Waspada Tetanus pada Anak, Ini Gejala dan Pencegahannya
Tetanus adalah penyakit serius yang dapat mengakibatkan kematian
5 November 2019
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Mama pasti sudah familiar dengan penyakit tetanus. Penyakit ini memang salah satu penyakit yang harus diwaspadai. Ia mengakibatkan kejang otot hingga kerusakan syaraf pada orang yang terinfeksi.
Umumnya, penyakit tetanus menular melalui luka terbuka pada tubuh. Luka tersebut menjadi jalan bagi masuknya bakteri penyebab tetanus. Bakteri tersebut kemudian mengeluarkan racun yang akan menyerang syaraf otak dan tulang belakang.
Tidak hanya menyerang orang dewasa, tetanus juga bisa menginfeksi anak-anak dan bayi yang baru lahir lho, Ma. Gejala dan risiko yang dapat dialami pun sama. Jika anak yang terinfeksi tetanus tidak segera ditangani, ia dapat mengalami komplikasi hingga kematian.
Agar lebih waspada, kenali penyakit tetanus lebih dalam lagi yuk, Ma. Berikut informasi tentang penyebab tetanus, pengobatan, hingga cara pencegahannya:
1. Apa itu tetanus?
Tetanus adalah sebuah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Clostridium tetani. Umumnya, ia terdapat pada debu, tanah, kotoran, ataupun besi tua yang sudah berkarat.
Tetanus termasuk penyakit serius yang harus diwaspadai. Ia akan menyerang sistem syaraf dan otot dari anak yang terinfeksi. Akibatnya, anak dapat mengalami kejang otot mendadak pada bagian leher atau rahang serta mengalami gangguan syaraf.
Dunia kedokteran sendiri mengenal tiga jenis tetanus, yaitu tetanus umum, tetanus terlokalisir, dan tetanus neonatorum yang menginfeksi bayi yang baru lahir.
Editors' Pick
2. Penularan tetanus
Tetanus bukanlah penyakit yang dapat menular antar manusia. Penularan penyakit ini terjadi ketika bakteri Clostridium tetani masuk ke dalam tubuh melalui luka terbuka.
Ia kemudian mengeluarkan racun neurotoksin yang segera menyebar ke syaraf otak dan tulang belakang.
Oleh karena itu, Mama harus waspada saat anak memiliki luka yang kotor atau terkontaminasi, terutama akibat tertusuk benda berkarat. Segera bersihkan lukanya untuk mencegah tetanus.
3. Gejala tetanus pada anak
Gejala tetanus akan muncul 3-21 hari setelah anak terinfeksi bakteri Clostridium tetani. Anak akan merasa beberapa bagian tubuh, seperti wajah, rahang, perut, dan punggung menjadi kaku.
Selain itu, anak juga mungkin mengalami demam, kejang, sulit menelan hingga kram otot di sekitar area luka.
4. Cara mengobati tetanus
Saat Mama menyadari anak terinfeksi tetanus, sebaiknya segera bawa anak ke dokter agar anak mendapatkan perawatan intensif. Ingat, tetanus adalah penyakit serius yang dapat memicu komplikasi hingga kematian.
Beberapa komplikasi yang dapat terjadi seperti pneumonia aspirasi (infeksi saluran paru-paru akibat adanya makanan dan minuman yang masuk), laryngospasm (kejang pada laring), dan gagal ginjal.
Perawatan intensif yang akan diterima sendiri meliputi perawatan luka, suntikan antitetanus, pemberian antibiotik dan vaksin tetanus, hingga tindak penanganan khusus sesuai gejala. Pengobatan ini bertujuan merawat luka dan meredakan gejala-gejala tetanus.
5. Pencegahan tetanus pada anak
Salah satu tindak pencegahan tetanus yang bisa Mama lakukan adalah memberikan vaksin tetanus pada anak. Pemerintah Indonesia sendiri mewajibkan orangtua untuk memberikan vaksin ini. Umumnya, vaksin tetanus diberikan bersamaan dengan vaksin difteri dan batuk rejan (dikenal dengan nama vaksin DPT).
Selain dengan vaksin, Mama bisa mencegah tetanus dengan segera membersihkan luka yang terjadi pada anak. Bersihkan dengan air mengalir dan sabun hingga luka benar-benar bersih.
Mama juga perlu menjaga daya tahan tubuh anak. Pasalnya, daya tahan tubuh yang kurang baik akan meningkatkan risiko infeksi penyakit ini.
Itulah beberapa informasi yang berkaitan dengan penyakit tetanus. Tetap waspada dan hati-hati ya, Ma. Lakukan langkah pencegahan yang telah disebutkan di atas agar anak terhindar dari bahaya tetanus. Apalagi anak-anak lebih rawan terluka daripada orang dewasa.
Yuk, jaga kesehatan anak semaksimal mungkin!
Baca juga:
- 6 Penyebab Sakit Perut pada Anak
- Jangan Panik! Ini Dia 7 Tips Mengatasi GTM pada Anak yang Sedang Sakit
- 6 Tips Mencegah si Kecil Sakit Saat Berlibur