Apakah Anak Hidrosefalus Bisa Berjalan?
Kemampuan berjalan pada anak dengan hidrosefalus dapat bervariasi tergantung pada berbagai faktor
9 Mei 2024
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Hidrosefalus adalah kondisi medis yang terjadi ketika cairan serebrospinal (CSF) menumpuk di otak, menyebabkan tekanan yang dapat merusak jaringan otak. Hal ini sering kali terjadi pada bayi dan anak-anak kecil.
Pertanyaannya adalah apakah anak hidrosefalus bisa berjalan?
Beru-baru ini jagat media sosial dikejutkan dengan kisah haru seorang anak yang mengidap penyakit hidrosefalus dan bisa berjalan. Momen itu dibagikan oleh akun Tiktok @sijimatawakig.
Dalam video tersebut, seorang anak yang diketahui bernama Jimat berjalan perlahan-lahan. Tampak sang ayah berseru kegirangan di belakangnya ketika anaknya tersebut berhasil melangkahkan kakinya.
Diketahui, Jimat selalu dibantu untuk berjalan setiap hari. Bahkan, Jimat sampai dibuatkan alat latihan khusus dari bambu untuk membantunya berlatih berjalan.
Berikut ini Popmama.com rangkum penjelasan apakah anak hidrosefalus bisa berjalan dan beberapa hal yang perlu dipertimbangkan.
1. Apa itu hidrosefalus?
Hidrosefalus adalah suatu kondisi medis yang kompleks yang terjadi ketika cairan serebrospinal, yang berfungsi untuk melindungi dan menyokong otak serta sumsum tulang belakang, tidak dapat mengalir dengan normal atau diserap dengan efisien oleh tubuh.
Akibatnya, cairan ini menumpuk di dalam rongga-rongga otak, menciptakan tekanan yang berlebihan dan pembesaran pada kepala, terutama pada bayi, yang kondisi ini sering kali terdeteksi pertama kali.
Cairan serebrospinal diproduksi oleh kelenjar pineal di dalam otak dan berperan penting dalam melindungi sistem saraf pusat. Fungsi utamanya adalah sebagai bantalan bagi otak, memberikan nutrisi, mengangkat limbah, dan mengatur tekanan di sekitar otak. Namun, jika ada gangguan dalam produksi, aliran, atau penyerapan cairan ini, dapat menyebabkan terjadinya hidrosefalus.
Kondisi ini dapat memiliki berbagai tingkat keparahan, mulai dari ringan hingga parah, dan dapat terjadi pada segala usia, meskipun lebih umum terjadi pada bayi dan anak-anak.
Gejala yang muncul dapat bervariasi tergantung pada usia, tingkat keparahan, dan lokasi penumpukan cairan. Pada bayi, pembesaran kepala yang cepat, atau yang dikenal sebagai makroskopi, sering menjadi gejala yang paling mencolok.
Hidrosefalus dapat memiliki dampak yang signifikan pada perkembangan dan kualitas hidup seseorang. Tanpa pengobatan yang tepat, tekanan yang berlebihan pada otak dapat menyebabkan kerusakan permanen pada jaringan otak, mengakibatkan gangguan neurologis yang serius termasuk gangguan motorik, gangguan kognitif, dan bahkan masalah penglihatan atau pendengaran.
2. Penyebab hidrosefalus
Meskipun penyebab pasti hidrosefalus belum selalu dapat dipastikan, ada beberapa faktor yang dapat berkontribusi pada perkembangan kondisi ini. Penyebab umumnya melibatkan gangguan dalam produksi, aliran, atau penyerapan cairan serebrospinal di dalam otak.
Beberapa kasus hidrosefalus terjadi karena adanya kelainan bawaan pada sistem saraf yang muncul saat janin berkembang dalam kandungan. Kelainan ini bisa meliputi penyumbatan saluran serebrospinal, malformasi kongenital pada otak atau sumsum tulang belakang, atau ketidaknormalan dalam perkembangan kelenjar pineal yang menghasilkan cairan serebrospinal.
Selain itu, hidrosefalus juga bisa terjadi karena adanya infeksi selama kehamilan. Infeksi yang dialami oleh ibu selama kehamilan dapat meningkatkan risiko hidrosefalus pada janin. Infeksi seperti rubella (campak Jerman), sitomegalovirus (CMV), toksoplasmosis, atau infeksi virus lainnya dapat mengganggu perkembangan normal otak janin dan mengakibatkan gangguan pada sistem sirkulasi cairan serebrospinal.
Selanjutnya, kelahiran yang sulit atau trauma pada kepala bayi saat proses kelahiran juga dapat menyebabkan hidrosefalus. Hal ini dapat menyebabkan kerusakan pada struktur otak dan pembuluh darah di sekitarnya. Trauma ini dapat mengganggu aliran normal cairan serebrospinal atau menyebabkan perdarahan di dalam otak, yang pada gilirannya dapat menyebabkan hidrosefalus.
Beberapa kondisi medis tertentu, seperti hemoragi intraventrikular (perdarahan di dalam ventrikel otak), tumor otak, atau infeksi seperti meningitis, juga dapat berkontribusi pada perkembangan hidrosefalus. Hal ini karena komplikasi ini dapat memengaruhi produksi, aliran, atau penyerapan cairan serebrospinal.
3. Ciri-ciri hidrosefalus
Hidrosefalus pada anak dapat menunjukkan berbagai ciri-ciri yang dapat membantu dalam diagnosis dan pengelolaan kondisi ini. Salah satu ciri yang paling mencolok adalah pembesaran kepala yang cepat, yang sering kali merupakan gejala yang pertama kali terlihat pada bayi dan balita.
Hal ini disebabkan oleh penumpukan cairan serebrospinal di dalam rongga-rongga otak yang menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial. Selain itu, leher kaku sering dihubungkan dengan hidrosefalus karena peningkatan tekanan di sekitar otak dapat menyebabkan ketegangan pada otot-otot leher.
Tanda-tanda lainnya termasuk penurunan kemampuan intelektual yang dapat mencakup keterlambatan perkembangan motorik dan kognitif, serta gangguan dalam belajar dan memproses informasi. Kejang juga dapat menjadi gejala hidrosefalus karena peningkatan tekanan intrakranial dapat merangsang aktivitas neuron yang tidak normal.
Selain itu, muntah juga sering terjadi karena otak mengalami iritasi akibat tekanan yang meningkat. Mata menonjol atau "mata dewa" juga dapat terjadi karena peningkatan tekanan di dalam tengkorak dapat memengaruhi struktur mata dan mengubah posisi mereka.
Masalah penglihatan juga sering terjadi pada anak dengan hidrosefalus karena peningkatan tekanan intrakranial dapat menyebabkan kerusakan pada saraf optik atau struktur mata lainnya. Gejala penglihatan yang mungkin terjadi termasuk penglihatan kabur, penglihatan ganda, atau bahkan kehilangan penglihatan parsial atau total.
Editors' Pick
4. Dampak hidrosefalus bagi anak
Hidrosefalus dapat memiliki dampak yang signifikan pada kesehatan anak, baik secara fisik maupun mental. Tekanan yang berlebihan akibat penumpukan cairan serebrospinal dalam otak dapat menyebabkan kerusakan permanen pada jaringan otak.
Hal ini dapat mengakibatkan berbagai gangguan neurologis seperti kejang, gangguan motorik, kelumpuhan, kesulitan berbicara, dan kesulitan dalam koordinasi gerakan.
Hidrosefalus yang tidak terkontrol juga dapat menyebabkan tekanan pada saraf optik, yang menghubungkan mata dengan otak, menyebabkan gangguan penglihatan atau bahkan kebutaan. Selain itu, tekanan yang berlebihan juga dapat memengaruhi pendengaran dan menyebabkan gangguan pendengaran.
Anak dengan hidrosefalus mungkin mengalami masalah dalam perkembangan kognitif dan intelektual. Hal ini dapat mencakup kesulitan dalam belajar, memproses informasi, memahami konsep abstrak, dan menyelesaikan tugas-tugas sehari-hari.
Dampak hidrosefalus tidak hanya terbatas pada aspek fisik dan kognitif, tetapi juga dapat memengaruhi kesejahteraan emosional dan sosial anak. Anak-anak dengan kondisi ini mungkin mengalami perasaan frustasi, kesulitan dalam berinteraksi sosial, dan masalah dalam menjalin hubungan dengan teman sebaya.
Anak-anak dengan hidrosefalus memiliki risiko lebih tinggi terhadap infeksi, terutama terkait dengan pemasangan shunt. Infeksi ini dapat menyebabkan komplikasi serius seperti meningitis atau peritonitis, yang memerlukan intervensi medis segera.
Gangguan motorik yang sering terjadi pada hidrosefalus dapat menyebabkan keterbatasan fisik dan mobilitas. Anak mungkin mengalami kesulitan dalam berjalan, berdiri, atau melakukan aktivitas fisik lainnya tanpa dukungan atau bantuan.
5. Apakah anak hidrosefalus bisa berjalan?
Kemampuan seorang anak hidrosefalus untuk berjalan dapat bervariasi tergantung pada beberapa faktor, termasuk tingkat keparahan kondisi, penanganan medis yang diterima, dan faktor-faktor individu lainnya.
Beberapa anak hidrosefalus dapat mengembangkan kemampuan berjalan yang relatif normal dengan intervensi medis yang tepat dan terapi rehabilitasi yang intensif.
Namun, ada juga anak-anak yang mungkin mengalami kesulitan dalam berjalan atau bahkan tidak dapat berjalan sama sekali. Ini bisa disebabkan oleh berbagai masalah, termasuk gangguan motorik, kelemahan otot, ketidakseimbangan, atau masalah lain yang terkait dengan hidrosefalus.
Beberapa anak mungkin memerlukan bantuan seperti alat bantu jalan, kursi roda, atau peralatan lainnya untuk membantu mobilitas mereka.
6. Pencegahan hidrosefalus
Pencegahan hidrosefalus merupakan tantangan karena sebagian besar kasus kondisi ini tidak dapat dicegah, terutama jika disebabkan oleh faktor genetik atau kelainan bawaan yang muncul saat janin berkembang.
Namun, langkah-langkah dapat diambil untuk mengurangi risiko terjadinya kondisi ini dan mengidentifikasi potensi masalah yang terkait selama kehamilan. Salah satu langkah penting adalah menjaga kehamilan yang sehat melalui pemeriksaan prenatal yang rutin.
Pemeriksaan prenatal dapat membantu mendeteksi kelainan atau masalah kesehatan yang mungkin terkait dengan hidrosefalus, seperti kelainan struktural pada otak janin, infeksi, atau faktor risiko lainnya.
Hal tersebut memungkinkan untuk intervensi dini dan manajemen yang tepat jika masalah ditemukan. Selain itu, penting juga untuk menjaga kesehatan umum selama kehamilan dengan mematuhi pola makan yang seimbang, menghindari paparan zat-zat beracun atau infeksi yang dapat membahayakan janin, dan mengikuti saran medis yang diberikan oleh dokter kandungan.
Meskipun pencegahan penuh mungkin tidak selalu memungkinkan, upaya untuk menjaga kesehatan selama kehamilan dapat membantu mengurangi risiko terjadinya hidrosefalus dan masalah kesehatan lainnya pada bayi yang belum lahir.
7. Pengobatan hidrosefalus
Pengobatan hidrosefalus seringkali melibatkan prosedur pemasangan shunt, yang merupakan suatu perangkat medis yang dirancang untuk mengalirkan cairan serebrospinal dari otak ke bagian tubuh lain yang mampu menyerapnya, seperti rongga perut atau rongga jantung.
Prosedur ini bertujuan untuk mengurangi tekanan yang berlebihan pada otak yang disebabkan oleh penumpukan cairan serebrospinal, serta untuk mencegah kerusakan lebih lanjut pada jaringan otak. Shunt ini terdiri dari tabung fleksibel yang ditanamkan ke dalam salah satu ventrikel otak, di mana cairan serebrospinal dikumpulkan, dan kemudian diarahkan keluar ke tempat di tubuh yang dapat menyerap cairan tersebut.
Meskipun prosedur pemasangan shunt sering dianggap sebagai langkah yang efektif dalam mengelola hidrosefalus, perawatan jangka panjang biasanya diperlukan karena shunt dapat mengalami kerusakan, penyumbatan, atau infeksi.
Selain pemasangan shunt, pengobatan hidrosefalus juga dapat melibatkan penggunaan obat-obatan untuk mengurangi gejala seperti muntah, peradangan otak, atau kejang.
Terapi fisik, terapi okupasi, atau terapi bicara juga sering direkomendasikan sebagai bagian dari rencana perawatan yang komprehensif untuk membantu anak mengembangkan keterampilan motorik, kemandirian, dan fungsi kognitif mereka.
Pemantauan yang rutin oleh tim medis yang terlatih juga penting untuk memastikan bahwa perawatan dan manajemen kondisi terus berlangsung sesuai kebutuhan individu dan untuk mencegah komplikasi yang mungkin timbul.
8. Latihan berjalan yang dapat dilakukan
Anak-anak yang mengalami hidrosefalus sering menghadapi tantangan dalam mengembangkan kemampuan berjalan yang stabil dan koordinatif karena kondisi ini dapat memengaruhi keseimbangan dan koordinasi gerakan.
Dalam mengatasi masalah ini, terapi fisik, terapi okupasi, dan terapi bicara menjadi penting sebagai bagian dari rencana perawatan komprehensif. Terapis fisik akan merancang program latihan yang disesuaikan dengan kebutuhan individu anak untuk membantu memperbaiki keterampilan motorik, keseimbangan, dan koordinasi gerakan mereka.
Latihan-latihan ini dapat mencakup teknik-teknik yang bertujuan untuk meningkatkan kekuatan otot, stabilitas, dan keterampilan berjalan, seperti latihan jalan di atas permukaan yang berbeda, latihan keseimbangan, dan latihan koordinasi gerakan.
Sementara itu, terapis okupasi akan fokus pada membantu anak mengembangkan keterampilan sehari-hari yang diperlukan untuk kemandirian, termasuk keterampilan berjalan dan mengatur gerakan tubuh dengan lebih baik.
Terapi bicara juga dapat membantu dengan aspek-aspek seperti koordinasi antara gerakan tubuh dan komunikasi verbal, yang dapat mendukung proses pembelajaran dan kemandirian anak dalam aktivitas sehari-hari.
Melalui latihan-latihan yang terarah dan terapeutik ini, anak-anak dengan hidrosefalus dapat mengatasi tantangan dalam kemampuan berjalan mereka dan meningkatkan kualitas hidup serta kemandirian mereka dalam kehidupan sehari-hari.
Itulah penjelasan apakah anak hidrosefalus bisa berjalan. Melalui perawatan yang tepat dan dukungan yang memadai, banyak anak hidrosefalus dapat mengatasi tantangan dalam kemampuan berjalan mereka
Baca juga:
- Ciri-Ciri Anak Terlambat Berjalan yang Harus Dikenali Orangtua
- Cara Mengajarkan Anak 14 Bulan Lancar Berbicara dan Berjalan
- Cara Mengajari Anak yang Takut Berjalan