Ancaman gangguan keterlambatan bicara membuat banyak orangtua cemas. Saat si Kecil mulai mendekati usia 2 tahun, Mama dan Papa mulai meningkatkan intensitas komunikasi dengannya.
Ditambah dengan stimulus dari luar seperti mendengarkan musik atau menonton video anak.Tapi beberapa orangtua tidak mendapat hasil memuaskan.
Si Kecil tetap kesulitan mengucapkan kata-kata dengan jelas, tidak menanggapi ocehan Mama-Papa, atau malah memilih diam dan kembali asyik dengan mainannya.
Sebelum terlambat, beberapa tips di bawah ini bisa Mama coba untuk merangsang kemampuan berbicara si Kecil.
Semakin dini diterapkan, Mama dan Papa tak perlu khawatir lagi soal ancaman gangguan bicara pada anak.
1. Sering mengajaknya berkomunikasi meski Mama dan Papa nampak seperti bicara sendiri
Unsplash/ Bruno Nascimento
Si Kecil mungkin belum bisa menyahut, tapi tatapan mata dan raut wajahnya seakan menyimak tiap kata yang ia dengar.
Amati pelan-pelan responsnya, mulai dari tertawa, berteriak seperti ingin mengatakan sesuatu, atau menggerakkan badan.
Cara ini bisa dilakukan sejak ia masih berusia di bawah setahun. Semakin sering diajak berkomunikasi, bonding anak dengan orangtua menstimulus otaknya berkembang lebih baik.
Editors' Pick
2. Tanggapi ocehannya dengan kata-kata yang sebenarnya
Unspalash/Becca Tarter
Si Kecil biasanya memiliki bahasa sendiri yang lucu bagi orang dewasa. Seperti menyebut susu dengan “dudu” atau “ucu”, lalu menyebut minum sebagai “mik” atau “inyum”.
Ketika ia mulai rajin berceloteh seperti ini, Mama tanggapi dengan kata yang sebenarnya.
Secara tidak langsung, Mama sedang membetulkan cara pengucapannya. Lama-lama ia akan terbiasa mengucapkan dengan benar.
3. Hindari terlalu sering menonton televisi atau video lewat ponsel
Unsplash/Jelleke Vanooteghem
Meski kini banyak tayangan khusus anak yang disediakan oleh situs-situs internet, mengajarinya berbicara dari video sebaiknya jangan dilakukan terlalu sering.
Tidak ada yang lebih baik dari interaksi dan praktek langsung. Membiarkan anak memahami kata-kata dari video bisa membuatnya kecanduan dan terbiasa tidak memiliki lawan bicara.
Selain itu, dampak negatif tayangan televisi sudah tidak asing lagi di kalangan orangtua.
Televisi tidak bisa mengikuti aturan Mama dengan menayangkan acara khusus anak saja sepanjang hari.
Kadang ada sinetron dewasa dan tayangan berita kriminal, yang mana akan menanamkan ingatan kurang baik pada si Kecil.
Adakah anak kecil yang membenci dongeng? Rasanya tidak.
Hampir semua anak suka mendengarkan dongeng dari Mama atau Papa. Tidak harus sebelum tidur, kapanpun ada kesempatan, dongeng selalu menyenangkan untuk didengar.
Rutin membacakan cerita pada si Kecil juga baik lho, Ma untuk menstimulus kemampuan berbicara. Ia mendengar makin banyak kosa kata dan tertarik dengan cerita yang dibacakan.
Karena anak kecil adalah peniru yang baik, lama-lama ia akan menirukan cara Mama bercerita dan mulai mengatakan apa saja yang ia ingat.
Karena belum mengetahui nama benda yang dimaksud, kadang si Kecil hanya menunjuk-nunjuk saja lalu berteriak gemas karena tak bisa menjangkau.
Inilah salah satu manfaatnya menemani anak bermain. Mama bisa membantunya menerjemahkan gerakan atau sesuatu yang ia maksud.
Ketika menunjuk ke arah boneka, mungkin sebenarnya ia ingin minta tolong diambilkan. Tapi mulutnya belum bisa mengatakan sehingga hanya mengandalkan jari.
Nah, Mama ambilkan boneka itu sambil mengajaknya tanya jawab, “Adek mau boneka? Iya?” kemudian ia mengangguk dan berusaha meraih.
Jangan langsung diberikan lalu beri ia satu kalimat lagi, “Apa tadi namanya? Bo-ne-ka”. Kelihatannya sepele, tapi dalam benak si Kecil tertanam kuat bahwa benda yang ia inginkan tersebut bernama boneka.
Semakin sering Mama membantunya mengartikan gerakan, ia akan lebih mudah belajar bicara.
Melatih anak untuk bisa berbicara menjadi tantangan bagi setiap orangtua. Mama dan Papa harus tetap sabar dan semangat ya.