Mengenal Sistem Sensori Proprioseptif dan Fungsinya Bagi Tubuh
Salah satu sistem yang jarang diketahui, padahal memiliki peran besar bagi tubuh
30 Agustus 2023
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Seberapa familiar Mama dengan kata proprioseptif? Bagi sebagian orang, proprioseptif adalah kata yang asing dan bisa jadi baru didengar.
Sensori proprioseptif adalah sebuah sistem yang terletak di antara otot dan sendi serta memiliki banyak tugas, sama seperti indera lain pada tubuh manusia. Salah satu tugasnya adalah berkaitan dengan gerak sendi.
Proprioseptif memberikan kesadaran gerak pada tubuh kita, serta untuk mengidentifikasi dan menilai kekuatan dan juga tekanan. Sistem ini juga memiliki peran pengaturan yang penting dalam pemrosesan sensorik.
Adanya perbedaan sensorik yang diterima dan diproses oleh tubuh seringkali dikaitkan dengan penyakit autisme.
Melansir dari laman sensoryprocessinghub.humber.nhs.uk disebutkan bahwa banyak siswa autis mencari rangsangan proprioseptif untuk mengatur respon emosional dan perilaku mereka terhadap rangsangan sensorik.
Mengenal sistem sensori proprioseptif dan fungsinya bagi tubuh penting diketahui untuk orangtua agar bisa membedakan perilaku yang dilakukan anak sehari-hari, sehingga mampu mengetahui apakah perkembangan anak sesuai atau tidak.
Popmama.com telah menyiapkan topik menarik ini untuk Mama.
Tugas Sistem Proprioseptif
Sistem proprioseptif membantu mengkoordinasikan berbagai gerakan, seperti merangkak, berjalan, melompat, menendang, menggenggam, dan mengatur postur.
Pada usia 0-12 bulan, aspek sensori yang ada di tubuh manusia berkembang pesat. Mama dan Papa punya peran penting di rentang usia ini untuk memberikan stimulus dan rangsangan pada sistem proprioseptif.
Stimulasi sistem proprioseptif dapat orangtua berikan dengan mengajarkan bagaimana badan anak bergerak. Tujuannya, agar anak mendapat arahan untuk bergerak secara bertujuan dan beraturan.
Memasuki usia 1 tahun, anak akan mulai mencari sistem proprioseptif. Dukungan orangtua dapat diberikan dengan memberikan sentuhan lembut pada area siku, jari jemari, atau persendian lengan.
Bukan hanya soal gerak, namun juga soal tekanan. Misalnya, seberapa besar energi yang harus dikeluarkan saat ia menggenggam sesuatu.
Setiap aktivitas dan perkembangan yang dialami anak sejatinya akan memengaruhi tumbuh kembangnya di masa depan, dan saling menopang satu sama lain.
Misalnya, ketika anak belajar merangkak, ia juga akan belajar untuk berdiri dan berjalan setelahnya. Otot tubuhnya pun sedang mengajarkan bagian lengan dan kaki untuk melakukan tugasnya sendiri.
Editors' Pick
Indikator Anak Memiliki Rangsangan Proprioseptif Rendah
Lalu, bagaimana jika seorang anak tidak mendapatkan rangsangan proprioseptif yang dibutuhkan? Anak akan memiliki kebiasaan untuk mencari sensorik.
Seperti yang dijelaskan pada laman cadey.co, sensory seeking behavior pada anak-anak adalah kecenderungan untuk mencari pengalaman sensorik melalui panca indera: suara, penciuman, rasa, penglihatan, dan sentuhan.
Si Kecil juga akan gemar melakukan kegiatan yang cukup berbahaya untuk dirinya sendiri, tanpa dibekali kesadaran akan keselamatannya dan orang di sekitarnya.
Sensory seekers seringkali merupakan anak yang mencari kontak fisik dan suara keras, serta aktif dalam bergerak. Pada sebagian anak ditemui kondisi kesulitan untuk bergerak dengan lancar dan terkoordinasi.
Lalu apa saja ciri anak yang memiliki rangsangan proprioseptif rendah? Sebuah akun instagram/@amazing.autistic.abby menceritakan gejala seeking sensory behavior yang ditunjukkan anaknya yang merupakan pengidap autisme, yaitu:
- Tidak bisa mengontrol energi yang dikeluarkan, seperti berjalan terlalu cepat, mendorong terlalu keras, membenturkan terlalu keras, bermain terlalu kasar
- Selalu mencari perhatian dengan menjadi sosok yang bersuara keras, mengeluarkan kata-kata kasar, dan melukai diri sendiri atau orang lain
- Menjadi sosok yang aktif dengan terus bergerak, bergoyang dan menjadi gelisah
- Melompat atau menabrak saja yang dia bisa
- Mengunyah pulpen, pensil, pakaian, benda atau menggigit jari hingga luka
- Kesulitan mengelola emosi, sehingga akan menikmati pelukan yang dalam dan berat
- Bergelantungan atau bersandar pada orang, seolah tidak peduli dengan ruang pribadi orang lain