebih lambat daripada pertumbuhan bagian belakang.
Jika anak Mama mengalami skoliosis, ajak anak ke dokter untuk mendapatkan diagnosis detail ya, Ma. Diagnosis detail tersebut tentu akan membantu dokter menentukan tindakan perawatan nantinya.
3. Penyebab skoliosis
Sampai saat ini, penyebab skoliosis belum diketahui secara pasti. Beberapa ahli berpendapat skoliosis dipengaruhi oleh faktor genetik. Faktor genetik tersebut memengaruhi pertumbuhan tulang, bentuk tulang, kondisi sistem saraf dan kondisi otot anak.
Namun selain faktor genetik, skoliosis juga dapat disebabkan oleh beberapa penyakit, seperti cerebral palsy, sindrom Marfan, neurofibromatosis, osteoporosis, cederan dan infeksi tulang belakang.
4. Gejala skoliosis
Gejala skoliosis sangat mudah dikenali karena ia membuat perubahan pada fisik anak. Perubahan fisik tersebut meliputi:
- Bahu asimetris;
- Salah satu tulang belikat terlihat lebih menonjol;
- Perbedaan tinggi antara bagian pinggang kanan dan kiri;
- Perbedaan tinggi antara bagian pinggul kanan dan kiri.
Selain perubahan fisik, anak dengan skoliosis pun mudah merasa sakit punggung dan gangguan pernapasan.
5. Perawatan skoliosis
Kelengkungan tulang penderita skoliosis dapat bertambah buruk saat anak menginjak masa pertumbuhan. Oleh karena itu, perawatan harus dimulai segera setelah Mama menyadari anak mengalami skoliosis.
Perawatan skoliosis sendiri meliputi terapi fisik untuk meminimalisir pertambahan kelengkungan tulang dan menambah kekuatan tulang, penggunaan korset penyangga, dan operasi.
Tidak hanya untuk mencegah skoliosis bertambah parah, perawatan juga dibutuhkan untuk mencegah komplikasi, seperti sakit punggung kronis, gangguan jantung dan paru-paru, serta kerusakan saraf tulang belakang.
Itulah beberapa informasi mengenai skoliosis. Yuk sadari dan waspada sejak dini agar anak tidak mengalami hambatan saat masa pertumbuhan nantinya, Ma!