Penyebab Anak Sering Bermain di Tempat yang Berbahaya
Permainan berisiko yang suka menarik perhatian anak
15 Mei 2022
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Semakin usia bertambah, rasa takut menjadi pengalaman negatif yang harus sebisa mungkin dihindari. Namun, seperti yang Mama ketahui, balita suka bermain dengan cara yang berisiko.
Bermain dengan cara yang berisiko artinya menggabungkan kegembiraan bermain yang bebas dengan cara yang menakutkan, sehingga menghasilkan perasaan yang dikenal sebagai adrenalin. Terlebih lagi ditambah dengan rasa penasaran yang tinggi, anak jadi mudah terpicu rasa adrenalinnya.
Tidak perlu jauh ke luar rumah, tangga bisa menjadi tempat paling berbahaya bagi si Kecil. Terlalu mudah untuk tersandung dan jatuh dari tangga, tetapi balita belum mengetahuinya. Begitu ia mulai bisa berjalan, ia mudah tertarik ke tangga seperti magnet.
Tidak peduli berapa kali Mama mencoba menjauhkan anak dari tangga, anak hanya ingin berjalan kembali ke sana. Mengapa hal ini bisa terjadi?
Berikut Popmama.com akan membahas selengkapnya dibawah ini dan tips penting yang perlu Mama ketahui. Yuk simak!
1. 6 kategori risiko yang menarik perhatian anak saat bermain
Dilansir dari Psychologytoday.com, Ellen Sandseter, seorang profesor di Queen Maud University di Trondheim, Norwegia, telah mengidentifikasi enam kategori risiko yang tampaknya menarik perhatian anak di mana pun ia bermain. Ini adalah:
Ketinggian yang luar biasa
Anak memanjat pohon dan bangunan lainnya dari ketinggian yang menakutkan, di sini anak dapat melihat pemandangan dari atas dan perasaan yang mendebarkan.
Kecepatan tinggi
Anak berayun di atas tanaman merambat, tali, atau ayunan di taman bermain, meluncur di atas papan luncur, ski, skate, atau perosotan taman bermain, dan mengendarai sepeda, skateboard, atau perangkat lain dengan cukup cepat untuk menghasilkan sensasi yang tidak terkendali.
Alat berbahaya
Bergantung pada budayanya, anak mungkin bermain dengan pisau, busur dan anak panah, atau alat lain yang diketahui berpotensi berbahaya.
Tentu saja ada kepuasan besar seorang anak saat bermain alat-alat semacam itu, tetapi ada juga perasaan senang dalam mengendalikannya, padahal anak mungkin mengetahui bahwa sedikit kesalahan bisa melukainya.
Elemen berbahaya
Anak suka bermain dengan api, atau di sekitar perairan yang dalam, yang keduanya menimbulkan bahaya.
Kasar dan terjatuh
Anak-anak biasanya saling mengejar satu sama lain, berkelahi dengan main-main dan mereka biasanya lebih suka berada dalam posisi paling rentan.
Sementara yang dikejar atau yang berada di posisi yang paling berisiko disakiti, dan membutuhkan keterampilan banyak untuk mengatasinya.
Menghilang atau tersesat
Anak kecil yang bermain petak umpet, senang mengalami sensasi perpisahan sementara dari teman-temannya.
Sedangkan orang-orang lebih dewasa langsung dipenuhi bayangan yang berbahaya, termasuk bahaya tersesat ketika menjelajah, terpisah sendiri, menjauh dari orang dewasa, atau pergi ke wilayah yang baru.
2. Tak hanya manusia, makhluk hidup mamalia muda lainnya juga menikmati permainan berisiko
Makhluk hidup mamalia muda lainnya juga menikmati permainan berisiko. Monyet muda senang berayun dari cabang ke cabang di pohon, simpanse muda senang menjatuhkan diri dari cabang yang tinggi.
Mamalia muda dari sebagian besar spesies, bukan hanya manusia, menghabiskan banyak waktu mengejar satu sama lain dan bermain berkelahi, dan mereka juga umumnya lebih menyukai posisi yang paling rentan.
Pertanyaan yang jelas tentang bermain berisiko adalah, “Mengapa itu terjadi?” karena itu dapat menyebabkan cedera terkadang cedera serius, dan bahkan kematian. Namun hal ini telah di buktikan pada studi laboratorium dengan hewan memberi beberapa petunjuk.
Editors' Pick
3. Para peneliti menemukan teori regulasi emosi permainan dari penelitiannya pada hewan mamalia
Dilansir dari Psychologytoday.com, para peneliti telah mencoba untuk menghilangkan permainan yang berisiko pada tikus muda selama fase kritis perkembangannya, namun tanpa menghalangi dari pengalaman sosial lainnya.
Tikus yang dibesarkan dengan tanpa permainan berisiko tumbuh menjadi lumpuh secara emosional. Ketika ditempatkan di lingkungan baru, mereka bereaksi berlebihan dengan rasa takut dan gagal untuk beradaptasi dan mengeksplorasi seperti tikus normal.
Ketika ditempatkan dengan teman yang tidak dikenal, mereka mungkin bergantian membeku dalam ketakutan, kemudian menyerang dengan agresi yang tidak tepat dan tidak efektif.
Dalam percobaan sebelumnya, temuan serupa terjadi ketika monyet muda dilarang bermain. Penemuan tersebut telah berkontribusi pada teori regulasi emosi permainan. Teori bahwa salah satu fungsi utama permainan adalah mengajari mamalia muda bagaimana mengatur ketakutan serta kemarahan.
4. Seorang anak dapat berperilaku adaptif saat mengalami ketakutan
Dalam tempat-tempat yang berisiko, anak sebenarnya memenuhi dirinya sendiri dengan jumlah ketakutan yang bisa dikendalikan dengan berlatih menjaga kepala mereka dan berperilaku adaptif saat mengalami ketakutan itu.
Anak juga belajar bahwa ia dapat mengelola ketakutannya, mengatasinya, dan bertahan hidup. Dalam permainan yang kasar dan terjatuh, anak mungkin juga mengalami kemarahan, karena lawannya mungkin secara tidak sengaja melukai diri anak.
Tetapi untuk terus bermain, untuk melanjutkan kesenangan, anak harus mengatasi amarah itu. Jika ia menyerang, maka permainan selesai.
Jadi, menurut teori regulasi emosi bermain adalah, cara mamalia muda belajar mengendalikan rasa takut dan amarahnya sehingga ia dapat menghadapi bahaya dalam kehidupan nyata, dan berinteraksi dalam jarak dekat dengan orang lain, tanpa menyerah pada emosi negatif.
5. Walaupun melakukan permainan berisiko, anak juga tahu kapasitasnya dalam mengambil risiko
Anak sangat termotivasi untuk bermain dengan cara yang berisiko, tetapi ia juga pandai mengetahui kapasitasnya sendiri dan menghindari risiko yang belum siap diambil, baik secara fisik maupun emosional.
Si Kecil sebenarnya jauh lebih tahu sebelum Mama berpikir apa yang anak siapkan. Namun sebaliknya, ketika orang dewasa menekan atau bahkan mendorong anak untuk mengambil risiko yang ia belum persiapkan, akibatnya mungkin trauma, bukan sensasi.
Ada perbedaan besar di antara masing-masing anak, bahkan di antara anak yang memiliki usia, ukuran, dan kekuatan yang sama. Apa yang mendebarkan bagi anak mungkin traumatis bagi anak yang lain.
Nah itulah Ma, penyebab mengapa anak sering bermain atau melakukan hal-hal yang berisiko. Seperti yang disebutkan sebelumnya, permainan risiko mungkin tidak hanya di luar rumah saja, namun juga di dalam rumah, contohnya seperti bermain di dekat tangga.
Agar anak terhindar dari bahaya jatuh dari tangga, Mama bisa mengikuti beberapa tips di bawah ini!
Tips Membuat Tangga Di Rumah Aman dan Bebas dari Kecelakaan
Tangga bisa menjadi tempat paling berbahaya di rumah bagi si Kecil. Sebagai orangtua, salah satu tanggung jawab Mama adalah menjaga tempat yang aman bagi anak. Berikut langkah-langkah untuk membuat tangga aman dan bebas dari kecelakaan:
- Jauhkan anak dari tangga sampai mereka siap untuk menaikinya
- Ajari anak untuk selalu menggunakan pagar pengaman.
- Pasang railing dan sandaran tangga
- Pasang karpet pada tangga, karpet dapat melindungi anak agar tidak tergelincir
- Pasang baby gate di bagian atas dan bawah tangga Anda untuk menghindari cedera terkait tangga
- Jagalah agar tangga bebas dari mainan dan kekacauan.
Yup itulah informasi tentang mengapa anak suka bermain atau melakukan hal-hal yang berisiko. Selalu perhatikan anak ketika ia memilih bermain sendiri ya Ma, baik di dalam ataupun di luar rumah agar anak terhindar dari bahaya saat bermain. Semoga informasinya bermanfaat!
Baca juga:
- Awas! Toilet Training Terlalu Dini Bisa Membahayakan si Kecil
- Jangan Langsung Panik, Ini Pertolongan Pertama saat Anak Jatuh Pingsan
- 10 Pertolongan Pertama Ketika Anak Cedera