Bukan Hal Tabu, Pentingnya Deteksi Dini Kelainan Genitalia pada Anak
Jumlah bayi laki-laki penderita hipospadia belakangan ini meningkat lho Ma. Kok bisa, ya?
8 Juni 2021
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Mama ingat salah satu mantan atlet Indonesia di Timnas Bola Voli Putri yang sekarang jadi TNI? Sempat diberitakan bahwa ternyata ia berjenis kelamin laki-laki. Saat itulah Indonesia baru heboh dengan pemberitaan tentang hipospadia.
Anak laki-laki yang mengalami hipospadia memang bisa dikira perempuan, Ma. Hipospadia bukan kelainan yang “mematikan”, tapi bisa mengganggu anak ketika buang air kecil dan kalau dibiarkan bisa menyebabkan masalah-masalah lain.
Semakin cepat tertangani juga semakin baik. Oleh karena itu, hipospadia perlu dideteksi sejak dini.
Selain hipospadia, kelainan-kelainan genitalia atau alat kelamin lainnya juga perlu dideteksi sejak dini lho, Ma. Seperti fimosis, buried penis, mikropenis, testis tidak turun, dan retraktil testis.
Kasus kelainan-kelainan genitalia ini sering dijumpai, jadi tidak perlu malu memeriksakannya ya Ma.
Peranan Mama sangat penting lho untuk mendeteksi kelainan genitalia pada anak sejak dini agar ia bisa segera mendapatkan penanganan yang tepat, lalu memiliki kualitas hidup yang lebih baik ke depannya. Bagaimana caranya?
Berikut ini, Popmama.com telah rangkum penjelasannya dari acara Virtual Media Briefing oleh Siloam Hospitals ASRI berjudul “Hipospadia dan Kelainan Genitalia Lainnya pada Anak dapat Disembuhkan” bersama Dokter Spesialis Urologi Siloam Hospital ASRI dr. Arry Rodjani, Sp.U (K) dan Dokter Spesialis Urologi Siloam Hospital ASRI Dr. dr. Irfan Wahyudi, Sp.U (K) pada 4 Juni 2021 lalu.
1. Hipospadia
Hipospadia merupakan salah satu kelainan bawaan lahir pada alat kelamin laki-laki.
Kelainan ini ditandai dengan:
- lubang saluran kemih tidak terletak di ujung penis. Bisa tepat di bawah ujung penis, di bawah batang penis, atau di daerah kantung zakar (skrotum),
- kulit kulup tidak terbentuk sempurna dan tampak berkumpul di bagian atas penis, sedangkan bagian bawah tidak tertutup, seperti hoodie, dan
- penis akan tampak bengkok saat ereksi.
Dr. Arry Rodjani, Sp.U (K) menjelaskan bahwa hipospadia terjadi akibat terganggunya pembentukan kelamin saat pertumbuhan janin. Bisa karena faktor genetik, endokrin, dan lingkungan.
Hipospadia tidak menimbulkan rasa sakit, tapi akan mengganggu saat anak buang air kecil. Misalnya, anak jadi harus duduk ketika buang air kecil karena letak lubangnya ada di bawah.
Kalau dibiarkan, anak bisa mengalami gangguan pada fungsi reproduksi, sulit memiliki momongan ketika sudah berumah tangga, dan masalah psikologis lho Ma.
Gradasi hipospadia
Secara sederhana, hipospadia dibagi menjadi hipospadia ringan, sedang, dan berat.
Tingkat keparahannya dipertimbangkan berdasarkan lokasi anatomi dari ujung lubang saluran kemih, panjang penis, ukuran, bentuk, kualitas lempeng saluran kemih, dan derajat kelengkungan penis.
Beberapa kondisi hipospadia berat, seperti testis tidak teraba atau kelamin ambigu, perlu pemeriksaan genetik dan endokrin segera setelah lahir agar terhindar dari risiko Disorder Sexual Development (DSD) dan hiperplasia adrenal kongenital.
Faktor meningkatnya penderita hipospadia
Kasus hipospadia sebenarnya banyak dijumpai. Sekitar 1 dari 200-300 bayi laki-laki mengalaminya. Bahkan akhir-akhir ini jumlah kasusnya meningkat yang diduga akibat faktor polusi udara, penggunaan insektisida pada bahan-bahan makanan, penggunaan kosmetik saat kehamilan, dan zat-zat lain.
Kenapa bisa begitu? Ini dikarenakan zat-zat tersebut mengganggu sistem endokrin saat kehamilan, Ma. Bayi yang lahir dengan berat badan rendah juga memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalaminya.
Penanganan hipospadia
Hipospadia bisa disembuhkan lewat operasi kok, Ma. Operasi yang disarankan adalah ketika anak berusia 6 bulan-1 tahun karena jaringannya belum kaku, pemulihan lukanya cepat, anak tidak akan mengingat bahwa pernah dioperasi (alasan psikologis), dan hasil operasinya lebih baik.
Namun, bukan berarti orang dewasa tidak bisa menjalani operasi hipospadia, ya. Tetap bisa, hanya saja lebih baik kalau ditangani lebih awal.
Lalu, sedikit catatan dari dr. Arry. Anak yang mengalami hipospadia jangan dikhitan dulu karena kulit kulupnya akan digunakan untuk jaringan pembuatan saluran kemih saat operasi, Ma.
Editors' Pick
2. Fimosis
Fimosis merupakan kondisi kulup penis menutupi lubang kencing dan dapat terjadi secara natural.
Agar Mama bisa mendeteksinya, Mama perlu tahu gejala-gejalanya, yaitu sebagai berikut.
- Tidak mampu menarik kulup penis
- Nyeri pada penis
- Pembengkakan pada penis
- Kemerahan pada penis
- Muncul luka
Dr. dr. Irfan Wahyudi, Sp.U (K) menjelaskan bahwa fimosis pada bayi laki-laki yang baru lahir masih dianggap normal sampai usia 3 tahun.
Sekitar 90 persen anak dengan fimosis, lubang kencingnya akan terbuka dan terlihat seiring bertambahnya usia.
Tapi kalau pada fase itu timbul infeksi, anak sulit buang air kecil, sampai membentuk balon gelembung saat anak buang air kecil, harus segera diperiksakan ke dokter ya, Ma.
Pengobatan fimosis
Pengobatan fimosis pada anak bisa dilakukan saat anak sudah berusia 2 tahun dan tergantung dari penilaian caregiver.
Untuk fimosis primer, biasanya anak diberikan pengobatan lini pertama berupa penggunaan obat salep. Tingkat kesuksesannya mencapai 80 persen.
Sedangkan untuk fimosis sekunder, cara pengobatannya bisa dengan khitan/sunat.
3. Buried Penis
Kalau penis anak mama terlihat kecil, coba amati pada lapisan lemak perut bawah yang agak tebal, dekat alat kelamin. Bisa saja penisnya bukan kecil, tapi tenggelam atau tertarik oleh jaringan di bawah kulit.
Kondisi inilah yang disebut dengan buried penis atau penis tenggelam. Penisnya bisa tersembunyi di bawah kulit perut, paha, atau skrotum. Hal ini dijelaskan oleh dr. Irfan.
Kelainan ini bisa dialami oleh bayi yang baru lahir maupun orang dewasa. Tapi lebih sering terjadi pada bayi dan balita.
Buried penis pada bayi dan balita bisa disebabkan karena ligamen yang menyambungkan penis ke struktur di bawahnya lebih lemah dari biasanya.
Sedangkan pada orang dewasa bisa disebabkan oleh morbid obesity, yaitu adanya lemak berlebih di sekitar area perut dan area alat kelamin sehingga penis tenggelam.
Pembengkakan di sekitar area skrotum dikarenakan pengumpulan cairan getah bening juga bisa menyebabkan penis terkubur di dalam jaringan.
Pengobatan buried penis
Pengobatan untuk kelainan buried penis tergantung dari kondisinya.
Kadang kondisinya hilang sendiri pada bayi dan anak-anak. Kalau tidak hilang sendiri pada usia anak-anak atau terjadi pada orang dewasa, perlu dilakukan operasi untuk menyembuhkannya.
Selain operasi, obat bisa diberikan oleh dokter jika terjadi infeksi di sekitar area alat kelamin.
Jika buried penis disebabkan oleh obesitas, penderita harus mengurangi berat badan dulu sebelum dioperasi agar tidak ada komplikasi, baik saat maupun sesudah operasi.
Karena penanganannya berbeda-beda, jalan terbaiknya adalah konsultasikan dulu dengan dokter kalau Mama menemukan tanda-tanda buried penis pada anak agar segera mendapatkan penanganan yang tepat.
4. Mikropenis
Mikropenis merupakan kondisi ukuran penis lebih kecil (-2,5 dari standar deviasi) dari rentang panjang penis normal sejak bayi atau anak-anak.
Ciri-ciri mikropenis adalah panjang penisnya kurang dari 1,9 sentimeter pada bayi yang baru lahir. Sedangkan panjang penis pada umumnya adalah 3,5 sentimeter.
Beda usia, beda juga rentang panjang penis normalnya. Untuk mengukurnya, penis harus ditarik dan diukur panjangnya mulai dari pangkal batang penis sampai ke ujung. Pengukuran harus dilakukan saat tidak ereksi.
Anak bisa mengalami mikropenis kalau orangtua memiliki keturunan penyakit kelainan hormon yang bisa memengaruhi pertumbuhan organ alat kelamin pada anak.
Mikropenis jarang terjadi, hanya sekitar 0,6 persen laki-laki di dunia yang mengalaminya.
Mikropenis bukanlah kondisi yang berbahaya, tapi kondisi mikropenis bisa disertai dengan penyakit lain Ma. Jadi, lebih baik periksakan ke dokter kalau anak mama mengalami kondisi mikropenis.
Pengobatan mikropenis
Pengobatan untuk mikropenis biasanya ditujukan untuk memberikan body image yang baik, memungkinkan pasien melakukan fungsi seksual yang normal ketika sudah dewasa, dan dapat berkemih dalam posisi berdiri.
Pengobatannya bisa berupa terapi hormon testosteron atau operasi, Ma.
Terapi hormon testosteron penting dilakukan sejak dini. Terapi ini menguji kemampuan penis anak dalam merespons pertumbuhan hormon.
Terapi testosteron untuk mikropenis berbeda pada setiap anak. Bisa berupa suntikan atau menggunakan gel/salep.
Menurut penelitian, pertumbuhan penis lebih efektif pada bayi dibanding anak remaja lho.
Kalau terapi testosteron tidak memberikan dampak signifikan, biasanya akan dilakukan evaluasi dan diberikan terapi hormon lainnya.
Pengobatan mikropenis dengan cara operasi biasanya dilakukan pada anak remaja dan orang dewasa karena operasi rekonstruksi pada anak merupakan tindakan yang rumit dan berisiko.
Operasi rekonstruksi bisa dilakukan kalau terapi medis tidak menunjukkan hasil signifikan.
5. Kelainan genitalia pada skrotum atau buah zakar
Dr. Irfan menjelaskan bahwa kelainan genital pada skrotum atau buah zakar ada dua jenis. Kedua kelainan tersebut yaitu kondisi testis tidak turun (undescended testis/UDT) dan retraktil testis.
Testis tidak turun (undescended testis/UDT)
UDT merupakan kelainan bawaan yang paling umum terjadi pada alat kelamin laki-laki.
Kelainan ini ditandai dengan tidak terabanya testis di dalam salah satu atau kedua skrotum. Ini terjadi karena testis di dalam perut gagal turun ke skrotum.
Sebenarnya, testis berada di dalam perut sejak dalam kandungan, Ma. Testis seharusnya turun ke dalam skrotum jika sudah mendekati minggu-minggu kelahiran.
Kasus UDT terjadi pada sepertiga anak laki-laki yang lahir prematur dan sekitar 2-8 persen pada anak laki-laki yang lahir normal.
Ada berbagai faktor yang bisa meningkatkan risiko UDT pada bayi baru lahir lho, Ma. Apa saja itu?
- Bayi lahir dengan berat badan rendah
- Bayi lahir prematur
- Keluarga memiliki riwayat UDT atau masalah perkembangan alat kelamin lainnya
- Janin mengalami kondisi yang bisa menghambat pertumbuhan, seperti Down Syndrome atau kelainan dinding perut
- Konsumsi alkohol pada masa kehamilan
- Merokok atau terpapar asap rokok pada masa kehamilan
- Terpapar pestisida pada masa kehamilan
Pengobatan untuk kelainan UDT bisa berupa operasi atau terapi hormon. Terapi hormon dilakukan dengan menyuntikkan human chorionic gonadotropin (HCG) yang bisa membuat testis pindah ke skrotum. Tapi cara ini kurang efektif dibanding dengan operasi lho, Ma.
Retraktil testis
Retraktil testis merupakan kondisi testis bisa bergerak naik dan turun. Kadang di skrotum, kadang naik.
Kondisi ini biasanya akan membaik sendiri, Ma. Namun, volume dan ukuran testis perlu dipantau setiap setahun sekali karena volume testis seharusnya bertambah seiring bertambahnya usia.
Itulah beberapa kelainan genitalia yang bisa Mama deteksi sejak dini. Jangan takut untuk memeriksakan kondisi alat kelamin anak ya, Ma. Kelainan genitalia bukan aib kok, dan bisa disembuhkan.
Semoga artikel ini bisa membantu Mama untuk mengetahui cara mengecek kesehatan alat kelamin anak.
Baca juga:
- Waspada Sindrom Edward, Kelainan Genetik yang Sebabkan Cacat Lahir
- 5 Fakta Menganai Hipospadia, Kelainan Penis pada Bayi
- Faktor Kehamilan dengan Down Syndrome dan Cara Diagnosisnya