Cara Mendeteksi Stunting pada Anak Sejak Dini
Deteksi stunting lebih awal yuk!
23 Oktober 2021
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Stunting merupakan salah satu masalah pada kesehatan yang disebabkan oleh kurangnya nutrisi. Ada dua hal yang berbeda yaitu, Stunted adalah kondisi tinggi badan anak minus 2 standar deviasi berdasarkan kurva WHO.
Sedangkan Stunting adalah anak yang mengalami stunted karena nutrisi yang tidak baik dan infeksi yang berulang selama 1000 hari pertama kehidupan.
UNICEF menyatakan pada tahun 2020, secara global 22% anak balita mengalami stunting. Di Indonesia sendiri prevalensinya masih tinggi yaitu diatas 30%. Selain itu berdasarkan Kementerian Kesehatan, pada tahun 2013 angka stunting di Indonesia adalah 37,2% dan pada tahun 2018 turun menjadi 30,8% namun masih dikategorikan tinggi.
Melalui konferensi virtual pada Kamis (14/10/2021) dalam suatu peluncuran produk susu bersama Dr. dr, Lanny C. Gultom, SpA yang merupakan seorang Dokter Spesialis Anak menyebutkan bahwa prevensi atau pencegahan anak untuk tidak menjadi stunting merupakan tindakan yang harus dilakukan.
dr. Lanny juga menjelaskan "Ada 3 hal yang harus dilakukan dalam pencegahan stunting, pertama melakukan deteksi dini, melihat infeksi pada anak, dan memberi tata laksana yang adequate."
Perlu diingat bahwa seorang anak tidak bisa langsung dikatakan terkena stunting, melainkan melewati beberapa proses terlebih dahulu. Lantas apa yang perlu dilakukan para orang tua untuk mendeteksi stunting pada anak?
Berikut Popmama.com telah merangkum informasi selengkapnya.
1. Melakukan pengukuran antropometri secara rutin
Untuk mendeteksi stunting pada anak, salah satu yang harus dilakukan adalah melakukan antropometri pengukuran rutin diantaranya, pengukuran berat badan, panjang badan, menilai berat badan menurut usia, tinggi badan menurut usia, tinggi badan menurut berat badan, lingkar kepala, dan seterusnya.
Hal ini penting untuk menentukan tren pertumbuhan, apakah anak mengalami risiko gagal tumbuh dan menilai peningkatan kenaikan tinggi badannya.
Pengukuran berat badan di bawah 2 tahun harus berbaring dan telanjang menggunakan timbangan khusus anak balita yang berbaring. Sedangkan, anak di atas 2 tahun ditimbang dengan pakaian yang minimal dan berdiri.
Editors' Pick
2. Melakukan plotting kurva pertumbuhan menurut WHO
Setelah melakukan pengukuran, baik penimbangan atau pengukuran tinggi badan. Selanjutnya adalah memplotting dalam kurva menurut WHO. Kurva tersebut dikelompokkan berdasarkan berat badan menurut umur, tinggi badan menurut umur, dan berat badan menurut panjang badan.
Apabila dalam kurva tersebut, panjang atau tinggi badan anak di bawah garis merah -2 maka dikatakan anak tersebut memiliki perawakan pendek dan bisa berdampak stunting. Untuk memudahkan, kurva tersebut dapat dilihat di buku Kesehatan Ibu dan Anak.
Bisa juga menggunakan sebuah aplikasi bernama PrimaKu yang dibuat oleh Ikatan Dokter Indonesia. Di dalam aplikasi tersebut juga terdapat kurva pertumbuhan menurut WHO.