Tantrum adalah kondisi saat seorang anak menunjukkan ledakan kemarahan dan frustasi yang tidak terkendali. Setelah tantrum, terkadang balita memiliki beberapa kekhawatiran.
Kekhawatiran yang biasanya muncul adalah perasaan tidak nyaman kepada orangtua dan muncul beberapa pertanyaan seperti, “Apakah Mama masih menyayangiku?”, “Apakah Mama marah padaku?”, “Apakah aku melakukan suatu kesalahan?”, dan lain sebagainya.
Untuk mengetahui apa yang balita butuhkan setelah tantrum, berikut ini Popmama.com telah merangkum beberapa hal yang harus orangtua perhatikan.
1. Kepastian bahwa orangtua masih menyayangi mereka
Freepik
Setelah anak tantrum, anak biasanya akan memikirkan beberapa pertanyaan di kepalanya, seperti apakah orangtua membencinya dan tidak menyayanginya lagi setelah mereka tantrum atau mengamuk.
Namun, penting bagi orangtua untuk tetap memberi tahu anak dan menenangkannya bahwa orangtua masih menyayangi mereka bahkan setelah mereka mengamuk.
Hal ini penting dilakukan agar balita tidak mengulangi perbuatannya karena merasa orangtua menyayanginya dan dia telah mendapatkan apa yang ia butuhkan.
2. Kepastian bahwa orangtua tidak marah
Freepik
Jika anak tantrum, jangan langsung marah. Hal ini adalah yang ditakutkan oleh balita. Ia takut orangtua akan memarahinya setelah ia tantrum dan tidak menyayanginya lagi.
Usahakan untuk bersikap tenang dan dekati anak. Orangtua bisa menanyakan mengapa anak mengamuk dan tantrum. Dalam hal ini, orangtua bisa mempererat ikatan emosional dengan anak.
Melalui pendekatan tersebut, anak dapat lebih terbuka mengungkapkan apa yang ia rasakan dan apa yang ia butuhkan. Orangtua juga harus membantu anak mendapatkan apa yang ia butuhkan.
Editors' Pick
3. Kalimat-kalimat yang memahami perasaannya
Freepik/stockking
Setelah anak selesai melakukan tantrum, dekati anak perlahan-lahan dan coba mengerti perasaannya. Tantrum pastinya mengeluarkan begitu banyak energi. Orangtua bisa mengucapkan kalimat-kalimat seperti, “Pasti capek ‘kan seperti itu?”
Lalu lanjutkan dengan menanyakan apa yang terjadi sehingga balita melakukan tantrum. Setelah itu, orangtua bisa bertanya tentang apa yang balita butuhkan dan memahami perasaan mereka lebih dalam.
Selalu coba untuk memahami posisi anak ketika mereka tantrum. Hal ini dikarenakan anak sebetulnya tidak bisa mengontrol dan mengekspresikan emosinya. Oleh karena itu didik anak perlahan-lahan agar ia bisa mengekspresikan emosi dengan bentuk yang lain.
4. Pelukan hangat
Freepik/jcomp
Setelah tantrum anak perlahan mereda, berikan anak pelukan hangat untuk membantunya tenang. Hal ini selain menenangkan anak juga menyakinkan anak bahwa orangtua tetap menyayangi mereka meskipun mereka tantrum.
Dalam pelukan hangat tersebut, ajak anak untuk mengungkapkan apa yang ia rasakan dan tanya alasan dibalik tantrumnya. Orangtua juga bisa mengungkapkan bahwa perilaku tersebut tidaklah baik dan arahkan anak untuk belajar mengendalikan emosinya.
5. Kalimat bahwa orangtua masih menyayangi mereka
Freepik/lifeforstock
Anak-anak yang butuh akan validasi bahwa orangtua masih menyayangi mereka ingin mendengarkan langsung ungkapan kasih sayang dari orangtua. Dalam hal ini, Mama bisa mengungkapkan kalimat seperti, “I love you” setelah anak tantrum untuk menyakinkan anak bahwa orangtua masih peduli.
Hal tersebut mungkin terdengar bahwa orangtua justru memanjakan anak padahal anak telah berperilaku buruk. Akan tetapi, perlu untuk tetap menyakinkan mereka bahwa orangtua masih menyayangi mereka agar mereka tidak melakukan perilaku yang lebih buruk lagi.
Selain itu, pahami juga apa yang menjadi alasan dibalik tantrum tersebut, karena bisa jadi anak tantrum karena tidak mendapatkan perhatian dan ungkapan kasih sayang yang cukup dari orangtua.
6. Tunjukkan bahwa kasih sayang orangtua tidaklah kondisional
Freepik/tirachardz
Balita butuh kepastian, mereka butuh tahu bahwa orangtua tetap menyayangi mereka apapun yang terjadi dan kasih sayang orangtua tidaklah kondisional.
Beberapa orangtua khawatir bahwa menenangkan dan meyakinkan balita setelah tantrum justru akan memperparah tantrumnya di kemudian hari.
Tapi balita sebenarnya juga tidak memilih untuk tantrum atau mengamuk. Tantrum terjadi karena otak balita masih berkembang dan ia hanya bertingkah sesuai umurnya.
Untuk itu, perlu menunjukkan bahwa kasih sayang orangtua tidaklah kondisional pada suatu kondisi tertentu, tapi menyakinkan anak bahwa orangtua menyayangi anak dalam keadaan apapun, terutama setelah anak tantrum.
Itulah apa yang balita butuhkan setelah tantrum yang sepatutnya orangtua pahami dan berikan bagi mereka. Dengan memahami kebutuhan balita, orangtua dapat bersikap hangat, lembut, dan tegas dalam waktu bersamaan.