Psikososial merupakan suatu kondisi yang terjadi pada individu, yang mencakup aspek psikis dan sosial atau sebaliknya. Erik Erikson adalah seorang tokoh psikolog yang mengembangkan salah satu teori perkembangan psikososial yang paling populer dan berpengaruh.
Ia tertarik pada bagaimana interaksi dan hubungan sosial berperan dalam perkembangan dan pertumbuhan manusia. Dalam teori perkembangan psikososial, menggambarkan serangkaian delapan tahap yang terjadi sepanjang perjalanan hidup.
Pada tahap dua ini, seorang balita akan membangun perkembangan psikososial kepercayaan diri versus rasa malu dan keraguan (Autonomy vs. Shame and Doubt).
Untuk membantu Mama meletakkan dasar kepercayaan diri pada anak, kali ini Popmama.com akan membahas seputar apa yang perlu Mama lakukan, yang akan mendukung keberhasilan si Kecil di tahap ini.
Yuk simak!
1. Perkembangan psikososial kepercyaan diri ini terjadi antara usia 18 bulan sampai usia 2 atau 3 tahun
Freepik/Jcomp
Kepercayaan diri versus rasa malu dan keraguan adalah tahap kedua dari tahap perkembangan psikososial Erik Erikson. Tahap ini terjadi antara usia 18 bulan sampai sekitar usia 2 atau 3 tahun. Menurut Erikson, anak-anak pada tahap ini berfokus pada pengembangan rasa kontrol diri yang lebih besar.
Mari kita lihat lebih dekat beberapa peristiwa besar dari tahap perkembangan psikososial ini.
Konflik Psikososial: Kepercayaan diri versus rasa malu dan keraguan (Autonomy versus shame and doubt)
Pertanyaan utama: "Dapatkah saya melakukan sesuatu sendiri atau saya bergantung pada bantuan orang lain?"
Kebajikan dasar: Kemauan
Cara penting untuk mendukungnya: Potty training atau pelatihan penggunaan toilet
Editors' Pick
2. Di tahap ini, anak akan mulai memiliki kemandirian dan kontrol atas diri sendiri dan dunianya
Freepik/Karlyukav
Jika memiliki anak yang berusia antara 18 bulan hingga 3 tahun, maka Mama mungkin telah menyaksikan banyak ciri dari tahap kepercayaan diri versus rasa malu dan ragu.
Pada titik perkembangan inilah si Kecil mulai mengekspresikan kebutuhan yang lebih besar akan kemandirian dan kontrol atas dirinya sendiri dan dunia di sekitarnya.
Selama tahap perkembangan sebelumnya, kepercayaan versus ketidakpercayaan (trust vs mistrust), anak hampir sepenuhnya bergantung pada orang lain untuk perawatan dan keamanannya. Selama tahap inilah anak membangun fondasi kepercayaan di dunia.
Namun, memasuki tahap kedua, penting bagi balita untuk mulai belajar melakukan sesuatu bagi dirinya. Ketika anak berhasil pada tahap ini, ia akan membangun rasa kontrol atas diri sendiri serta beberapa kepercayaan dasar dalam kemampuannya sendiri.
3. Beberapa tugas yang dapat mengembangkan rasa kontrol diri pribadi pada anak
Freepik/Gpointstudio
Mendapatkan rasa kontrol pribadi atas dunia adalah penting pada tahap perkembangan ini. Balita pada usia ini menjadi semakin mandiri dan ingin mendapatkan kontrol lebih besar atas apa yang ia lakukan dan bagaimana melakukannya.
Dalam hal ini, Mama dapat memberikan sejumlah tugas berbeda, yang penting selama tahap perkembangan kepercayaan diri versus rasa malu dan ragu. Berikut adalah beberapa tugas yang bisa diberikan:
Pelatihan toilet (Potty training): Tugas ini memainkan peran utama, karena anak akan belajar mengendalikan fungsi tubuh yang mengarah pada perasaan kontrol dan rasa kemandirian.
Memberikan pilihan: Tugas penting lainnya termasuk memberikan kontrol lebih besar atas pilihan, misalnya Mama dapat meminta anak untuk memilih makanan, mainan, dan pakaian.
Membiarkan anak menentukan keputusan: Anak-anak dalam tahap perkembangan ini sering merasa perlu melakukan sesuatu secara mandiri, seperti memilih apa yang akan ia kenakan setiap hari, mengenakan pakaiannya sendiri, dan memutuskan apa yang akan ia makan. Meskipun hal ini mungkin sering membuat Mama kewalahan, ini adalah bagian penting dari mengembangkan rasa kontrol diri dan otonomi pribadi.
Tahap ini juga berfungsi sebagai blok bangunan penting untuk pengembangan masa depan. Anak-anak yang memiliki kepercayaan diri dalam keterampilan mereka lebih mungkin untuk berhasil dalam tugas-tugas berikutnya seperti menguasai keterampilan sosial, akademik, dan lainnya.
Anak yang berhasil menyelesaikan tahap ini akan membangun rasa aman dan percaya diri. Sebaliknya, jika anak merasa tidak mampu dan ragu-ragu, jangan khawatir, karena ada beberapa hal yang bisa Mama lakukan untuk mendukung keberhasilan anak di tahap ini.
Tips untuk Mendukung Keberhasilan Anak pada Tahap Kepercayaan Diri vs. Rasa Malu dan Ragu
Freepik
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan orangtua untuk mendukung keberhasilan selama tahap perkembangan psikososial ini, yaitu:
Memberikan kesempatan kepada anak untuk mandiri: Biarkan anak membuat pilihan makanan, pakaian, dan mainanya sendiri, dan berikan jaminan bahwa ia telah melakukan pekerjaan dengan baik.
Bersikaplah suportif selama potty training:Meski tak mudah, dan membutuhkan latihan yang konsisten, hindari menghukum anak jika terjadi kesalahan atau kecelakaan.
Menawarkan bantuan: Orangtua perlu menjadi "tempat" yang aman di mana anak dapat bermain secara mandiri, namun tetap diberikan dukungan dan bimbingan yang terpercaya.
Nah itulah beberapa informasi seputar perkembangan psikososial anak di tahap dua, yaitu kepercayaan diri vs. rasa malu dan ragu.
Menawarkan jaminan dan memiliki keyakinan pada kemampuan anak sangat penting untuk pengembangan rasa otonomi dan kepercayaan diri. Orangtua yang negatif atau yang menghukum anak karena kesalahan sederhana, dapat menyebabkan perasaan malu atau keraguan diri.
Perlu diingat bahwa setiap anak memiliki kemampuan dan kecepatannya masing-masing dalam membangun keterampilan. Sehingga kesabaran dan konsisten diperlukan untuk mencapai keberhasilan.