Mengapa Toilet Training pada Anak Harus Dilakukan Sampai Berhasil?

Toilet training yang tidak dilakukan sampai berhasil bisa menyebabkan berbagai masalah pada anak

10 Juni 2021

Mengapa Toilet Training Anak Harus Dilakukan Sampai Berhasil
intermountainhealthcare.org

Artis Tya Ariestya pada tanggal 8 Juni 2021 pagi membagikan perkembangan anak keduanya, Kalundra, di akun Instagram pribadinya. Ia mengunggah foto Kalundra duduk di atas toilet mini yang tertutup.

Bersama dengan foto itu, Tya juga berbagi tentang proses toilet training kedua anaknya.

Toilet training, masih perkenalan buat belajar kok.

Belom bisa banget tapi dia sendiri yang udah mulai minta dan tertarik.

Cerita soal belajar untuk toilet training, pengalaman dari kakaknya emang susah-susah gampang, awalnya sedikit dikenalin dikit-dikit soal tempatnya.

Kalo udah mulai ada ketertarikan, baru totalitas lepas popok dan siap-siap takewerrr keweeerrr di mana-mana.

Ibu-ibu siapkaaan mental dan iman buat bersihin bekasnya di mana-mana. Kalo Kanaka nggak pernah aku marahin kalo dia belum berhasil bilang kalo mau pipis dulu di awal-awal. Kitanya jadi mesti sigap & lama-lama tau tanda-tanda kalo anak mau siap-siap pipis di tempat langsung lari bopong ke toilet sampe akhirnya dia bisa bilang sendiri.

Prosesnya untuk akhirnya bisa pipis di toilet full nggak terlalu lama, sekitar 1-2 mingguan kalo Kanaka (kadang pun kebablasan nggak masalah). Untuk pupnya butuh waktu lebih lama untuk ngebiasainnya sih kalo Kakak Kanaka dulu.

Nahhhhh Kalundra belum mulai total nih, soon kayaknya udah kepengen Kalundranya.”

Toilet training merupakan sebuah proses pelatihan untuk buang air kecil dan besar menggunakan toilet. Ini menjadi tahapan yang harus dijalani semua anak sampai berhasil menguasainya.

Nah, kapan ya kira-kira anak siap menjalani toilet training?

Apa yang akan terjadi kalau anak tidak berhasil menjalaninya? Apa saja masalah yang bisa menyebabkan toilet training tertunda dan bagaimana solusinya?

Lebih lanjut, Popmama.com akan bahas di bawah ini.

Editors' Pick

1. Kapan biasanya anak siap untuk menjalani toilet training?

1. Kapan biasa anak siap menjalani toilet training
drdad.in

Dilansir dari laman mayoclinic.org, banyak anak menunjukkan kesiapan untuk belajar menggunakan toilet ketika umur 1,5-2 tahun. Tapi ada juga anak yang belum siap untuk mempelajarinya sampai ia berumur 3 tahun, Ma.

Kalau anak tetangga sudah mempelajarinya saat umur 2 tahun, sedangkan anak mama yang berumur sama masih tidak mau mempelajarinya, tidak apa-apa Ma. Jangan paksakan ya, karena kesiapan setiap anak untuk mempelajarinya memang berbeda.

Tunggu saja sampai anak mama siap secara fisik dan emosionalnya. Memaksa anak hanya akan memberikan efek buruk pada perkembangan mentalnya.

2. Apa yang akan terjadi kalau toilet training pada anak tidak berhasil?

2. Apa akan terjadi kalau toilet training anak tidak berhasil
trustcarehealth.com

Pelatihan menggunakan toilet pada anak harus dilakukan sampai berhasil lho, Ma.

Belajar menggunakan toilet merupakan salah satu tahap yang harus berhasil deselesaikan semua anak untuk mematuhi norma-norma masyarakat. Anak juga akan mendapatkan otonomi dan harga diri kalau berhasil menguasainya.

Hal tersebut dilansir dari laman researchgate.net dalam Journal of Pediatric Urology berjudul “Later Toilet Training is Associated with Urge Incontinence in Children” yang ditulis oleh Joseph G Barone, Niren Jasutkar, dan Done Schneider.

Kalau anak tidak berhasil dalam toilet training, ia akan terlambat menguasainya karena bagaimanapun ia pasti harus melalui tahap ini untuk memathui norma masyarakat.

Anak yang terlambat mempelajari dan menguasai penggunaan toilet, bisa mendapat efek buruk lho Ma. Apa saja efeknya?

Dilansir dari laman mamypoko.co.in, efek buruk tersebut yaitu:

  • Kandung kemih tidak berfungsi dengan baik dan ini akan menyebabkan proses buang air kecil anak tidak normal
  • Infeksi saluran kemih
  • Anak menolak menggunakan toilet yang ada akan menyebabkan ia mengalami sembelit
  • Mengompol sebelum sampai di toilet

Efek buruk di atas bisa terjadi karena anak belum mampu mengontrol buang air kecil dan besar di saat harusnya ia sudah menguasainya. Juga karena anak masih belum terbiasa dengan penggunaan toilet.

Selain yang sudah disebutkan di atas, anak pun bisa mengalami stres emosional. Ia bisa merasa tidak percaya diri di hadapan teman-temannya ketika melihat mereka sudah bisa mengontrol buang air kecil dan besar, sedangkan ia masih belum menguasainya.

3. Apa masalah yang bisa menyebabkan toilet training tertunda dan bagaimana solusinya?

3. Apa masalah bisa menyebabkan toilet training tertunda bagaimana solusinya
www.bundoo.com

Ada beberapa masalah yang biasa terjadi ketika anak akan belajar menggunakan toilet. Anak bisa saja menolak menggunakan toilet karena takut atau ingin mencari tahu tentang otonominya.

Masalah ini bisa mengakibatkan toilet training-nya tidak berhasil dijalankan dan tertunda. Dilansir dari laman consumer.healthday.com, berikut adalah solusi dari masalah-masalah tersebut.

Anak takut belajar menggunakan toilet

Kalau anak mama sebenarnya sudah siap, tapi takut atau gugup untuk mulai mempelajarinya, cobalah bangkitkan semangatnya Ma. Dari sudut pandang anak, bisa saja toilet training itu mengintimidasi. Entah ia takut tidak bisa melakukannya dengan baik, takut terpeleset, atau alasan lainnya.

Mama bisa melakukan ini untuk membangkitkan semangatnya:

  • Tumbuhkan kemandirian alaminya. Kadang anak ingin merasa seperti orang dewasa, tapi kondisinya yang belum terlatih menggunakan toilet bisa membuatnya merasa sebaliknya. Nah, dukunglah ia menjadi mandiri, Ma. Beri tahu padanya bahwa ia sudah besar dan bebas menggunakan toilet kapan pun ia mau.
  • Berikan celana dalam yang keren padanya. Mama bisa ajak ia berbelanja celana dalam yang ada gambar karakter favoritnya.
  • Terapkan sistem penghargaan. Mama boleh kok memberinya penghargaan saat anak menggunakan toilet untuk buang air. Mama bisa menggunakan stiker atau hadiah lain seperti membacakan dongeng sebelum tidur atau lainnya. Jangan lupa berikan pujian yang secukupnya juga ya, Ma.
  • Untuk anak laki-laki yang mulai belajar buang air kecil sambil berdiri, Mama bisa menaruh target di pispotnya dan tunjukkan cara menenggelamkan target tersebut.

Anak ingin mencari tahu tentang otonominya

Kalau anak mama tidak mau menggunakan toilet untuk alasan yang sama saat ia menolak untuk mandi atau tidur, bisa jadi ia sedang mencari tahu tentang batasan dan otonominya.

Hal ini juga bisa terjadi ketika orangtua terlihat sangat berharap ia mau belajar menggunakan toilet. Itulah salah satu alasan orangtua diharapkan untuk tidak memaksa maupun terlalu sering mengungkit tentang toilet training saat anak belum tertarik mempelajarinya walaupun sudah siap.

Kalau anak mama melakukan ini, jagalah agar “ujian batas dan otonomi”-nya tidak berubah menjadi perebutan kekuasaan karena bagaimanapun itu adalah tubuhnya, ia akan menang. Lalu, bagaimana cara menghadapinya?

  • Mama sebaiknya mundur dulu. Tidak ada gunanya berdebat dengannya atau menakut-nakutinya. Tapi Mama bisa beri tahu padanya bahwa ia sudah besar dan cukup umur untuk belajar menggunakan toilet. Mulai sekarang, itu adalah tanggung jawabnya, Mama tidak akan mengganggunya tentang itu.
  • Letakkan pispot di lokasi yang strategis. Jadi, anak bisa menggunakannya secara mendadak tanpa bantuan apa pun. Jangan tanya, “Apa kamu nggak perlu pipis?” berkali-kali ya Ma. Pengulangan justru bisa membuat anak merasa terkurung dan dimanipulasi.
  • Biarkan ia pergi untuk bermain ketika ia baru sebentar duduk di toilet atau pispot dan tidak ada yang keluar. Kalau ia merasa perlu, ia akan kembali lagi untuk buang air, walaupun mungkin saja ia sudah mengompol duluan. Pemaksaan hanya akan menanam benih pemberontakan pada anak.
  • Bersikap tenang ketika anak mengompol. Bereaksi berlebihan hanya akan membuatnya takut atau cemas dengan proses toilet training. Yakinkan ia bahwa tidak apa-apa untuk mengompol dari waktu ke waktu.
  • Curahkan perhatian Mama pada anak sebagai hadiah kalau ia berperilaku baik. Curahkan perhatian yang ia perlukan ketika ia menggunakan toilet atau pispot, daripada ketika ia tidak menggunakannya. Jangan menyebut “toilet” di depannya, ia bisa muak. Biarkan saja sampai ia tiba-tiba menggunakan toilet sendiri. Kalau ia melakukannya, baru berikanlah pujian padanya.

Itulah alasan toilet training harus dilakukan sampai berhasil dan cara agar toilet training anak tidak tertunda.

Tak bisa dipungkiri, toilet training memang salah satu hal yang sangat menantang, baik untuk anak maupun orangtua. Tapi dengan kesabaran dan konsistensi Mama, toilet training anak mama pasti akan berhasil. Semangat ya, Ma!

Baca juga:

The Latest