Pernahkah Mama menghadapi situasi saat si Kecil tiba-tiba mengamuk, berteriak, bahkan sampai memukul karena hal yang ia inginkan tidak terpenuhi?
Cara anak mama mengekspresikan rasa frustasinya terhadap keterbatasan atau kemarahan mereka saat tidak mendapatkan apa yang mereka inginkan disebut tantrum.
Saat anak tantrum, beberapa perilaku tersebut akan terlihat seperti ledakan kemarahan dan bisa berbahaya bagi si Kecil. Karena hal itulah, Mama pasti khawatir akan kondisi ini dan mulai bertanya-tanya apa yang menyebabkan si Kecil mengamuk, serta bagaimana cara untuk mengetahui anak sedang tantrum maupun cara menanganinya.
Berikut ini, Popmama.comrangkum ciri-ciri anak tantrum usia 2 tahun beserta penyebabnya yang wajib Mama perhatikan.
Penyebab Anak Tantrum
Pexels/mohamed abdelghaffar
Menghadapi amukan atau tantrum merupakan hal yang biasa terjadi pada masa kanak-kanak. Anak yang mengalami tantrum mulai muncul paling sering terjadi antara usia 2 hingga 4 tahun, dan jarang terjadi setelah usia 5 tahun.
Ada banyak penyebab tantrum, misalnya karena rasa frustasi, kelelahan, dan rasa lapar. Kondisi tantrum ini biasanya terjadi untuk mencari perhatian, mendapatkan sesuatu, maupun sengaja menghindari melakukan sesuatu yang tidak mereka sukai.
Kemungkinan si Anak kesulitan memahami sesuatu, atau belum bisa mengekspresikan perasaannya sendiri. Rasa frustrasi ini bisa memicu ledakan emosi yang berujung pada tantrum.
Ciri-Ciri Anak Tantrum pada Usia 2 Tahun
1. Menangis kencang
Pexels/George Pak
Setelah Mama mengetahui pentingnya memahami tantrum pada anak, ada baiknya juga mengenali ciri-ciri anak yang sedang mengalami tantrum. Biasanya, tantrum mulai muncul pada usia 1, 2 hingga 3 tahun. Nah, berikut beberapa tanda yang bisa Mama perhatikan.
Ketika si Kecil menghadapi rasa frustasi atau mungkin saat ia tidak mendapatkan apa yang diinginkan, ia akan mulai menangis kencang. Meluapkan emosi dengan cara menangis hebat merupakan salah satu cara mengekspresikan diri paling sering anak lakukan saat dirinya merasa tidak nyaman.
Mama bisa tanyakan mengapa ia tiba-tiba menangis seperti itu, pahami keinginannya dan coba berkomunikasi dengan si Kecil sampai ia berhenti menangis.
Editors' Pick
2. Berteriak kepada orang lain
Pexels/Stephen Andrews
Amarah memuncak, tangisan pun sudah tidak mempan agar hal yang ia inginkan berada dalam genggamannya, si Kecil akan mulai berteriak meminta apa yang ia inginkan. Pada tahap anak sudah menangis maupun berteriak
seperti ini, sebaiknya Mama dapat dengan tanggap menenangkan si Kecil. Peluklah dirinya agar tenang kembali.
3. Menghentakkan kaki atau memukul
Pexels/RDNE Stock Project
Semakin si Kecil merasa gregetan karena keinginannya tidak terpenuhi, maupun saat rasa tidak nyaman dalam hatinya meluap-luap, anak akan menjadi lebih ekspresif dengan cara menghentakkan kakinya ke lantai. Anak bahkan mulai berani untuk memukul benda-benda di sekitarnya.
Mama bisa mencoba untuk menjauhkan semua barang dalam jangakauan agar ia tidak dapat menyakiti dirinya maupun orang-orang di sekitarnya.
4. Berguling di lantai
world.hey.com
Demi meraih atensi orangtuanya maupun orang-orang sekitar, anak mama yang sedang tantrum bisa saja melakukan berbagai hal agar rasa frustasinya hilang. Salah satunya dengan berguling di lantai.
Sebaiknya, Mama coba distraksi perhatian anak agar dapat melupakan hal-hal yang membuatnya kesal. Bisa dengan memberikan makanan favoritnya yang dapat membuatnya bahagia, bisa juga Mama ajak si Kecil jalan-jalan.
Tidak perlu pergi terlalu jauh, jalan-jalan di taman bersama orangtua saja sudah membuat anak senang, lho!
5. Menolak dan melawan
Pexels/RDNE Stock Project
Perilaku menolak pada anak adalah hal yang wajar, terutama saat mereka sedang belajar untuk mengekspresikan diri dan kebutuhannya. Beberapa hal yang biasanya menjadi penyebab anak menolak sesuatu maupun melawan orang lain, dikarenakan si Kecil yang sudah lelah maupun frustasi ketika disuruh melakukan sesuatu.
Sehingga hal ini memicu penolakan-penolakan demi bisa mencari perhatian orangtua, misalnya saat menolak belajar, menolak untuk makan dan menolak mainan lain yang sudah ia miliki padahal si Kecil hanya ingin mainan terbaru yang akhirnya membuat dirinya rewel saat tidak diberikan.
6. Meronta-ronta
thewarrencenter.org
Meronta-ronta adalah salah satu bentuk ekspresi fisik yang sering muncul saat anak mengalami tantrum. Gerakan tubuh yang tidak terkendali ini bisa jadi sangat mengkhawatirkan bagi orang tua, namun penting untuk diingat bahwa ini adalah bagian dari perkembangan anak.
Lalu, bagaimana cara mengatasi hal ini? Mama dan Papa bisa mencoba menahan gerakan si Kecil sambil mencoba berbicara dengan lembut kepadanya.
Jika tidak berhasil, tunggulah sampai ia lelah kemudian alihkan perhatiannya dengan mencoba membicarakan hal-hal yang ia sukai, misalnya mainan terbaru, film kesukaannya, dan lain sebagainya.
Sebisa mungkin untuk memberikan perhatian pada anak agar ia melupakan perasaan amarahnya tersebut.
7. Menahan napas
denvermoms.com
Ini adalah reaksi tubuh yang tidak disengaja sebagai respons terhadap emosi yang kuat seperti marah, frustrasi, atau ketakutan. Kondisi ini sering disebut sebagai breath-holding spell (BHS).
Mama harus tetap tenang karena tiap reaksi dari Mama sangatlah penting, cemas berlebihan bisa memperburuk situasi.
Bicaralah perlahan pada anak tanpa memarahinya. Memarahi anak justru akan membuatnya semakin marah dan memperpanjang durasi tantrum.
Itulah dia 7 ciri-ciri anak tantrum usia 2 tahun. Jangan lupa untuk konsultasi tiap kondisi dan perilaku si Kecil pada dokter, ya, Ma. Semoga bermanfaat.