6 Dampak Negatif Sering Membentak Anak
Membentak juga buat anak makin nakal lho, Ma.
4 September 2019
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Membentak atau memarahi anak adalah hal yang sulit dihindari para orangtua.
Sudah menahan diri sekuat apapun, kadang tingkah anak yang menjengkelkan membuat Mama berkata kasar atau dengan nada tinggi.
Padahal, anak-anak yang belum banyak mengetahui aturan dan pola interaksi, wajar jika kadang berbuat salah.
Jika Mama beranggapan menegur dengan bentakan lebih baik ketimbang tindakan fisik seperti mencubit atau menguncinya di kamar, maka ini adalah anggapan yang salah.
Keduanya sama-sama tidak menunjukkan pola asuh yang baik dan berdampak negatif pada perkembangan mental anak.
Ketika Mama atau Papa berteriak, bahkan sampai mengeluarkan kalimat-kalimat kasar, menyerukan namanya dengan wajah penuh amarah, sesuatu yang buruk terjadi pada mentalnya.
Bukan bekas luka fisik, melainkan ingatan buruk yang membekas. Sebaiknya Mama dan Papa pikirkan baik-baik ya sebelum menegur si Kecil.
Di bawah ini adalah enam dampak buruk dari membentak anak. Lihat yuk!
1. Merusak kepercayaan diri
Jangan Mama anggap membentak yang hanya dilakukan sekali-dua kali tidak akan berdampak apa-apa pada si Kecil.
Anak-anak juga memiliki respon yang berbeda-beda terhadap perlakuan dari orang di sekitarnya.
Ada yang sensitif dan sekali dibentak langsung merasa kecewa. Ia menjadi kehilangan kepercayaan diri. Merasa takut bertindak karena nantinya dibentak lagi jika melakukan kesalahan.
Baca Juga: 7 Hal yang Bisa Bikin si Kecil Jadi Nggak Percaya Diri!
2. Anak jadi tertutup
Anak yang sering dibentak orangtuanya akan tumbuh menjadi pribadi yang tertutup.
Bahkan tak perlu menunggu dewasa, bisa jadi ia mulai menutup diri sejak kecil.
Ia tidak lagi menceritakan pengalamannya pada Mama, lebih banyak diam, dan mudah tertekan.
Bahkan meski Mama tanyai terus-menerus, ia malah menganggapnya sebagai bentuk bentakan yang lain.
Editors' Pick
3. Mudah merasa cemas dan minder
Anak yang terbiasa dibentak dan dimarahi akan mudah merasa cemas dan minder.
Ia takut berbuat salah, sehingga tak jarang memilih untuk melakukannya secara sembunyi-sembunyi. Hasilnya, ia mulai belajar berbohong sejak kecil.
Ia takut Mama atau Papa marah melihat tingkahnya, sehingga ia memutuskan untuk menyembunyikannya.
Jika sejak kecil ia terbiasa berbohong, banyak hal buruk di masa depan yang berpotensi ia lakukan.
4. Bersifat agresif dan mudah rewel
Jika Mama mulai membentak si Kecil sejak usianya masih sangat kecil, di bawah tiga tahun misalnya, respon pertama yang ia tunjukkan adalah menjadi mudah rewel dan agresif.
Ia mengekspresikan perasaan tidak nyamannya dalam tangisan atau tingkah agresif seperti melempar benda.
Jika ia orang dewasa, tentu akan membalas bentakan dengan ungkapan tidak suka.
Tapi apa yang bisa dilakukan balita selain menangis dan membanting barang di sekitarnya? Waspada ya, Ma.
5. Dampak traumatik jangka panjang
Meski perkembangan otaknya belum sempurna, ingatan akan kejadian-kejadian di masa kecil melekat kuat hingga seseorang tumbuh dewasa.
Hal-hal yang Mama-Papa lakukan semasa ia kecil akan terkenang sebagai pelajaran hidup baginya.
Maka si Kecil yang biasa menerima bentakan dan teriakan kasar, berpotensi mengalami trauma jangka panjang.
Trauma ini bentuknya bisa bermacam-macam.
Ada yang menjadi takut berinteraksi dengan orang lain, tumbuh sebagai pribadi perfeksionis, atau malah tak ingin menikah dan menjadi orangtua.
Ia takut tak bisa menjadi orangtua yang baik dan mengulangi kesalahan Mama-Papa di masa silam.
6. Berpotensi menjadi pelaku atau korban bullying
Salah satu pemicu anak menjadi pelaku bullying adalah pernah atau sering mendapat perlakuan kasar dalam kesehariannya.
Termasuk jika Mama dan Papa terbiasa membentaknya, ia lebih mudah meniru dan menjadikannya contoh mem-bully orang lain.
Selain menjadi pelaku, ada juga anak yang justru menjadi korban dari para pem-bully.
Si Anak yang menjadi korban bully ini akan merasa bahwa perlakuan teman-temannya tersebut adalah bentuk pengungkapan perasaan marah yang sama juga dilakukan oleh orangtuanya ketika Mama atau Papa membentaknya.
Aduh, jangan sampai deh anak kita merasakan hal tersebut.
Enam dampak negatif di atas bisa Mama jadikan pertimbangan untuk lebih berhati-hati dalam bersikap.
Jangan sampai memberinya kenangan buruk yang ia bawa sampai dewasa kelak.