Penting! Nutrisi di 1000 Hari Pertama untuk Cegah Stunting dan Anemia
Cegah stunting dan anemia sejak 1000 Hari Pertama Kehidupan anak
30 September 2024
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Pada Jumat (27/09/2024), Danone Specialized Nutrition Indonesia menggelar diskusi edukatif bertajuk “Future Starts From the Foundation: The Essential Role of Nutrition in Early Childhood” dalam rangkaian acara IdeaFest 2024 di Jakarta Convention Center. Acara ini mengangkat pentingnya nutrisi selama 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), periode kritis dari masa kehamilan hingga anak berusia dua tahun, untuk mencegah stunting dan anemia.
Dalam acara ini, dr. Lula Kamal sebagai moderator, dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK, FRSPH, Medical & Scientific Affairs Director SN Danone Indonesia, bersama Yasmin Wildblood, selebriti dan ibu, serta Ilzam Nuzulul Hakiki, Co-Founder Gaia Parenting, turut memberikan pandangan mereka. “Selama dua tahun pertama kehidupan, sekitar 85-90% perkembangan otak terjadi. Apa yang diberikan kepada si Kecil dalam fase ini akan menentukan kualitas hidup mereka di masa depan,” ungkap Dr. Ray. Oleh sebab itu, orangtua, terutama seorang Mama, harus memahami betapa pentingnya 1000 hari pertama ini dan tidak boleh disia-siakan. Nutrisi yang diberikan selama periode ini akan menentukan kesehatan anak seumur hidup.
Indonesia sendiri terus mengupayakan peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) melalui program 1000 hari pertama kehidupan, karena kualitas manusia ditentukan sejak awal janin bertumbuh dalam kandungan. Upaya ini tidak hanya penting untuk mencegah stunting dan anemia, tetapi juga untuk memastikan anak-anak tumbuh dengan optimal, baik secara fisik maupun kognitif.
Simak lebih lanjut tentang nutrisi di 1000 hari pertama untuk cegah stunting dan anemia dalam rangkuman Popmama.com berikut ini.
Nutrisi yang Tepat Penting di 1000 Hari Pertama Kehidupan
Masa 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) adalah periode krusial bagi pertumbuhan fisik dan perkembangan otak anak. Nutrisi yang seimbang selama masa ini akan memengaruhi kesehatan jangka panjang si Kecil. Dr. Ray menjelaskan, “Kekurangan gizi selama HPK, terutama zat besi, dapat meningkatkan risiko stunting dan anemia.” Oleh karena itu, Mama yang hamil harus memastikan asupan protein, zat besi, serta vitamin yang mencukupi selama kehamilan hingga si Kecil berusia dua tahun.
Untuk memastikan keberhasilan dalam 1000 hari pertama kehidupan si Kecil, orangtua perlu melakukan beberapa langkah teknis. Salah satunya adalah memantau tumbuh kembang anak secara rutin melalui posyandu atau pemeriksaan ke dokter anak. Orangtua juga dianjurkan untuk melakukan journaling atau mencatat perkembangan si Kecil setiap hari dalam sebuah buku khusus, dengan mengikuti chart pertumbuhan untuk menghindari penurunan tinggi dan berat badan yang tidak sesuai dengan usia.
Selain itu, cek status gizi anak bisa dilakukan dengan menggunakan aplikasi atau kuesioner sederhana yang dapat mendeteksi potensi kekurangan zat gizi mikro, terutama zat besi. Jika tanda-tanda kekurangan zat besi terdeteksi, segera lakukan pemeriksaan lebih lanjut ke dokter. Terakhir, kesiapan mental dan kesehatan jiwa baik pada orangtua maupun anak harus selalu dijaga agar proses tumbuh kembang berjalan optimal.
Editors' Pick
Miskonsepsi Tentang Anemia dan Dampaknya pada Anak
Banyak orangtua lebih khawatir tentang stunting daripada anemia, padahal anemia juga memiliki dampak jangka panjang yang berbahaya. Anak yang menderita anemia cenderung merasa lemas dan lesu, yang dapat menghambat perkembangan kognitif dan prestasi akademik mereka. Dr. Ray menekankan bahwa anemia sering kali kurang disadari, padahal dapat mempengaruhi kemampuan belajar dan aktivitas fisik anak. Mengonsumsi makanan kaya zat besi seperti daging, sayuran hijau, dan ikan dapat membantu mencegah anemia.
Anak yang mengalami anemia biasanya menunjukkan tanda-tanda awal berupa penurunan prestasi akademik, serta kondisi fisik yang lemah, letih, dan lesu. Si Kecil mungkin akan cenderung menjaga jarak dengan teman-temannya, lebih memilih menyendiri, dan tampak tidak aktif dalam lingkungan sosial. Hal ini menjadi tanda kompleks yang perlu diwaspadai oleh orangtua.