7 Cara Mencegah Kekerasan pada Anak yang Bisa Orangtua Lakukan
Setiap anak-anak harus mendapatkan perlindungan dari orangtuanya
28 Oktober 2021
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Membina seorang balita dapat menjadi tantangan bagi orangtua, emosi yang cepat berubah, perilaku mencoba-coba, hingga perlawanan dan susah diatur, dapat menyebabkan orangtua mengalami kewalahan.
Tak jarang, ini membuat Mama atau Papa merasa frustasi, yang bahkan bisa menjadi akar dari tindakan kekerasan.
Tindakan kekerasan pada anak, terutama balita dapat terjadi di keluarga mana pun dan di lingkungan mana pun, dan melewati segala batas baik itu pendapatan, ras, etnis, dan keyakinan agama.
Bagaimana pun juga, tindakan kekerasan dapat membawa buruk bagi anak di masa kini dan masa depan.
Untuk membantu Mama mencegah diri sendiri, berikut ini Popmama.com akan membahas tujuh cara mencegah kekerasan pada anak yang bisa orangtua lakukan.
1. Ketahui apa saja bentuk-bentuk kekerasan terhadap anak
Anak-anak, dari usia berapa pun harus aman dan orangtua, pengasuh, dan orang dewasa di sekitarnya bertanggung jawab untuk menjaga mereka tetap aman. Sebagai orangtua, Mama perlu mengetahui tindakan apa yang digolongkan sebagai kekerasan terhadap anak.
Dilansir dari Child Help, kekerasan pada anak atau child abuse adalah ketika seseorang, baik melalui tindakan atau berniat untuk bertindak, yang menyebabkan cedera, kematian, kerugian emosional, atau risiko cedera serius pada anak.
Kekerasan fisik dan seksual jelas merupakan penganiayaan, namun mengabaikan untuk memenuhi kebutuhan dasar anak seperti makanan, pakaian, dan perawatan kepada anak, ternasuk sebagai tindakan kekerasan.
2. Jadilah orangtua yang mengasuh
Di balik perilakunya yang mungkin seringkali membuat Mama kewalahan dan frustasi, tetapi penting untuk diingat bahwa si Kecil tetap perlu tahu ia istimewa, dicintai, dilindungi, dirawat, dan mampu mengejar impiannya.
Di sini orangtua perlu lebih mengedukasi diri sendiri agar dapat memahami anak-anaknya. Pelajari bagaimana anak-anak berperilaku dan apa yang mereka bisa dan tidak bisa lakukan pada usia yang berbeda.
Selain itu kembangkan harapan yang realistis dan masuk akal sesuai usia anak, untuk mencegah stres jika anak-anak mengalami kegagalan.
Editors' Pick
3. Ketahui kapan waktu yang tepat untuk mencari bantuan dan membantu orang lain
Ketika masalah besar dan kecil dalam kehidupan sehari-hari menumpuk sehingga Mama merasa kewalahan dan di luar kendali, luangkan waktu untuk menenangkan diri. Hindari melampiaskan emosi pada si Kecil.
Ambil napas dalam-dalam, nyalakan musik, dan ketahui siapa yang harus Mama hubungi untuk meminta bantuan, dan simpan nomor di ponsel Mama.
Mengetahui mengasuh anak dan mengimbanginya dalam kehidupan sehari-hari, membuat Mama juga bisa memahami bagaimana kondisi Mama-Mama di sekitar. Tawarkan bantuan untuk teman, tetangga atau saudara, saat mereka membutuhkan waktu istirahat sejenak.
4. Temukan penyebab dan solusinya, hindari melampiaskan emosi
Mendengar tangisan balita memang bisa membuat Mama frustasi. Namun, dengan memarahi anak hingga meneriakinya, itu tidak akan mengatasi masalah. Justru bisa mengakibatkan masalah lainnya.
Sehingga penting bagi Mama untuk menemukan apa penyebab tangisan anak, dan cari solusinya.
Jika balita menangis karena anak lain mengambil mainannya, Mama dapat berikan pengertian bahwa tidak apa-apa untuk berbagi, karena itu adalah perilaku baik. Kemudian beri anak mainan lainnya. Hindari mengguncang anak, karena dapat mengakibatkan cedera parah atau kematian.
Sebagai orangtua, Mama juga perlu menghormati anak-anak. Perlakukan anak dengan cara yang sama seperti bagaimana Mama ingin diperlakukan.
5. Jangan mendisiplinkan anak saat merasa kesal
Jangan pernah mendisiplinkan si Kecil saat Mama merasa kesal, frustrasi, atau marah. Kendalikan diri sendiri dan perhatikan kata-kata yang digunakan sebelum mendisiplinkan anak. Bahasa yang marah atau menghukum, dapat meninggalkan bekas luka emosional seumur hidup.
Sebaliknya, tetapkan aturan yang jelas sehingga si Kecil tahu apa yang diharapkan. Misalnya, balita tidak boleh bermain dengan mobil-mobilannya selama beberapa waktu, jika ia tidak merapikannya kembali setelah dimainkan.
Gunakan pendisiplinan time-out (merefleksikan kesalahan diri) untuk memahami apa perilakunya yang salah, atau gunakan hak istimewa untuk mendorong perilaku yang baik.
6. Kenali dampak kekerasan pada anak sejak dini
Mungkin Mama telah memahami bahwa anak-anak dari usia dini, belajar dengan meniru orang terdekatnya. Kebanyakan dari mereka melihat orangtuanya sebagai panutan. Sayangnya, beberapa orang dewasa bukanlah yang terbaik untuk belajar.
Jika seorang balita terus-menerus dikoreksi dengan kekerasan, ia tumbuh dengan keyakinan bahwa itu adalah cara yang tepat untuk memperbaiki kesalahan.
Untuk mencegah dampak dari tindakan kekerasan orangtua, tunjukkan cara pengasuhan yang benar ketika anak masih muda. Tunjukkan pada anak rasa cinta, dan beri ia contoh yang lebih baik untuk diikuti.
7. Mendukung program pencegahan kekerasan pada anak
Terlalu sering, intervensi terjadi hanya setelah penyalahgunaan dilaporkan. Diperlukan investasi yang lebih besar dalam program yang telah terbukti menghentikan penyalahgunaan sebelum terjadi.
Jadilah suara dalam mendukung upaya pencegahan ini dengan mengambil peran dalam layanan yang membantu kebutuhan keluarga. Seperti mengikuti program konseling keluarga dan kunjungan rumah.
Nah itulah beberapa cara mencegah kekerasan pada anak yang bisa Mama dan Papa lakukan. Ingatlah bahwa kekerasan pada anak sering menimbulkan trauma dan menyebabkan perilaku berulang pada generasi berikutnya.
Dengan melakukan apa yang Mama bisa untuk mencegahnya hari ini, tandanya Mama dapat membantu menyelamatkan nyawa anak-anak lainnya di masa depan.
Baca juga:
- Dampak Kekerasan pada Anak, Orangtua Perlu Hati-Hati dalam Bersikap
- 5 Cara Menghindari Kekerasan pada Anak
- Kenali 9 Penyebab dan Jenis Kekerasan pada Anak