8 Tahap Perkembangan Psikososial Anak dari Kecil hingga Dewasa

Interaksi dan hubungan sosial berperan dalam perkembangan dan pertumbuhan seorang anak

30 Agustus 2021

8 Tahap Perkembangan Psikososial Anak dari Kecil hingga Dewasa
Freepik

Teori psikososial menjelaskan perubahan dalam pemahaman diri, hubungan sosial, dan proses mental yang mendukung hubungan antara seseorang dan dunia sosialnya, dari bayi hingga kehidupan dewasa.

Erik Erikson adalah seorang psikolog yang mengembangkan salah satu teori perkembangan psikososial yang paling populer dan berpengaruh. Ia tertarik pada bagaimana interaksi dan hubungan sosial berperan dalam perkembangan dan pertumbuhan manusia.

Mari kita lihat lebih dekat latar belakang dan tahapan berbeda yang membentuk teori psikososial menurut Erik Erikson yang telah Popmama.com rangkum berikut ini!.

1. Tahap 1: Trust vs. Mistrust (Kepercayaan vs Ketidakpercayaan)

1. Tahap 1 Trust vs. Mistrust (Kepercayaan vs Ketidakpercayaan)
Freepik/cookie_studio

Tahap pertama dari teori perkembangan psikososial Erikson terjadi saat anak lahir hingga usia 1 tahun, dan merupakan tahap paling mendasar dalam kehidupan. Mengembangkan kepercayaan didasari pada ketergantungan dan kualitas pengasuhan orangtua.

Pada titik perkembangan ini, anak sangat bergantung pada pengasuh (orangtua) untuk semua yang ia butuhkan dalam bertahan hidup termasuk makanan, cinta, kehangatan, keamanan, dan pengasuhan.

Jika pengasuh gagal memberikan perawatan dan cinta yang memadai, anak akan merasa bahwa ia tidak dapat mempercayai atau bergantung pada pengasuhnya selama hidup.

Sebaliknya, jika seorang anak berhasil mengembangkan kepercayaan, ia akan merasa aman dan tenteram di dunia.

Selama tahap pertama perkembangan psikososial, anak-anak mengembangkan rasa percaya ketika pengasuh memberikan keandalan, perawatan, dan kasih sayang. Kurangnya ini akan menyebabkan ketidakpercayaan.

Namun, memang tidak ada anak yang akan mengembangkan rasa percaya 100 persen atau keraguan 100 persen. Erikson percaya bahwa perkembangan yang sukses adalah tentang mencapai keseimbangan antara dua sisi yang berlawanan.

Ketika ini terjadi, anak-anak memperoleh harapan, yang digambarkan Erikson sebagai keterbukaan terhadap pengalaman, yang memiliki pemikiran adanya kewaspadaan bahwa bahaya mungkin ada.

2. Tahap 2: Autonomy vs. Shame and Doubt (Kemandirian vs. Malu dan Keraguan)

2. Tahap 2 Autonomy vs. Shame and Doubt (Kemandirian vs. Malu Keraguan)
Freepik/Kireyonok_Yuliya

Tahap kedua dari teori perkembangan psikososial Erikson, berlangsung selama masa kanak-kanak awal dan difokuskan pada anak-anak yang mengembangkan rasa kontrol pribadi yang lebih besar. Ada dua tahap yang difokuskan oleh Erikson, yaitu:

Peran kemandirian
Pada titik perkembangan ini, anak-anak baru mulai mendapatkan sedikit kemandirian. Dengan membiarkan balita membuat pilihan dan mendapatkan kendali, Mama dapat membantu anak mengembangkan rasa otonomi.

Potty training
Tema penting dari tahap ini adalah bahwa anak-anak perlu mengembangkan rasa kontrol pribadi atas keterampilan fisik dan rasa kemandirian. Potty training memainkan peran penting dalam membantu anak-anak mengembangkan rasa otonomi ini

Anak yang kesulitan dan dipermalukan karena kecelakaan atau kesalahannya, mungkin sulit mengembangkan kendali pribadi. Keberhasilan selama tahap perkembangan psikososial ini mengarah pada perasaan percaya diri, sedangkan kegagalan menghasilkan perasaan malu dan ragu.

Anak yang berhasil menyelesaikan tahap ini merasa aman dan percaya diri, sementara jika tidak, ia akan merasa tidak mampu dan ragu-ragu.

3. Tahap 3: Initiative vs. Guilt (Inisiatif vs. Rasa Bersalah)

3. Tahap 3 Initiative vs. Guilt (Inisiatif vs. Rasa Bersalah)
Freepik/Freepic-diller

Tahap ketiga perkembangan psikososial terjadi selama tahun-tahun prasekolah anak. Pada titik ini dalam perkembangan psikososial, anak mulai menegaskan kekuatan dan kendalinya atas dunia, melalui permainan mengarahkan dan interaksi sosial lainnya.

Anak yang berhasil pada tahap ini merasa mampu memimpin orang lain. Sedangkan, anak yang gagal akan mengembangkan rasa bersalah, keraguan diri, dan kurangnya inisiatif.

Jika anak berhasil dalam tahap ini, dapat mengarahkannya pada rasa tujuan. Namun, anak-anak yang mencoba mengerahkan terlalu banyak kekuatan, mungkin akan mengalami ketidaksetujuan dengan orang lain, sehingga menimbulkan rasa bersalah.

Editors' Pick

4. Tahap 4: Industry vs. Inferiority (Industri vs. Inferioritas)

4. Tahap 4 Industry vs. Inferiority (Industri vs. Inferioritas)
Freepik/User18526052

Tahap psikososial keempat berlangsung selama tahun-tahun awal sekolah dari sekitar usia 5 hingga 11 tahun. Melalui interaksi sosial, anak-anak mulai mengembangkan rasa bangga atas prestasi dan kemampuan mereka.

Namun anak juga perlu mengatasi tuntutan sosial dan akademik yang baru. Ketika anak berhasil, ini akan mengarah pada rasa kompetensi, sedangkan kegagalan menghasilkan perasaan rendah diri.

Ketika anak mendapatkan dorongan dan pujian dari orangtua dan guru, ini dapat mengembangkan perasaan kompetensi dan keyakinan dalam keterampilan.

Sedangkan, anak yang menerima sedikit atau tanpa dorongan dari orangtua, guru, atau teman sebaya akan meragukan kemampuannya untuk menjadi sukses.

5. Tahap 5: Identity vs. Confusion (Identitas vs. Kebingungan)

5. Tahap 5 Identity vs. Confusion (Identitas vs. Kebingungan)
Freepik

Tahap psikososial kelima terjadi selama masa remaja yang sering bergolak. Tahap ini memainkan peran penting dalam mengembangkan rasa identitas pribadi yang akan terus memengaruhi perilaku dan perkembangan selama sisa hidup seorang anak.

Namun, apa itu Identitas? Dilansir dari very well mind, identitas mengacu pada semua keyakinan, cita-cita, dan nilai-nilai yang membantu membentuk dan membimbing perilaku seseorang.

Remaja perlu mengembangkan rasa diri dan identitas pribadi. Selama masa ini, anak mengeksplorasi kemandiriannya dan mengembangkan rasa diri.

Anak yang menerima dorongan dan penguatan yang tepat melalui eksplorasi pribadi akan muncul dari tahap ini dengan rasa diri yang kuat dan perasaan kemandirian dan kontrol.

Sedangkan, jika tidak yakin dengan keyakinan dan keinginannya, anak akan merasa tidak aman dan bingung tentang diri mereka sendiri dan masa depan.

Walaupun setiap tahap perkembangan psikososial itu penting, Erikson menempatkan penekanan khusus pada pengembangan identitas ego.

Identitas ego adalah kesadaran diri yang dikembangkan melalui interaksi sosial dan menjadi fokus utama selama tahap identitas versus kebingungan pada saat perkembangan psikososial.

Menurut Erikson, identitas ego dapat terus berubah karena pengalaman dan informasi baru yang diperoleh dalam interaksi sehari-hari dengan orang lain. Ketika anak memiliki pengalaman baru, ia juga menghadapi tantangan yang dapat membantu atau menghambat perkembangan identitas.

6. Tahap 6: Intimacy vs. Isolation (Keintiman vs. Isolasi)

6. Tahap 6 Intimacy vs. Isolation (Keintiman vs. Isolasi)
Freepik

Menuju usia dewasa muda, anak akan membentuk hubungan yang intim dan penuh kasih dengan orang lain. Tahap ini meliputi masa dewasa awal ketika orang mengeksplorasi hubungan pribadi

Ketika tahapan psikososial ini sukses, akan mengarah pada hubungan yang kuat, sementara kegagalan menghasilkan kesepian dan isolasi.

Erikson percaya bahwa sangat penting bagi orang untuk mengembangkan hubungan yang dekat dan berkomitmen dengan orang lain. Dan seseorang yang berhasil pada langkah ini, akan membentuk hubungan yang langgeng dan aman.

Erikson mengatakan bahwa ada hubungannya tahapan ini dengan tahapan sebelumnya. Ia percaya bahwa rasa identitas pribadi yang kuat penting untuk mengembangkan hubungan intim.

Penelitian yang dilansir dari Very Well Mind, menunjukkan bahwa mereka yang memiliki perasaan diri yang buruk cenderung memiliki hubungan yang kurang berkomitmen dan lebih mungkin untuk berjuang dengan isolasi emosional, kesepian, dan depresi.

7. Tahap 7: Generativity vs. Stagnation (Generativitas vs. Stagnasi)

7. Tahap 7 Generativity vs. Stagnation (Generativitas vs. Stagnasi)
Pexels/RODNAE

Saat masa dewasa, seorang individu perlu menciptakan atau memelihara hal-hal yang akan bertahan lebih lama, misalnya dengan dengan memiliki anak atau menciptakan perubahan positif yang bermanfaat bagi orang lain.

Selama masa ini, anak akan terus membangun hidupnya, dengan fokus pada karir dan keluarga. Individu yang berhasil selama fase ini akan merasa bahwa ia berkontribusi pada dunia dengan aktif di rumah dan komunitas mereka.

Sedangkan, individu yang gagal mencapai keterampilan ini akan merasa tidak produktif dan tidak terlibat di dunia.

8. Tahap 8: Integrity vs. Despair (Integritas vs. Keputusasaan)

8. Tahap 8 Integrity vs. Despair (Integritas vs. Keputusasaan)
Freepik/pressfoto

Tahap psikososial terakhir terjadi selama usia tua dan difokuskan pada refleksi kembali pada kehidupan.

Pada titik perkembangan ini, anak akan melihat kembali peristiwa-peristiwa dalam hidupnya dan menentukan apakah ia bahagia dengan kehidupan yang dijalani atau apakah menyesal pada hal-hal yang ia lakukan atau tidak lakukan.

Teori Erikson berbeda dari banyak teori lainnya karena teori ini membahas perkembangan sepanjang masa hidup, termasuk usia tua. Orang dewasa yang lebih tua perlu melihat kembali kehidupan dan merasakan kepuasan.

Individu yang merasa menjalani kehidupan dengan baik akan merasa puas dan siap menghadapi akhir hidupnya dengan rasa damai.

Namun, individu yang melihat ke belakang dan hanya merasa menyesal, malah akan merasa takut bahwa hidupnya akan berakhir tanpa mencapai hal-hal yang seharusnya dimiliki.​

Nah itulah 8 tahapan perkembangan psikososial seorang anak dari bayi hingga usia dewasa. Penting untuk diingat bahwa tahapan psikososial hanyalah salah satu teori tentang bagaimana kepribadian seorang anak berkembang nantinya.

Beberapa penelitian mungkin mendukung aspek-aspek tertentu dari teori ini, tetapi itu tidak berarti bahwa semua aspek teori didukung oleh bukti.

Akan tetapi, teori ini dapat menjadi cara yang membantu orangtua untuk memikirkan beberapa konflik dan tantangan berbeda yang mungkin dihadapi anak saat menjalani kehidupannya.

Baca juga:

The Latest