5 Cara Mudah Memahami Minat dan Bakat Anak Sejak Dini
Kira-kira bakat si Kecil apa ya?
18 Agustus 2019
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Banyak tantangan yang harus dihadapi sepasang suami-istri setelah mereka memutuskan memiliki anak.
Belajar menjadi Mama dan Papa, mengurus bayi, memahami proses tumbuh kembangnya, dan mencukupi dari segi finansial.
Bahkan bisa dibilang masa depan seorang anak bergantung pada bagaimana orangtua mendidiknya dulu.
Pembentukan karakter dimulai sejak kecil. Nilai-nilai dan aturan yang dipahaminya sejak kecil menjadi acuan hingga dewasa. Termasuk juga minat, bakat, dan cita-cita.
Mama dan Papa memiliki tugas berat untuk membantu si Kecil memahami bakat dan minatnya.
Karena seseorang yang tumbuh dewasa tanpa merasa memiliki ketertarikan pada sesuatu, bisa berdampak buruk bagi kehidupan pribadi dan bermasyarakat. Ia hanya akan menuruti aturan orang lain dan mudah terpengaruh.
Untuk bisa membantu si Kecil memahami minat dan bakatnya, lima langkah di bawah ini bisa Mama coba. Simak yuk!
1. Selalu memberikan waktu bermain
Memberikan anak kebebasan bermain sebenarnya baik bagi tumbuh kembangnya. Kemampuan berpikir anak belum semaksimal orang dewasa yang bisa menampung banyak hal sekaligus.
Pola pikirnya berkembang pelan-pelan seiring pertumbuhannya. Maka dari itu, aktivitas yang menyenangkan baginya hanya bermain.
Mencoba permainan baru atau suka mengulang satu permainan yang sama, bisa menunjukkan minat dan bakatnya.
Sayangnya, masih banyak orangtua yang melarang anaknya bermain dengan alasan keamanan, membuatnya lupa diri, atau bahkan malas belajar.
Menurut Mama apakah bermain membuat anak menjadi malas? Jawabannya tentu tidak. Anak yang selalu aktif bermain justru menunjukkan tingkat kecerdasan yang tinggi.
Energi yang ia peroleh dari asupan makanan bisa disalurkan secara positif melalui permainan.
Editors' Pick
2. Tidak membebaninya dengan tanggung jawab dan aturan ketat
Menjadi orangtua bukan berarti dianggap yang paling benar dan berhak mengatur segalanya.
Ketakutan dan harapan orangtua pada anak kadang menjelma jadi tindakan over protective.
Anak bukannya menemukan minat dan bakat, ia malah Memberikan anak kebebasan bermain sebenarnya baik bagi tumbuh kembangnya.
Kemampuan berpikir anak belum semaksimal orang dewasa yang bisa menampung banyak hal sekaligus. Pola pikirnya berkembang pelan-pelan seiring pertumbuhannya. Maka dari itu, aktivitas yang menyenangkan baginya hanya bermain.
Mencoba permainan baru atau suka mengulang satu permainan yang sama, bisa menunjukkan minat dan bakatnya.
Sayangnya, masih banyak orangtua yang melarang anaknya bermain dengan alasan keamanan, membuatnya lupa diri, atau bahkan malas belajar.
Menurut Mama apakah bermain membuat anak menjadi malas? Jawabannya tentu tidak. Anak yang selalu aktif bermain justru menunjukkan tingkat kecerdasan yang tinggi.
Energi yang ia peroleh dari asupan makanan bisa disalurkan secara positif melalui permainan.
berusaha mencari pelampiasan. Ma, bisa saja pelampiasan tersebut justru bersifat negatif.
Sebaiknya tidak perlu membebani anak dengan tanggung jawab dan aturan ketat. Memaksanya harus mandi jam sekian, mengerjakan PR sebelum pukul 7 malam, atau memberinya batasan bermain hanya satu jam.
Pola asuh yang kurang menyenangkan justru membuat anak makin jauh dari orangtua. Mama jadi kesulitan mengamati minat dan bakatnya dari dekat.