5 Penyebab Hemoglobin (Hb) Rendah pada Anak Balita

Anak tidak seaktif biasanya? Bisa jadi tanda hemoglobin yang rendah

28 Februari 2022

5 Penyebab Hemoglobin (Hb) Rendah Anak Balita
Freepik/Pvproduction

Seperti yang Mama ketahui, di usia balita, anak-anak cenderung aktif di usianya. Bermain dan berlarian tanpa mengenal lelah. Namun jika Mama melihat anak mudah lemas meskipun sudah cukup istirahat dan cukup makan, maka ini bisa menjadi tanda ia mengalami kekurangan hemoglobin (Hb).

Hemoglobin adalah bagian dari sel darah merah yang berfungsi untuk mengangkut oksigen dan karbon dioksida dalam darah. Kadar hemoglobin ini dapat diketahui melalui pemeriksaan darah di laboratorium.

Penyebab kadar Hb rendah tidak selalu terkait dengan penyakit. Terkadang, kondisi ini juga bisa dipengaruhi oleh kondisi tertentu, misalnya tubuh kehilangan darah.

Ada beberapa kemungkinan penyebab Hb rendah pada anak balita, dan berikut ini Popmama.com telah merangkumnya dalam penyebab hemoglobin rendah pada anak balita. Yuk simak informasinya Ma!

Berapa Kadar Hemoglobin (Hb) yang Normal?

Kadar hemoglobin yang normal pada setiap orang berbeda-beda, ini berdasarkan usia dan jenis kelaminnya. Berikut adalah daftar kisaran nilai Hb normal:

  • Bayi baru lahir: 17-22 g/dL
  • Bayi usia 1 minggu: 15-20 g/dL
  • Bayi usia 1 bulan: 11-15 g/dL
  • Anak-anak: 11-13 g/dL
  • Laki-laki dewasa: 14-18 g/dL
  • Perempuan dewasa: 12-16 g/dL
  • Laki-laki lansia: 12,4-14,9 g/dL
  • Perempuan lansia: 11,7-13,8 g/dL

Setelah mengetahui berapa kadar hemoglobin yang normal, kenali lebih lanjut apa saja yang menyebabkan Hb rendah pada anak yuk!
 

1. Anemia

1. Anemia
Freepik/seventyfour

Anemia atau yang dikenal masyarakat dengan sebutan kurang darah, adalah suatu kondisi di mana jumlah sel darah merah di dalam tubuh berkurang hingga di bawah batas normal. 

Anemia pada anak bisa menyebabkannya lesu dan tidak bersemangat dalam menjalani aktivitasnya sehari-hari. Penyakit ini bisa terjadi ketika tubuh kesulitan menghasilkan sel darah merah atau terjadi kerusakan sel darah merah.

Anemia juga dapat terjadi akibat perdarahan yang berat, sehingga jumlah sel darah merah dan hemoglobin (Hb) berkurang drastis. Balita yang mengalami anemia akan menunjukkan beberapa tanda dan gejala berikut:

  • Sering terlihat lemas atau lelah.
  • Kurang mau bermain atau berinteraksi dengan orang di sekitarnya.
  • Kulit terlihat pucat atau kekuningan.
  • Mata menguning.
  • Sering mengeluh sakit kepala, pusing, atau nyeri di tulang atau bagian tubuh tertentu.
  • Jantung berdebar.
  • Sesak napas.
  • Sering terkena infeksi.
  • Luka yang sulit sembuh.

Anemia juga dapat terjadi akibat kurangnya asupan zat besi atau gangguan penyerapan zat besi, yang dinamakan Anemia defisiensi besi (IDA). Hal ini karena zat besi merupakan mineral yang sangat dibutuhkan dalam pembentukan hemoglobin.

Kondisi ini dapat didiagnosis melalui tes darah yang harus mencakup tes hitung darah lengkap (CBC).

Editors' Pick

2. Mengalami cedera dan pendaharan

2. Mengalami cedera pendaharan
Freepik/nataliamylova

Bermain atau berlarian tanpa hati-hati bisa menyebabkan luka, kecelakaan, dan cedera berat pada balita, Tak jarang ini menjadi faktor yang paling sering menyebabkan seseorang kehilangan banyak darah, termasuk anak-anak.

Tak hanya itu saja, kehilangan banyak darah sebenarnya juga bisa terjadi di dalam tubuh tanpa disadari, seperti perdarahan pada sistem pencernaan, infeksi saluran kemih, kanker, luka dalam organ tubuh, pendarahan saat operasi, dan buang air kecil berdarah.

3. Hipotiroidisme

3. Hipotiroidisme
Pixabay/publicdomainpictures

Hipotiroid merupakan kelainan tiroid paling sering terjadi pada anak-anak. Hipotiroid sendiri terjadi akibat aktivitas kelenjar tiroid yang kurang aktif dan tidak memproduksi hormon yang cukup untuk memenuhi kebutuhan.

Fungsi dari kelenjar tiroid sangatlah penting karena berpengaruh pada perkembangan otak dan tubuh. Kurangnya hormon tiroid dapat menyebabkan penurunan aktivitas sumsum tulang. Akibatnya, produksi sel darah merah ikut menurun.

Penurunan produksi sel darah merah adalah penyebab utama jumlah Hb rendah. Inilah sebabnya seseorang yang memiliki hipotiroidisme lebih berisiko mengalami anemia. Risiko hipotiroid ini bisa bertambah besar jika si Kecil juga kekurangan zat besi.

Beberapa gejala hipotiroidisme adalah kulit dan mata menjadi kuning, sembelit, menolak saat diberikan makan atau minum ASI, mudah kedinginan atau menggigil, jarang menangis, kurang aktif dan lebih sering tertidur, kulit menjadi kering, hingga rambut dan kuku yang rapuh.

4. Kanker darah

4. Kanker darah
Freepik.com/lifeforstock

Kanker darah juga sering menjadi penyebab Hb rendah. Terdapat tiga jenis kanker darah, yakni leukemia, multiple myeloma, dan limfoma.

Ketiga jenis kanker tersebut menghambat produksi sel darah merah sehingga jumlahnya menjadi sangat sedikit. Akibatnya, jumlah hemoglobin dalam sel darah merah juga ikut menjadi rendah.

Jika anak menunjukkan gejala seperti demam dan menggigil, mual dan muntah, sembelit, sakit tenggorokan, sakit kepala, tubuh selalu lelah, berkeringat di malam hari, dan berat badan yang menurun drastis segera konsultasikan dengan dokter.

Dokter dapat melakukan pemeriksaan lanjutan pada balita untuk menemukan penyebab pastinya.

5. Thalasemia

5. Thalasemia
Freepik/stockprovider

Penyebab Hb rendah pada anak balita selanjutnya adalah thalasemia, yang merupakan kelainan darah yang diturunkan dari orangtua. Kelainan ini membuat seorang anak mengalami anemia atau kurang darah.

Kurang darah yang dialami penderita thalasemia akan menimbulkan keluhan cepat lelah, mudah mengantuk, sesak napas, warna urine gelap, gangguan tumbuh kembang, serta kulit tampak pucat.  Akibatnya, anak yang menderita thalasemia seringkali terganggu aktivitasnya.

Thalasemia perlu diwaspadai, terutama thalasemia yang berat, karena dapat menyebabkan komplikasi berupa gagal jantung, pertumbuhan terhambat, gangguan hati, hingga kematian.

Itulah beberapa penyebab hemoglobin (Hb) rendah pada anak balita. Jika Mama mencurigai anak yang lemas selama beberapa hari berturut-turut, penting untuk segera melakukan pemeriksaan tes darah di laboratorium, dan berkonsultasi ke dokter untuk mendapatkan diagnosis serta penanganannya yang tepat.

Baca juga

The Latest