Jihan Zahira Korban Gempa dan Tsunami Palu Berjanji Tak Akan Menangis
Senyum tegar Jihan memberikan pembelajaran untuk tetap kuat dalam menghadapi masalah
18 Oktober 2018
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
“Jihan te boleh menangis Om, nanti Allah marah”
Kata-kata ini diucapkan oleh Jihan Zahira yang usianya masih 3 tahun korban bencana gempa dan tsunami Palu. Dirinya berusaha tidak menangis walau tempat tinggalnya hancur akibat bencana.
Saat terjadi bencana, Mama anak perempuan ini sedang berada di Saudi dan Papanya sedang di rumah karena sakit.
Kini, Jihan sedang menjalani ujian hidup di pengungsian kaki Gunung Gawalise bersama sang Nenek.
Siapa saja yang mendengar kata-kata dari Jihan ini pasti akan bercermin kepada diri sendiri karena merasa tidak bisa setegar anak berusia 3 tahun saat menghadapi masalah.
Menurut pengakuan dari Bayu Andrein yang sedang mengunjungi Gunung Gawalise di daerah Palu, tidak ada setitik pun airmata yang keluar dari Jihan. Ini dikarenakan Jihan takut kalau nanti Allah marah kepadanya.
Penasaran ingin melihat ketegaran yang bisa diperlihatkan Jihan? Berikut beberapa potret Jihan yang sudah Popmama.com rangkum.
Editors' Pick
1. Pertemuan Bayu Andrein dengan Jihan Zahira
“Pandangan pertama, ketika saya berjalan menuju posko, saya melihat seorang anak yang berbeda dengan lainnya, lalu memotret anak kecil itu kemudian mengajak dia ngobrol. Dialah JIHAN, si bidadari kecil di kaki Gunung Gawalise,” ungkap Bayu Andrein saat dirinya pertama kali bertemu Jihan.
Bayu Andrein mendapatkan pelajaran berharga saat bertemu dengan Jihan yaitu rasa takut kepada sang Pencipta adalah kekuatan.
Melalui unggahan Instagram pribadinya pun, ada banyak warganet yang mendapatkan pelajaran serupa dari sosok Jihan.
Kecil-kecil Jihan sudah sangat menginspirasi banyak orang ya.
Baca juga: Memaknai Idul Adha, Begini Potret Kepedulian Andien untuk Lombok
2. Jihan Zahira dan anak-anak korban bencana alam lain perlu mendapatkan perhatian
Tidak semua anak-anak memiliki ketegaran yang sama seperti Jihan. Perlu diingat kalau rasa takut dan trauma setiap orang tentu berbeeda-beda.
Ada yang merasa kuat menjalani semua kondisi yang terjadi pasca bencana, namun ada juga yang rapuh dan merasa ketakutan.
Pasca bencana alam, anak-anak perlu menjadi prioritas untuk segera ditangani. Seorang anak yang kehilangan orangtua dan sanak saudara bisa menyebabkan risiko hidup di jalan.
Selain itu tentu ada rasa trauma yang akan menghantui anak-anak, sehingga dirinya mengalami rasa takut berlebihan bahkan beberapa menjadi fobia terhadap pantai.
Untuk mengatasi rasa trauma yang terjadi pada anak-anak dibutuhkan kerjasama berbagai pihak demi mengembalikan perasaan ceria mereka. Sebelum kondisi semakin memburuk, anak-anak perlu sekali dilakukan sesi trauma healing.
Selain potret Jihan, Bayu Andrein melalui Instagram pribadinya juga memperlihatkan anak-anak di kaki Gunung Gawalise sedang diberikan pendampingan oleh UNICEF dan beberapa pihak terkait. Aktivitas ini tidak bisa dianggap sepele karena sangat berdampak positif untuk anak-anak.
Pendampingan dengan melakukan sesi trauma healing bisa dilakukan melalui kegiatan positif dan tentunya menyenangkan untuk anak-anak.
Bernyanyi, bermain atau sekedar mendengarkan ceritanya bisa menjadi alternatif selama melakukan sesi trauma healing.
Tanpa disadari sesi trauma healing yang dilakukan kepada anak-anak pasca bencana alam dapat memberikan dukungan secara psikis, menciptakan perasaan aman hingga membangkitkan semangat dari segala keterpurukan.
“Angkat tanganmu dik. Kabarkan pada dunia bahwa kalian adalah anak-anak yang hebat dan KUAT! Bencana bukan alasan untuk tidak BANGKIT, BERDIRI DAN BERLARI KE DEPAN MERAIH CITA-CITA. Bangkitlah PALU,” tulis Bayu Andrein di Instagram pribadinya seolah ingin membagikan semangat.
Semoga dengan semakin banyak orang baik yang memberikan perhatian bagi anak-anak korban bencana alam.