5 Masalah Gizi yang Umum Terjadi pada Anak Balita
Nutrisi yang baik sangat penting bagi balita untuk mencapai potensi fisik dan perkembangannya
25 April 2023
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Tumbuh kembang serta kesehatan anak-anak merupakan prioritas utama setiap orangtua. Ada banyak hal yang dilakukan orangtua untuk memastikan anak memiliki tumbuh kembang yang optimal.
Kebutuhan makanan dan gizi anak-anak berbeda dengan orang dewasa, karena mereka masih dalam masa pertumbuhan. Namun, memastikan si Kecil menerima nutrisi yang tepat setiap hariya dapat menjadi tantangan.
Kebiasaan sehari-hari hingga kurangnya pengenalan anak terhadap berbagai makanan bisa menyebabkan masalah gizi pada balita.
Lantas, apa saja masalah gizi yang umum terjadi pada anak balita? Simak informasinya yang telah Popmama.com rangkum di bawah ini yuk Ma!
1. Gagal tumbuh kembang
Gagal tumbuh kembang adalah istilah yang merujuk pada anak yang berat atau kenaikan berat badannya tidak sesuai dengan anak seusianya. Anak-anak mungkin tampak jauh lebih pendek atau lebih kecil daripada yang lain, dan perkembangan normal, seperti pubertas yang mungkin tertunda.
Sementara gagal tumbuh kembang dapat menjadi gejala kondisi medis seperti kelainan kromosom, infeksi kronis dan berat badan lahir rendah, hingga berperannya gizi buruk.
Untuk mengatasi gagal tumbuh kembang yang disebabkan oleh pola makan yang buruk, penting untuk mendorong pola makan seimbang termasuk buah-buahan, sayuran, dan protein pada balita sejak dini.
Editors' Pick
2. Penolakan makanan
Penolakan makanan merupakan penyumbang besar gizi buruk pada anak. Entah itu karena tidak menyukai warna atau tekstur tertentu, beberapa balita hanya pilih-pilih pada makanan tertentu.
Dilansir dari National Institutes of Health, kondisi ini disebut sebagai food jag, yaitu ketika seorang anak menolak untuk mengonsumsi berbagai makanan sehat dan membatasi dirinya hanya pada satu makanan atau kelompok makanan tertentu.
Untuk mencegahnya, Mama bisa membuat aturan bahwa balita setidaknya harus mencicipi setiap makanan di piringnya, sedikit demi sedikit. Ini dapat membantu kebiasaan makan yang berubah seiring waktu dan, pada akhirnya, anak akan mulai terbiasa mencoba makanan lain.
3. Alergi dan intoleransi
Alergi makanan dapat umum terjadi pada anak-anak. Beberapa alergi yang paling umum adalah telur, susu, dan kacang tanah. Intoleransi gluten dan laktosa juga bisa menjadi faktor.
Jika balita memiliki alergi, hal ini dapat memengaruhi kemampuannya untuk mendapatkan nutrisi tertentu. Misalnya, alergi susu atau intoleransi laktosa dapat memengaruhi asupan kalsium anak.
Jika Mama mencurigai si Kecil memiliki alergi, bicarakan dengan dokter anak tentang kemungkinan suplemen nutrisi yang mungkin diperlukan.
4. Malnutrisi
Malnutrisi secara sederhana berarti keadaan gizi buruk atau tidak sesuai. Di negara berkembang, kata malnutrisi memunculkan gambaran tentang anak yang sangat kurus, serta memiliki berat dan tinggi yang tak sesuai dengan usianya.
Jika keadaan gizi buruk berlanjut untuk waktu yang lama, tinggi badan anak juga akan terpengaruh. Hal ini menimbulkan keadaan penyakit perawakan pendek atau stunting.
Tak hanya menyebabkan anak kurus, kekurangan gizi ini juga bisa menyebabkan anak obesitas, di mana seorang anak mendapatkan lebih banyak kalori daripada yang dibutuhkan tubuhnya dan seringkali dari sumber yang buruk yaitu makanan yang tidak padat nutrisi.
Hal ini dapat mengakibatkan berbagai efek negatif pada sistem kardiovaskular, keseimbangan hormon, sendi, dll dan gejala dan kondisi sekunder akan bervariasi dengan kekurangan nutrisi lain dan toksisitas terkait dengan diet khusus anak.
Untuk mencegah malnutrisi, dorong makanan yang mengandung serat, seperti sereal sarapan tinggi serat, roti gandum, kentang, pasta gandum, lima porsi buah/sayuran sehari, kacang-kacangan, kacang-kacangan). Serta perhatikan asupan cairan yang diperlukan balita.
5. Anemia defisiensi besi
Anemia adalah suatu kondisi di mana tubuh tidak memiliki cukup sel darah merah yang sehat.
Pola makan yang kurang zat besi adalah penyebab paling umum dari anemia. Ini sering terjadi pada anak kecil, biasanya antara usia 9 dan 24 bulan, yang dietnya terdiri dari banyak susu dan tidak banyak makanan kaya zat besi.
Susu sapi mengurangi kemampuan tubuh untuk menyerap zat besi dan dapat menyebabkan usus kehilangan sejumlah kecil darah, yang selanjutnya mengurangi sel darah merah.
Sehingga untuk mengatasinya, Mama perlu memberikan makanan yang kaya akan zat besi, antara lain:
- daging
- ikan
- unggas
- kuning telur
- polong-polongan
- roti gandum utuh
- kismis
- tetapi banyak dokter anak akan meresepkan suplemen zat besi
Nah itulah beberapa masalah gizi yang umum terjadi pada anak balita. Masalah gizi sangat sering terjadi pada balita. Setiap orangtua mencoba yang terbaik untuk memberi anak semua yang dibutuhkan untuk kehidupan yang sehat dan bahagia.
Nutrisi yang baik sangat penting bagi semua anak untuk mencapai potensi fisik dan perkembangannya. Sehingga penting untuk membiasakan anak agar mengonsumsi makanan yang sehat sejak usia dini, dan tentunya dengan cara yang menyenangkan.
Baca juga
- Catat! 5 Kelompok Makanan Untuk Penuhi Kebutuhan Nutrisi Anak 2 Tahun
- Pemenuhan Nutrisi Anak untuk Mencegah Stunting
- Penting Diketahui, Penuhi 10 Kebutuhan Nutrisi pada Anak 2 Tahun