Seperti Anak Cynthia Lamusu, Kelahiran Prematur Berisiko Terkena ROP
Cepat ditangani, Atharva Bimasena Saputra terhindar dari kebutaan
18 Oktober 2018
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Mungkin Mama sudah banyak mengetahui kalau Tatjana dan Bima, kedua anak dari Cynthia Lamusu terlahir secara prematur.
Usia kandungan Cynthia Lamusu kala itu baru berusia 33 minggu.
Belajar dari pengalaman Cynthia Lamusu, Mama perlu mengetahui kalau bayi yang terlahir dengan kondisi prematur sangat beresiko terkena retinopati prematuritas.
“Bima dari hasil screening matanya saat dia masih di Nicu dulu (screening dan tindakan harus secepat cepatnya atau maksimal di bawah usia 2 bulan) ternyata kondisi matanya terdiagnosa AP ROP (Retinopati Posterior Agresif Prematuritas sebuah bentuk ROP yang parah dan langka,” tulis Cynthia Lamusu dalam deskripsi foto Bima yang sedang menggunakan sebuah kacamata.
Untuk Mama yang ingin semakin mengetahui retinopati prematuritas dan belajar dari pengalaman Cynthia Lamusu, berikut rangkuman dari Popmama.com.
Editors' Pick
1. Mengenal Retinopati Prematuritas (ROP)
Dari kondisi yang terjadi pada buah hati Cynthia Lamusu dan Surya Saputra, Mama harus bisa lebih mengenal ROP alias retinopati prematuritas terutama pada si Kecil yang terlahir prematur.
Gangguan mata ini menjadi salah satu penyebab paling umum dari kehilangan penglihatan pada usia dini.
Bahkan retinopati prematuritas bisa menyebabkan gangguan penglihatan seumur hidup alias kebutaan.
Bayi yang terlahir prematur memiliki resiko sebesar 30 persen mengalami retinopati prematuritas.
Bisa dikatakan prematur yaitu saat bayi terlahir sebelum minggu ke-31 kehamilan. Dinyatakan normal atau cukup bulan untuk melahirkan, jika waktu kehamilan sudah memasuki usia 38-42 minggu.
Semakin kecil berat badan bayi saat dilahirkan sekitar 1250 gram atau justru kurang berarti kemungkinan terkena retinopati prematuritas bisa berpeluang cukup besar.
Kelainan ini bisa terjadi pada bayi dengan kelahiran prematur karena perkembangan pembuluh darah pada retina selama di dalam kandungan belum begitu sempurna.
2. Penanganan yang harus dilakukan terhadap Retinopati Prematuritas
Ada dua cara yang bisa dilakukan oleh orangtua saat memiliki anak dengan kondisi retinopati prematuritas. Pemeriksaan sedari dini bisa membantu dan meminimalisir kebutaan terhadap si Kecil. Mama perlu mengetahui dua cara ini yaitu:
- Skrining ROP. Pemeriksaan ini perlu dilakukan saat Mama sudah mengetahui kalau si Kecil dinyatakan stabil atau sudah siap dalam melakukan screening bersama dokter spesialis anak. Pemeriksaan ini perlu dilakukan berulang kali hingga usia si Kecil mecapai 42 minggu karena seiring berjalannya waktu, resiko retinopati prematuritas akan semakin rendah. Skrining ROP dengan menggunakan optalmoloskop indirek mampu mencegah terjadinya kebutaan.
- Retial Camera (RetCam). Pemeriksaan ini dianggap lebih efisien karena pengambilan gambar kondisi retina mata si Kecil bisa terlihat jelas. Pemeriksaan ini membutuhkan waktu yang singkat karena berkisar antara 15-30 menit. Mama tidak perlu khawatir karena pemeriksaan ini dilakukan tanpa kontak dengan mata secara langsung. Si Kecil akan diberikan gel pada mata, sehingga tidak terjadi kotak langsung. Hasil gambar nantinya akan diproses oleh dokter spesialis mata untuk dianalisis.
Cynthia Lamusu dan Surya Saputra pun berusaha melakukan yang terbaik untuk Atharva Bimasena Saputra. Melalui Instagram pribadi kedua anaknya, Cynthia Lamusu bercerita kalau Bima langsung diberikan tindakan khusus dari dokter ahli mata karena ini harus secepatnya dilakukan karena bisa terjadi kebutaan.
“Alhamdulillah, hasil dari tindakan khusus dokter ahli mata Itu berhasil. Ada reaksi baik dari mata Bima. Jadinya Bima terhindar dari kebutaan. Tapi efek sampingnya adalah dia harus memakai kacamata. Mulai pakai kacamata di usia 18 bulan,” begini rasa syukur yang bisa diceritakan Cynthia Lamusu mengenai kondisi putranya.