Indikator Cara Mengetahui Status Gizi Anak dan Cara Menghitungnya
Memeriksa status gizi anak secara rutin, memastikan tumbuh kembang anak tetap optimal
11 Oktober 2023
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Memerhatikan pertumbuhan dan perkembangan si Kecil merupakan prioritas utama bagi setiap orangtua. Meski begitu, sayangnya masih banyak orangtua yang tidak memahami apakah status gizi anak sudah optimal atau belum.
Status gizi anak merupakan salah satu tolak ukur penilaian tercukupinya kebutuhan asupan gizi harian serta penggunaan zat gizi tersebut oleh tubuh anak. Inilah mengapa status gizi sangat penting untuk diketahui dan diamati.
Dari status gizi, Mama dapat mengetahui jika asupan nutrisi anak sudah terpenuhi, maka tumbuh kembangnya akan optimal. Namun sebaliknya, jika status gizi anak tidak baik, maka anak dapat mengalami gangguan gizi atau masalah pada perkembangannya.
Untuk itu, Popmama.com telah merangkum informasi seputar status gizi anak dan cara menghitungnya di bawah ini!
Indikator Penilaian Status Gizi Anak
Berdasarkan pedoman dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2017, ada beberapa indikator yang menjadi acuan Mama dalam menghitung status gizi anak. Berikut informasi indikator penilaian status gizi anak:
1. Berat badan
Berat badan menjadi salah satu indikator penting dari pedoman status gizi anak yang paling sering dipakai.
Tak seperti tinggi badan yang memerlukan waktu cukup lama untuk terlihat perubahannya, berat badan bisa sangat cepat berubah.
Berat badan dianggap dapat memberikan gambaran mengenai kecukupan jumlah zat gizi, baik makro dan mikro yang ada di dalam tubuh anak.
Inilah sebabnya berat badan sering dipakai untuk menggambarkan status gizi anak saat ini, atau yang dikenal juga sebagai pertumbuhan massa jaringan.
2. Panjang atau tinggi badan
Indikator status gizi selanjutnya adalah tinggi atau panjang badan anak.
Mama mungkin sering melihat pada bayi yang berusia 0 sampai 2 tahun, status gizi diukur berdasarkan panjang badan. Sedangkan anak di atas 2 tahun akan diukur berdasarkan tinggi badan.
Tinggi atau panjang badan memang menjadi indikator, karena pemenuhan gizi yang cukup akan mendukung pertumbuhan tulang dan menambah tinggi tubuh anak.
Jika anak mama mengalami pertumbuhan tinggi atau panjang badan yang cenderung lambat, maka hal itu dapat menjadi tanda bahwa ia mengalami masalah gizi.
3. Usia anak
Faktor penting yang menjadi indikator status gizi anak adalah usia.
Usia dapat menjadi acuan apakah si Kecil memiliki gizi yang cukup atau tidak. Hal ini nantinya dapat Mama gunakan untuk dibandingkan dengan anak lain seusianya.
Sehingga dapat memudahkan Mama untuk tahu apakah anak mengalami pertumbuhan yang normal atau tidak.
Meski memang perkembangan setiap anak memang berbeda, jika anak mama memiliki pertumbuhan yang jauh berbeda dengan anak-anak lain seusianya, maka hal tersebut dapat menjadi tanda bahwa si Kecil memiliki masalah kekurangan gizi.
Editors' Pick
4. Jenis kelamin
Jenis kelamin mungkin sering dilewatkan dalam hal tumbuh kembang anak, padahal jenis kelamin termasuk sebagai indikator status gizi anak lho!
Tahukah Mama bahwa pertumbuhan dan perkembangan anak laki-laki dan perempuan tidak sama?
Hal ini karena anak perempuan umumnya tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan anak laki-laki pada rentang usia yang sama.
Ini sebabnya, dalam melakukan cara menghitung status gizi anak terhadap status gizi anak, penting untuk memerhatikan jenis kelamin.
5. Lingkar kepala
Selain indikator-indikator yang sudah disebutkan sebelumnya, lingkar kepala menjadi hal yang biasanya diukur untuk tahu status gizi anak balita.
Meski tak menggambarkan secara langsung, lingkar kepala anak harus selalu diukur setiap bulan, hingga menginjak usia 2 tahun.
Hal ini karena lingkar kepala dapat memberi gambaran bagaimana ukuran dan tumbuh kembang otak anak.
Pengukuran lingkar kepala biasanya dilakukan di dokter, bidan, atau posyandu, dengan menggunakan pita ukur yang dilingkarkan di kepala bayi.
Setelah diukur, lingkar kepala anak kemudian dikelompokkan ke dalam tiga kategori, yaitu normal, kecil (mikrosefalus), atau besar (makrosefalus).
Lingkar kepala yang berukuran terlalu kecil atau besar, menjadi tanda bahwa ada masalah dengan perkembangan otak anak.
Cara Menghitung Status Gizi Anak Usia 0-5 Tahun
Tiga indikator status gizi anak, yaitu berat badan, tinggi badan, dan usia, saling berhubungan. Ketiganya termasuk ke dalam Grafik Pertumbuhan Anak (GPA) sesuai jenis kelamin.
Penggunaan GPA memudahkan dokter dan para orangtua dalam memantau pertumbuhan anak. Untuk mengukur status gizi anak usia di bawah lima tahun, Mama dapat menggunakan grafik yang ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO)
Pedoman WHO tahun 2006 menerbitkan penggunaan grafik status gizi anak, dan berdasarkan jenis kelamin. Berikut cara menghitungnya:
1. Berat Badan berdasarkan Umur (BB/U)
Indikator Berat Badan berdasarkan Umur (BB/U) digunakan oleh anak usia 0-60 bulan, dengan tujuan untuk mengukur berat badan yang sesuai dengan usia anak.
Penilaian BB/U dipakai untuk mencari tahu kemungkinan seorang anak mengalami berat badan kurang, sangat kurang, atau lebih. Namun, indikator ini biasanya tidak bisa dipakai jika umur anak tidak diketahui secara pasti.
Mama dapat mengetahui berat dan tinggi badan anak dengan Standar Deviasi (SD) yang telah dijadikan standar penilaian. Berikut status gizi anak berdasarkan BB/U, yaitu:
- Berat badan normal: -2 SD sampai +1 SD
- Berat badan kurang: -3 SD sampai <-2 SD
- Berat badan sangat kurang: <-3 SD
- Risiko berat badan lebih: >+1 SD
Untuk mengetahui ambang batas atau Z score dalam menentukan status gizi anak, Mama dapat mengikuti rumus di bawah ini:
Jika BB anak < median
BB anak - BB median
BB Median - (tabel -1sd)
=BB/U
Jika BB anak > median
BB anak - BB median
(tabel +1sd) - BB Median
=BB/U
Perlu diingat bahwa BB median dan nilai -1sd/+sd hanya dapat dilihat pada tabel Berat Badan menurut Usia pada Permenkes No.2 Tahun 2020 Standar Antropometri Anak, yang bisa Mama lihat di sini.
Ketika anak tergolong ke dalam risiko berat badan lebih, tak menutup kemungkinan ia memiliki masalah pertumbuhan sehingga pastikan Mama berkonsultasi pada dokter anak.
2. Tinggi Badan berdasarkan Umur (TB/U)
Indikator ini digunakan oleh anak usia 0-60 bulan, dengan tujuan untuk mengukur tinggi badan sesuai dengan usia anak. Perhitungan ini digunakan untuk mencari tahu penyebab jika anak memiliki tubuh pendek.
Akan tetapi, indikator TB/U hanya bisa digunakan bagi anak usia 2-18 tahun dengan posisi berdiri. Sehingga jika usianya masih di bawah 2 tahun, pengukurannya menggunakan indikator panjang badan atau PB/U dengan posisi berbaring.
Jika anak mama berusia di atas 2 tahun diukur tinggi badannya dengan cara berbaring, maka nilai TB harus dikurangi dengan 0,7 sentimeter (cm).
Status gizi anak berdasarkan TB/U yakni:
- Tinggi: >+3 SD
- Tinggi badan normal: -2 SD sampai dengan +3 SD
- Pendek (stunting): -3 SD sampai dengan <-2 SD
- Sangat pendek (severe stunting): <-3 SD
Untuk mengetahui ambang batas atau Z score dalam menentukan status gizi anak, Mama dapat mengikuti rumus di bawah ini:
Jika TB/PB anak < median
TB/PB anak - TB/PB median
TB/PB Median - (tabel -1sd)
=TB/PB
Jika TB/PB anak > median
TB/PB anak - TB/PB median
(tabel +1sd) - TB/PB Median
=TB/PB/U
Sama seperti saat mengukur BB/U, Mama dapat melihat TB/PB median dan nilai -1sd/+sd hanya dapat dilihat pada tabel Tinggi/Panjang Badan menurut Usia pada Permenkes No.2 Tahun 2020 Standar Antropometri Anak, yang bisa Mama lihat di sini.
3. Berat Badan berdasarkan Tinggi Badan (BB/TB)
Sesuai namanya, indikator ini digunakan oleh anak usia 0-60 bulan, dengan tujuan untuk mengukur berat badan sesuai dengan tinggi badan anak.
Pengukuran ini yang umumnya digunakan untuk mengelompokkan status gizi anak.
Status gizi anak berdasarkan BB/TB yakni:
- Gizi buruk (severely wasted): <-3 SD
- Gizi kurang (wasted): -3 SD sampai <-2 SD
- Gizi baik (normal): -2 SD sampai +1 SD
- Risiko gizi lebih: >+1 SD sampai +2 SD
- Gizi lebih (overweight): >+2 SD sampai +3 SD
- Obesitas: >+3 SD
Apakah Boleh Status Gizi Anak Bisa Dihitung dengan Indeks Massa Tubuh?
Perlu diingat bahwa usia anak-anak adalah masa-masa penting, di mana pertumbuhan tubuhnya berlangsung sangat pesat.
Dalam rentang usia 6-9 tahun, tubuh anak masih akan terus mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Mulai dari berat badan, tinggi badan, hingga ukuran tubuh, secara keseluruhan akan terus mengalami perubahan.
Sementara setelah menginjak usia dewasa, pertumbuhan tersebut biasanya akan berhenti secara bertahap Sehingga inilah yang membuat proses pertumbuhan anak-anak dan dewasa berbeda.
Karena tubuh anak-anak masih akan terus mengalami perkembangan, maka pengukuran indeks Massa Tubuh (IMT) yang seringkali dijadikan tolak ukur status gizi orang dewasa, tidak bisa digunakan pada anak.
IMT adalah penilaian status gizi untuk usia dewasa dengan melakukan perbandingan berat badan dalam kilogram dengan tinggi badan dalam meter kuadrat.
Perhitungan IMT dinilai kurang akurat dalam mengukur status gizi anak, karena berat badan dan tinggi badan di usia anak-anak cenderung berubah dengan sangat cepat.
Nah itulah informasi seputar status gizi anak dan cara menghitungnya. Pastikan anak selalu mendapatkan asupan gizi sesuai dengan kebutuhannya sehari-hari. Tak hanya menjaga kesehatan, namun juga untuk menjaga agar tumbuh kembang anak tetap optimal.
Jika anak mengalami masalah pada berat atau tinggi badannya, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter anak. Agar anak mendapatkan penanganan dan perawatan secepatnya ya Ma!
Baca juga:
- Kebutuhan Gizi dan Energi Anak Sekolah yang Perlu Mama Ketahui
- 7 Penyebab Anak Kurang Gizi, Orangtua Wajib Tahu
- Tips Memenuhi Gizi Seimbang Anak Melalui "Isi Piringku"