12 Dongeng Si Kancil yang Menarik dan Sarat Pesan Moral untuk Anak
Ternyata, ada banyak pesan moral yang bisa dipetik dari cerita dongeng tentang si Kancil, lho!
13 November 2024
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Membacakan cerita dongeng fabel kepada anak ternyata menjadi cara yang efektif untuk mengajarkan anak tentang kebaikan. Lewat cerita tersebut, Mama bisa mendidik anak agar kelak besar nanti dia bisa menjadi orang yang baik dan pintar.
Dari banyaknya dongeng fabel yang beredar, cerita tentang si Kancil memang sangat populer di Indonesia. Perlu Mama ketahui, dongeng si Kancil pun saat ini sudah ada banyak serinya dan memiliki cerita yang beragam.
Yuk, simak beberapa cerita dongeng si Kancil yang menarik dan sarat pesan moral untuk anak yang sudah Popmama.com siapkan berikut ini!
Kumpulan Dongeng Si Kancil yang Menarik dan Sarat Pesan Moral untuk Anak
1. Si Kancil dan Beruang
Di suatu hutan, kehidupan di sana awalnya berjalan dengan damai. Akan tetapi, situasi di hutan itu berbeda setelah ada tamu tak diundang yang datang. Kedatangannya bahkan membuat para penghuni hutan merasa ketakutan.
Lantaran merasa takut, satu binatang pun tak ada yang berani keluar dari sarangnya, meski merasa lapar sekalipun.
Jauh dari hutan itu, ada Kancil yang sudah tidak lama datang ke hutan. Muncullah keinginannya untuk datang ke sana dan bertemu dengan teman-teman binatang lainnya.
Setelah berjalan cukup lama, Kancil lalu sadar kalau situasi di hutan itu mendadak sepi. Kancil yang awalnya tidak tahu situasi yang terjadi di sana kemudian menjadi curiga dan penasaran dengan apa yang telah terjadi.
Tak lama kemudian, Kancil mendengar ada seruan dari Burung Balam yang gerakkannya cepat untuk menandakan bahwa harus waspada.
"Kancil! Segeralah bersembunyi sebelum kau dimangsanya! Hutan ini sudah tidak aman lagi! Anak-anak kami banyak yang mati dibuatnya," teriak si Balam kepada Kancil.
Selain Burung Balam, binatang lainnya yang mendengar percakapan itu juga membenarkan tanda peringatan tersebut. Alhasil, Kancil berusaha lari mencari tempat persembunyian untuk dirinya. Akan tetapi, binatang yang dibicarakan tadi sudah berdiri di depannya.
Binatang itu memiliki badan besar dan cakar yang tajam. Tak heran jika hewan-hewan kecil merasa ketakutan padanya. Melihat itu, Kancil lantas berusaha melarikan diri. Akan tetapi, gerakan hewan itu lebih cepat daripadanya.
Meski terancam, Kancil ternyata tidak mau menyerah. Dengan cerdik, Kancil langsung mendapatkan ide untuk bisa lepas dari binatang menyeramkan itu. Si Kancil ternyata membujuk binatang itu untuk ke pinggir sungai.
Binatang itu akhirnya setuju dan mengikuti Kancil dari belakang. Selama perjalanan, Kancil bertanya nama hewan tersebut. Binatang itu menyebut bahwa dirinya adalah Beruang, si raja hutan. Dengan sombong, dia pun mengatakan kalau semua hewan takut padanya.
"Jika kau beruang, tentulah kau suka dengan madu daripada memakanku yang kelezatannya masih diragukan," kata Kancil yang sedang berusaha mengelabui Beruang.
"Jelas aku lebih suka madu, tapi di hutan ini, aku belum menemukan madu itu," kata si Beruang.
Mendengar itu, Kancil langsung mengatakan kalau dia tahu tempat yang menyimpan madu lezat. Tak sadar dengan kecerdikan Kancil, Beruang itu langsung setujui tawaran si Kancil untuk mengantarkannya ke tempat madu yang lezat.
Ketika sampai di mulut gua, si Kancil mengatakan bahwa di dasar gua sana ada madu yang sangat lezat. Setelah berjalan ke dalam gua itu, Kancil mengatakan bahwa mereka sudah dekat dengan madu tersebut.
"Dengarkanlah suara lebah itu. Kita sudah sangat dekat dengan madunya, tapi kita kesulitan melihat di mana letak madu itu. Tunggulah di sini, aku akan keluar mengambil api dan akan segera kembali," kata Kancil.
Segera keluarlah Kancil dari gua itu untuk mengambil api. Namun, Kancil tidak membawa api itu ke dalam gua. Alih-alih begitu, Kancil justru menyulutkan api di mulut gua hingga tertutup. Alhasil, Beruang terjebak di dalam gua tersebut.
Ternyata, gua yang dimaksud si Kancil adalah mulut buaya yang sudah lama menunggu mangsa. Sementara suara lebah yang dimaksudnya adalah laron yang sudah bermain di mulut Buaya.
"Terima kasih Kancil. Kau telah menolongku dengan memberi makanan untukku. Sejujurnya, aku sudah sangat kelaparan karena sudah lama sekali aku tidak makan," kata Buaya yang sudah memangsa Beruang itu.
"Sama-sama Buaya. Aku memberikannya padamu karena dulu kau pernah membantuku menyebrangi sungai," balas Kancil.
Beruang tersebut akhirnya mati di mulut Buaya. Situasi hutan kini telah kembali seperti dulu, yaitu damai dan tenteram. Tak ada satupun hewan di hutan itu yang hidup dalam ketakutan.
Pesan moral:
- Melalui dongeng di atas, Mama bisa memberi tahu kepada anak untuk memahami kalau setiap masalah memiliki jalan keluar tersendiri. Ingatkan juga kepada anak, kalau dia bisa memakai kepintarannya untuk menyelesaikan masalah.
2. Kisah Si Kancil dan Buaya
Kisah dongeng fabel ini dimulai dari seekor kancil yang merasa kelaparan saat berada di tengah hutan. Kancil pun melihat ke arah seberang sungai dan ada pohon apel yang begitu lebat di sana. Namun, derasnya air tak memungkinkannya untuk menyebrangi sungai itu.
Si Kancil lalu mendapatkan ide. Dia lalu menghampiri sekumpulan buaya di tepi sungai. Dengan kecerdikannya, dia mengelabuhi buaya dengan mengatakan kalau dia membawa daging segar dari raja untuk mereka.
Percaya dengan kancil, para buaya itu sepakat dan berbaris dari tepi sungai sampai ke ujung sungai sampai membentuk jembatan. Kancil kemudian menyebrangi sungai dengan melompati buaya itu sambil pura-pura menghitung jumlah mereka.
Setelah sampai di ujung, Kancil mengucapkan terima kasih kepada buaya tersebut karena dia bisa menyebrangi sungai tersebut. Dia pun langsung melarikan diri dan dengan bebas bisa memakan buah-buahan untuk menghilangkan laparnya.
Pesan moral:
- Lewat cerita dongeng Si Kancil dan Buaya, Mama bisa berpesan kepada anak untuk lebih bijak dalam menggunakan kecerdikan agar tidak membuat orang lain merasa dirugikan.
3. Kisah Kancil dan Kera
Di sebuah hutan, ada Kancil dan Kera yang menjadi sahabat baik. Walau begitu, Kera ternyata memiliki perilaku yang buruk, yaitu kerap kali curang dalam setiap permainan. Kancil yang menyadari ini langsung memutuskan untuk memberikan pelajaran pada Kera.
Akhirnya, Kancil mengajak Kera bermain di tepi sungai. Mereka bermain lempar batu ke air untuk mengetahui siapa yang bisa membuat cipratan air terbesar.
Seperti biasa, Kera mulai berbuat curang dengan memilih batu-batu berukuran lebih besar dan melemparkannya dengan cara curang. Sementara itu, si Kancil berpura-pura tidak menyadari kecurangan Kera.
Dia pun mengajak Kera untuk berlomba menangkap ikan. Kancil berkata pada Kera bahwa dalam permainan ini mereka harus menggunakan tangan kosong untuk menangkap ikan dan siapa yang mendapatkan ikan terbanyak akan menjadi pemenang.
Dengan cepat, Kera melompat ke dalam air dan mulai menangkap ikan. Namun, air di sungai itu dingin dan arus yang deras membuat Kera merasa kesulitan.
Di sisi lain, Kancil yang pintar tetap di tepi sungai dan menggunakan akalnya untuk menangkap ikan yang terjebak di pinggir sungai tersebut.
Akhirnya, Kera tidak mampu mendapatkan satu ikan pun karena terlalu sibuk melawan arus. Dia merasa malu dengan Kancil yang berhasil menangkap beberapa ikan dengan mudah. Kera itu akhirnya sadar kalau kecurangan tak selalu membawa kemenangan.
Pesan moral:
- Lewat dongeng pendek di atas, Mama bisa mengajarkan kepada anak untuk selalu melakukan kejujuran dalam hal apa pun. Penting juga bagi Mama untuk mengingatkan anak kalau ada akibat yang harus mereka terima jika terus berbuat curang.
4. Kisah Si Kancil dan Siput Adu Pintar
Pada suatu hari yang cerah, ada seekor Kancil yang terkenal sangat licik di dalam hutan. Saat itu, si Kancil sedang bersantai di bawah pohon besar.
Dia pun menikmati waktu santainya dan terbawa suasana hembusan angin sepoi-sepoi sampai dia mengantuk. Untuk menghilangkan kantuknya, dia memutuskan untuk berjalan-jalan menelusuri hutan.
Sambil berjalan, Kancil dengan bangga membusungkan dadanya lalu berkata,
"Siapa di hutan ini yang tidak mengenalku? Si pintar, si cerdik yang banyak akal. Setiap masalah pasti dapat aku selesaikan dengan mudah."
Setelah berjalan cukup jauh, Kancil akhirnya sampai di tepi sungai dan dia segera minum air di aliran sungai itu untuk menghilangkan hausnya. Tak sampai di situ, Kancil bahkan terus mengatakan kata-kata yang berisi pujian untuk dirinya sendiri.
Tanpa dia sadari, Kancil ternyata sedang diperhatikan si Siput yang sedang duduk di balik sebuah batu besar di pinggiran sungai. Selain memperhatikan, Siput juga mendengar ucapan Kancil.
"Hei Kancil, asyik sekali kau ku lihat berbicara sendiri, ada apa? Apa kamu sedang bergembira," tanya Siput.
Kancil mendengar suara Siput. Setelah mengetahui dari mana suara itu, Kancil lalu menjawab Siput dengan ucapan bernada hinaan.
Betapa terkejutnya Siput dengan jawaban Kancil. Jawaban itu ternyata turut membuat Siput marah dan menantang Kancil untuk berlomba adu lari. Mendengar tantangan itu, Kancil menerimanya karena tahu kalau Siput tak akan mampu mengalahkannya.
Lomba itu akhirnya digelar esok hari. Namun, si Siput sadar bahwa dia tak mampu mengalahkan Kancil sendirian. Dia akhirnya meminta bantuan teman-temannya untuk mengelabui si Kancil di hari perlombaan.
Semua teman si Siput kemudian bersembunyi di jalur lomba yang akan mereka lalui. Mereka harus muncul saat mendengar suara si Kancil dari kejauhan, sehingga Kancil mengira Siput akan selalu berada di depannya.
Saat lomba dimulai, Kancil dengan angkuh langsung berlari dengan sangat cepat. Dia bahkan tertawa sambil berkata,
"Ha-ha-ha-ha-ha selamat tinggal Siput lelet, aku tunggu kau di garis finish nanti."
Setelah berlari meninggalkan Siput cukup jauh, Kancil justru malah terkejut saat melihat di depannya ada Siput yang sedang berjalan dengan santai. Dia mengira itu adalah si Siput yang sudah ia tinggalkan. Padahal, itu adalah teman dari si Siput untuk mengelabui Kancil.
Dengan cepat, Kancil lalu melewati siput tersebut. Kejadian itu terus berulang sampai akhirnya membuat Kancil kewalahan dan kelelahan karena Siput selalu berada beberapa langkah di depan Kancil.
Saat si Kancil hampir sampai di garis finish, Siput ternyata sudah mendekati garis finish lebih dulu. Si Kancil terkejut dan berpikir mengapa Siput itu dapat berada di depannya dan sampai ke garis finish. Padahal, Kancil sudah meninggalkan Siput di belakang.
Si Kancil jelas tidak menerima kekalahannya. Dia bahkan terheran-heran karena masih belum dapat percaya kalau dirinya berhasil dikalahkan oleh hewan yang sering ia ejek sebagai "kecil dan lelet" itu.
"Sudahlah Kancil, tidak usah sedih. Aku tidak ingin hadiah apa-apa dari kamu. Aku hanya ingin kau tahu, janganlah menjadi sombong dengan kelebihan yang kau miliki. Semua makhluk hidup mempunyai kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Jadi, jangan suka menghina dan menyepelekan makhluk hidup lainnya," kata Siput kepada Kancil.
Siput lalu pergi menyelam ke dalam sungai dan tinggalah Kanci yang menyesal dan malu karena sudah kalah dalam lomba tersebut. Sejak itu, Kancil berjanji tak akan menganggap remeh makhluk hidup lainnya.
Pesan moral:
- Melalui cerita Dongeng Si Kancil dan Siput kali ini, anak diajarkan untuk kelak tak menjadi orang yang sombon dan suka menghina bahkan merendahkan sesamanya maupun makhluk hidup lainnya. Pasalnya, semua orang dan makhluk hidup lain memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing.
Editors' Pick
5. Si Kancil dan Serigala
Suatu ketika, ada seekor serigala yang sedang asik beristirahat bahkan sampai tertidur di tepi sungai. Tiba-tiba, ada suara ranting patah hingga membuat Serigala terbangun. Mendengar itu, Serigala langsung mencari asal suara tersebut.
Suara itu ternyata berasal dari ranting pohon yang jatuh karena tak sengaja terinjak Kancil. Serigala yang kebetulan sedang merasa lapar kemudian menghampiri Kancil secara perlahan. Kancil yang sadar dirinya didekati Serigala kemudian melarikan diri dan bersembunyi.
Akan tetapi, si Kancil justru merasa kelalahan sampai akhirnya Serigala bisa menyusulnya. Merasa dalam bahaya, Kancil langsung mendapatkan ide untuk meloloskan dirinya dari kejaran Serigala.
"Ada apa Serigala? Sudah lama kita tidak bertemu," sapa Kancil kepada Serigala dengan santai.
Sambil berseru menyombongkan diri di hadapan si Kancil, Serigala berkata seperti ini,
"Sudah lama aku mencarimu ke sana-kemari. Sekarang, jangan banyak bicara. Hari ini, kamu akan menjadi santapanku! Aku adalah raja hutan! Siapa saja harus tunduk!"
Merespons perkataan Serigala, Kancil mengatakan bahwa sebelumnya dia sudah bertemu dengan serigala lain yang gagah dan mengaku sebagai raja hutan. Kancil bahkan berkata kalau serigala lain itu juga ingin memangsanya.
"Jika kamu ingin memangsaku, sebaiknya kamu mengalahkannya karena dagingku terlalu sedikit untuk dibagi dua," kata si Kancil.
Setelah bertanya kepada Kancil tentang serigala mana yang mengaku sebagai raja hutan, si Serigala lalu dibawa Kancil menuju sumur tua di tengah hutan. Serigala lalu mendekati lubang sumur itu dan saat menengok ke bawah, dia terkejut melihat ada serigala di dalam sumur.
Sesudah mendengar ada auman yang lebih keras darinya di dalam sumur, Serigala tanpa berpikir panjang langsung melompat. Akan tetapi, Serigala tak menemukan adanya serigala lain di sumur itu. Dia akhirnya sadar kalau telah ditipu si Kancil.
Pesan moral:
- Melalui cerita di atas, Mama bisa mengajarkan anak untuk tak mudah menyerah dalam menghadapi masalah seperti Kancil. Pasalnya, setiap permasalahan pasti ada solusinya tersendiri.
- Selain itu, Mama juga bisa mengajarkan si Kecil untuk jangan mudah diadu domba seperti Serigala. Mama bisa mengingatkan bahwa mendengarkan adu domba dari orang lain dapat mendatangkan malapetaka bagi diri sendiri.
6. Si Kancil dan Kura-kura
Di suatu pagi yang cerah, ada Kancil yang sedang memandangi kebun sayur. Dia memang sudah cukup lama menantikan sayuran. Kini, Kancil siap memanen sayuran yang sudah ditanam olehnya.
Setelah merasa kenyang memakan sayuran itu, Kancil lalu pergi menuju sungai untuk minum. Dalam perjalanannya, Kancil melihat ada Kerbau, Ibu Rusa, dan Kura-kura yang sedang berkumpul di sana.
Kancil jelas merasa penasaran dengan apa yang dibicarakan mereka. Merasa penasaran, Kancil lalu bergegas menemui Kerbau.
"Kenapa kamu akrab sekali dengan Kura-kura?" tanya Kancil kepada Kerbau.
"Karena dia sangat baik dan tidak sombong," ucap Kerbau kepada Kancil.
Si Kancil tidak percaya dengan perkataan Kerbau. Dia kemudian menanyakan kepada Ibu Rusa tentang Kura-kura. Namun, jawaban yang didapatkan Kancil dari Ibu Rusa serupa dengan perkataan Kerbau.
"Semua berpihak pada Kura-kura. Tidak ada yang mengatakan aku baik seperti yang dikatakan Kerbau dan Ibu Rusa pada Kura-kura. Teman Kura-kura juga lebih banyak daripada aku," kata Kancil dengan perasaan kesal setelah pergi meninggalkan Ibu Rusa.
Kancil lalu memiliki ide jahat agar Kura-kura dijauhi oleh binatang lainnya. Dia lantas menemui Kerbau dan mengatakan kebohongan yang menjatuhkan Kura-kura. Kerbau yang mendengar itu merasa ketakutan dengan Kura-kura.
Kebohongan tentang Kura-kura pun disampaikan juga oleh si Kancil kepada Ibu Rusa. Sayangnya, Ibu Rusa justru percaya dengan kebohongan Kancil tentang Kura-kura. Si Kancil pun hanya tertawa dalam hati dan gembira karena merasa rencananya berhasil.
Suatu hari, Kura-kura bertemu dengan Kerbau. Namun, Kerbau tidak menjawab sapaan Kura-kura sama sekali dan hanya pergi meninggalkannya begitu saja. Begitu pula dengan Ibu Rusa yang tak menjawab sapaan Kura-kura.
Kura-kura akhirnya mulai curiga dan bertanya tentang alasan temannya yang berubah menjadi tak peduli, bahkan seperti membenci dirinya. Dia lantas mencari tahu dengan bertanya kepada Kancil.
"Ada apa dengan teman-teman kita? Kenapa mereka semua menjauhiku?" ucap Kura-kura.
"Tidak tahu," sahut si Kancil.
Semakin jengkel dengan pertanyaan Kura-kura, Kancil lalu pergi meninggalkannya. Itu dilakukannya karena Kancil tak mau jujur dengan perbuatan yang sudah dilakukan pada Kura-kura. Sementara itu, Kura-kura hanya bisa merasa dedih dan kecewa.
Kancil masih tak peduli dengan Kura-kura. Dia merasa bangga karena rencana jahatnya sudah berhasil. Akan tetapi, Kancil tiba-tiba terjatuh ke dalam lubang besar di hutan. Dia lantas meminta bantuan dengan berteriak.
Setelah beberapa kali mencari pertolongan, Kancil merasa putus asa. Usahanya sia-sia karena setelah beberapa kali meminta pertolongan, tak ada binatang mana pun yang datang dan berusaha menolongnya.
Pesan moral:
- Ma, melalui cerita dongeng Si Kancil dan Kura-kura, Mama bisa mengajarkan kepada si Kecil kalau sifat iri dan dengki bukanlah hal yang baik. Hal itu karena sifat tersebut justru dapat membuat seseorang berperilaku jahat.
- Mama bisa mengingatkan anak bahwa kalau dia ingin memiliki banyak teman, maka haruslah anak berbuat baik kepada siapa pun dengan tulus.
7. Si Kancil, Sapi, dan Buaya
Suatu hari, Sapi sedang berjalan-jalan sendirian. Saat itu, dia mendengar adanya suara rintihan kesakitan dari arah bebatuan. Ketika menghampiri sumber suara itu berasal, Sapi melihat ada Buaya yang terjebak di bawah tumpukan batu dan meminta bantuan.
Awalnya, Sapi merasa ragu-ragu ingin menolong si Buaya. Pasalnya, Sapi sudah memiliki niatan untuk pergi dari tempat itu sesegera mungkin. Akan tetapi, Sapi akhirnya memutuskan menolong Buaya tersebut.
"Kumohon, bantulah aku! Gendong dan antarkan aku ke tepi sungai," ujar Buaya kepada Sapi. "Aku tak bisa pergi ke mana-mana dengan kaki seperti ini."
Lantaran merasa kasihan, Sapi kemudian mengizinkan Buaya untuk menaiki punggungnya. Namun, setibanya mereka di tepi sungai, Buaya itu justru menolak untuk turun dari punggung Sapi.
"Aku lapar, kelihatannya daging punggungmu ini enak," kata Buaya kepada Sapi.
Mendengar itu, Sapi mulai merasa takut dan menangis. Tangisan si Sapi ternyata terdengar oleh Kancil yang kebetulan tidak jauh dari sana. Kancil lalu mendekat kepada Sapi dan bertanya.
"Sapi, kenapa kamu menangis? Kenapa Buaya ada di gendonganmu?" tanya Kancil.
Buaya saat itu merasa kesal. Dia pun mengajak Sapi untuk menunjukkan kepada Kancil di mana dia tertimpa batu itu. Mereka lalu kembali ke tempat itu. Batu-batu besar tersebut ternyata masih ada.
Dengan cerdik, Kancil lalu memancing Buaya untuk memperagakan kembali peristiwa ketika tertimpa bebatuan di sana. Buaya kemudian turun dari punggung sapi dan merangkak menuju tempat semula serta memeragakan posisinya ketika terjebak di bebatuan.
"Begini lho, tadi aku terjepit seperti ini. Percaya 'kan sekarang jika aku benar-benar tidak bisa bergerak?" ujar Buaya.
"Ooh, begitu. Ya, aku percaya sekarang," kata Kancil.
Setelah itu, Kancil lalu mengajak Sapi untuk pergi meninggalkan Buaya. Buaya yang melihat itu, lantas berusaha memanggil Kancil dan Sapi.
"Hey, tunggu! Kalian mau ke mana? Hey, aku masih di sini," kata Buaya.
Kancil ternyata tidak mendengarkan Buaya. Dia dan Sapi tetap memilih untuk meninggalkan Buaya yang tak tahu terima kasih. Akhirnya, Buaya kembali terjebak di bawah tumpukan bebatuan.
Pesan moral:
- Lewat dongen fabel di atas, Mama bisa mengajarkan kepada anak untuk tak lupa mengucapkan terima kasih dan membalas kebaikan kepada orang yang telah menolongnya dengan hati yang tulus.
- Ingatkan juga kepada anak, kebaikan orang yang telah menolongnya janganlah dibalas dengan kejahatan seperti yang dilakukan Buaya kepada Sapi.
8. Kancil dan Pak Tani
Alkisah pada suatu hari, ada Kancil yang berjalan jauh hingga ke pinggir hutan. Tanpa dia sadari, Kancil sudah memasuki ladang mentimun. Saat itu, si Kancil tampak tergoda dan tak bisa menahan keinginannya untuk mencicipi mentimun itu.
"Aku hanya ingin memakan beberapa buah saja kok, buah mentimun itu sungguh lezat dan terasa segar," gumam Kancil sambil memakan buah mentimun.
Saking asiknya menyantap mentimun, tanpa Kancil sadari dia sudah menghabiskan banyak sekali mentimun. Ternyata, itu turut membuat Pak Tani yang memiliki ladang buah mentimun itu menjadi marah.
"Kenapa kebunku jadi berantakan dan mentimunku habis tidak tersisa?! Siapa yang telah berbuat seperti ini?" tanya Pak Tani dengan penuh amarah.
Hari berikutnya, Kancil datang kembali ke ladang itu dengan maksud ingin meminta maaf kepada Pak Tani. Sesampainya di sana, dia mengira orang-orangan sawah itu adalah Pak Tani. Akan tetapi, dia justru terjebak pada jebakan orang-orangan sawah yang sudah disiapkan Pak Tani.
"Tolong… Tolong… Siapa pun tolong lepaskan aku," teriak Kancl meminta pertolongan sambil berusaha melepaskan dirinya.
Pak Tani kemudian datang dan menangkap Kancil. Dia lalu membawa Kancil pulang ke rumah dan mengurungnya. Hal itu dilakukan Pak Tani karena dia tak ingin ladang mentimunnya hancur kembali karena ulah Kancil.
"Hei Kancil, kau akan kukurung di sini sampai panen mentimunku selesai. Aku tidak ingin kamu mencuri semua mentimunku lagi," kata Pak Tani.
Kancil yang terjebak langsung memutar otaknya untuk mencari jalan keluar agar dia bisa bebas dari kurungan Pak Tani. Kancil lalu memiliki ide untuk mengelabui Anjing penjaga milik Pak Tani.
"Sobat, tahukah kamu mengapa aku dikurung di sini?" tanya Kancil.
"Itu karena kau sudah mencuri mentimun Pak Tani," jawab si Anjing.
"Kamu salah. Sebenarnya Pak Tani tengah mengadakan pesta dan di sana ada banyak sekali daging panggang. Apakah kamu mau?" tanya Kancil lagi.
Anjing tersebut merasa tergoda dan masuk jebakan si Kancil. Anjing itu mengira kalau Pak Tani benar-benar sedang mengadakan pesta. Kancil lalu berusaha membujuk Anjing untuk keluar dari kurungan itu.
"Sayangnya Pak Tani tidak mengajakmu. Jika kamu mau, kamu boleh menggantikan tempatku sebab aku tidak suka daging," ucap Kancil.
Anjing milik Pak Tani ternyata terpedaya oleh bujukan si Kancil. Anjing itu lalu membuka kandang dan mempersilakan Kancil keluar dan dia masuk ke dalam kandang menggantikan Kancil. Saat Anjing itu di dalam, si Kancil segera mengunci pintu kandang itu.
"Maafkan aku kawan. Aku telah berbohong kepadamu, sampaikan juga maafku pada Pak Tani, ya!" kata Kancil.
"Apa?! Kau telah menipuku!" balas si Anjing dengan penuh kesal.
Kancil lalu pergi dari rumah Pak Tani dan meninggalkan Anjing itu yang terus menggonggong dengan galak di dalam kandang.
Pesan moral:
- Melalui dongeng Kancil dan Pak Tani, Mama bisa mengajarkan kepada si Kecil untuk jangan pernah mengambil sesuatu yang milik orang lain tanpa izin.
- Selain itu, Mama juga bisa mengajarkan kepada anak untuk lebih berhati-hati lagi pada bujukan orang lain. Bisa saja, bujukan itu malah mendatangkan hal buruk kepada dia.
9. Dongeng Kancil dan Kuda
Suatu ketika, si Kancil yang malas merasa lelah setelah berjalan jauh. Dia lalu melihat ada Kuda yang sedang merumput di padang rumput. Kancil lalu mendekati kuda dan dengan licik membujuk Kuda agar dia mau memberikan tumpangan kepada Kancil.
"Wahai Kuda, aku punya kabar gembira untukmu. Di seberang bukit ini, ada ladang penuh dengan padang rumput segar yang sangat lezat. Aku akan menunjukkan jalannya jika kau mau membawaku ke sana," bujuk Kancil dengan tipu dayanya.
Kuda pun tergoda dengan bujuk rayu itu dan setuju memberikan Kancil tumpangan ke sana. Si Kancil lalu melompat ke punggung kuda dan mereka berjalan bersama menuju bukit yang disebut si Kancil.
Sepanjang perjalanan, Kancil terus saja bicara tentang kelezatan rumput di ladang itu. Tentu saja, itu membuat Kuda semakin bersemangat dan tak sabar untuk mencicipinya.
Akan tetapi, Kuda kecewa. Pasalnya, Kuda hanya menemukan tanah tandus tanpa sehelai rumput saat tiba di bukit itu. Kuda kemudian marah dan segera menurunkan Kancil dari punggungnya.
Kuda itu kemudian meninggalkan Kancil tanpa memberi kesempatan untuk meminta maaf. Akhirnya, Kancil merasa malu dan terpaksa berjalan kaki untuk pulang.
Pesan moral:
- Melalui cerita dongeng singkat di atas, Mama bisa mengajarkan kepada anak untuk tidak mudah percaya dengan rayuan atau janji palsu dari orang lain.
- Selain itu, Mama juga bisa mengingatkan si Kecil untuk kelak jangan pernah menipu orang lain untuk keuntungan sendiri.
10. Sang Kancil dan Cecak Badung
Suatu hari, hiduplah seekor kancil yang berteman dengan sekelompok semut. Mereka pun bermain bersama di sungai yang ada di dalam hutan. Si Kancil pun melompat-lompat dengan gembira di tengah sungai itu dan beberapa semut bersenda gurau.
Ketika para semut melintasi sungai, mereka melihat ada pohon apel yang buahnya sudah matang. Tak ingin melewatkan kesempatan yang ada, para semut itu langsung memanggil Kancil untuk membantu memetik buah tersebut.
Kancil itu lalu menghampiri pohon apel dan menyundulnya hingga buah-buah apel itu berjatuhan. Setelahnya, dia lalu menaruh apel itu di tepi sungai dan para semut membawanya ke tempat yang nyaman untuk beristirahat.
Ketika mereka sedang menikmati buah itu, datanglah seekor cecak yang tiba-tiba mengambil beberapa apel di sana dan kabur dengan cepat. Melihat kejadian itu, para semut langsung berteriak.
"Pencuri! Pencuri! Lihat, ada pencuri yang mencuri apel kita!" seru para semut.
Kancil pun terkejut mendengar teriakan dari Semut dan mencari tahu sosok pencuri yang mereka maksud. Dia lalu tersenyum maklum saat tahu bahwa si Cecak Badung yang sudah mengambil apel mereka tanpa izin.
Para semut pun merasa sedih karena apel yang sudah dipetik bersama Kancil dengan susah payah malah dicuri begitu saja oleh Cecak Badung itu. Kancil kemudian memiliki ide mengganti apel dengan makanan lain yang berwarna merah, yaitu cabai.
Mereka kemudian menyetujui ide Kancil sambil tertawa kegirangan dan menganggap bahwa itu adalah rencana yang sangat lucu.
Keesokan harinya, para semut mulai menjalankan rencana itu. Mereka mencari pohon cabai merah yang ada di sekitar hutan dan memetik serta mengumpulkannya. Setelahnya, mereka membawa hasil petik itu ke tempat istirahat. Mereka tak sabar ingin melihat Cecak kepedasan saat memakan cabai.
Cecak itu lalu datang menghampiri kawanan semut dan mengambil makanan berwarna merah, kemudian kabur dan bersembunyi. Namun, Cecak itu sadar dengan keanehan yang terjadi saat mendengar tawa para semut ketika dia mencuri makanan mereka.
"Mengapa mereka malah tertawa, ya? Padahal, kemarin saja semut-semut itu sedih karena aku mengambil apel mereka," gumam Cecak.
Tak ambi pusing, cecak itu tetap memakan makanan berwarna merah yang diambilnya tadi dengan puas. Dia bahkan sampai kekenyangan dan tertidur pulas. Ketika terbangun dari tidurnya, Cecak itu masih penasaran dengan para semut yang tertawa tadi.
Akhirnya, dia memutuskan kembali ke tempat kawanan semut dan di sana dia menemukan mereka sedang berbicara kepada Kancil.
"Kancil, sepertinya rencana kita berhasil! Cecak itu sekarang pasti kepedasan setelah memakan cabai merah yang kita kumpulkan tadi!" ucap salah satu semut.
"Benar sekali! Siapa suruh ia mencuri makanan kita seenaknya? Sekarang, rasakan akibatnya!" ujar semut lainnya.
Setelah para semut asik menertawakan cecak itu, Kancil pun bersuara. Dia mengatakan kalau sebenarnya buah yang diambil Cecak adalah stroberi dan bukan cabai. Mendengar itu, mereka terkejut dan mulai merasa kecewa.
"Jadi, Cecak itu tidak mengambil cabai? Yah, percuma! Rencana kita gagal, dong. Pasti besok ia kembali mengambil apel kita," gerutu salah satu semut.
"Aku sengaja menggantinya karena aku tahu kalau Cecak pasti akan ke sini dan mencuri lagi jika ia sadar yang diambilnya adalah cabai merah. Maka itu, aku menyiapkan stroberi yang banyak dan menukarnya. Kalau Cecak kekenyangan 'kan ia tidak akan kembali untuk mencuri makanan kita lagi," kata Kancil.
Keesokannya, Kancil pergi menemui Cecak badung itu sambil membawa keranjang berisi stroberi. Dia juga menasihati Cecak untuk tak lagi mencuri makanan seenaknya.
Cecak, yang kemarin sudah mendengar pembicaraan Kancil dengan para semut, mulai menangis dan meminta maaf. Dia pun berjanji untuk tak lagi melakukan hal itu.
Pesan moral:
- Dari kisah Sang Kancil dan Cecak Badung, Mama bisa mengajarkan kepada anak bahwa tak selamanya menghentikan perbuatan jahat dengan cara yang sama jahatnya.
- Alih-alih melakukan kejahatan, Mama bisa berpesan kepada anak untuk bertindak bijak dengan memberikan nasihat atau peringatan yang baik agar mereka yang telah berbuat jahat menjadi sadar dengan perbuatannya.
- Selain itu, Mama juga bisa mengajarkan si Kecil untuk tidak mencuri atau mengambil barang yang bukan miliknya. Jika menginginkan sesuatu, maka anak bisa meminta kepada pemilik asli barang itu dengan cara yang baik.
11. Kisah Kancil dan Jerapah
Di suatu hutan, ada beragam hewan yang tinggal di sana. Namun, Jerapah yang juga ada di sana malah bersikap semena-mena. Tak hanya merasa paling hebat, dia juga sering menindas binatang lainnya di hutan.
Suatu hari, Domba dan Kambing merasa sangat haus dan meminum langsung air sungai. Keceriaan mereka saat menikmati kesegaran air itu ternyata tak berlangsung lama. Pasalnya, Jerapah tiba-tiba mendatangi mereka.
Ternyata, Jerapah tak suka dengan Domba dan Kambing yang menurutnya sudah seenaknya meminum air sungai itu. Namun, Domba berusaha berani untuk melawan Jerapah.
"Ini 'kan bukan sungai milikmu," ujar Domba kepada Jerapah.
"Tetap saja, aku adalah hewan paling hebat di hutan ini. Sudah seharusnya, kalian izin dahulu kepadaku," kata Jerapah.
Sementara itu, Kambing hanya diam saat Jerapah mulai menunjukkan kesombongannya. Domba akhirnya memilih mengalah dan meninggalkan sungai itu bersama Kambing.
Esok harinya, Domba menjadi kesal dengan Jerapah saat sedang mencari makan. Hal tersebut karena Jerapah saat itu datang dan menggosokkan tangannya dengan kasar ke bulu Domba.
Lagi-lagi, Domba hanya bisa menahan amarahnya. Jika dia melawan, Jerapah bisa saja membentak dan mendorong tubuhnya yang kecil itu.
Di sisi lain, Kambing juga merasakan sikap kasar Jerapah. Pasalnya, Jerapah malah menghabiskan rumput tanpa seizin Kambing. Padahal, Kambing sudah susah payah mengumpulkan rumput itu. Tak bisa melawan, Kambing hanya menangis dan bercerita kepada Domba.
Saat mereka sedang bercerita, Kancil kemudian datang menghampiri dan bertanya mengenai apa yang terjadi pada mereka. Lalu, Kancil ikut kesal setelah mendengarkan cerita Domba. Dia pun segera menemui Jerapah dan menantang hewan itu untuk menunjukkan seberapa cepat mampu berlari.
"Kau kecil dan pendek, Kancil. Tidak mungkin kau bisa menandingi kecepatanku," kata Jerapah dengan sombong.
"Lihat saja, Jerapah. Aku pasti bisa," balas Kancil.
Perlombaan lari kemudian dimulai. Saat lomba itu sudah dimulai, Kancil berlari dengan cepat. Di sisi lain, Jerapah justru mengalami kesulitan untuk menyeimbangi Kancil, meski dia memiliki langkah yang panjang.
Malam hari pun tiba. Saat Jerapah mulai lelah, dia tersandung ranting pohon dan akhirnya membuat kepala Jerapah terluka. Dengan tenaganya, Kancil berusaha membawa Jerapah ke salah satu bagian hutan.
Tak lama kemudian, Domba dan Kambing bertemu mereka dan penasaran dengan apa yang terjadi. Kancil kemudian menjelaskan kalau Jerapah terjatuh karena ranting pohon. Mendengar itu, Domba dan Kambing segera membawa ramuan untuk mengobati Jerapah.
Melihat kebaikan Domba, Kambing, dan Kancil membuat Jerapah menjadi merasa bersalah atas perilaku buruknya kepada mereka selama ini. Sejak kejadian itu, Jerapah berubah menjadi hewan yang paling baik di hutan.
Pesan moral:
- Dongeng Kisah Kancil dan Jerapah ini dapat mengajarkan anak untuk tidak boleh berbuat semena-mena dan sombong kepada orang lain. Pasalnya, hal tersebut bisa mendatangkan keburukan bagi diri sendiri di masa depan.
12. Si Kancil dan Gajah
Suatu hari, si Kancil berjalan di hutan. Dia kemudian bertemu dengan seekor gajah yang besar dan sombong. Gajah bahkan merasa dirinyalah yang paling kuat di hutan itu, makanya tak heran jika ia sering kali mengganggu binatang lain.
Kesombongan Gajah ternyata sudah diketahui Kancil. Si Kancil bahkan tak berdiam diri begitu saja. Dia memilih untuk memberikan pelajaran dengan menantang si Gajah.
"Wahai Gajah yang besar, aku mendengar bahwa kau sangat kuat. Tapi, apakah kau cukup kuat untuk menarik pohon besar ini dengan satu tarikan?" tantang Kancil kepada Gajah.
Gajah pun dengan bangga setuju untuk menunjukkan kekuatannya. Dia lalu mengikatkan belalainya ke batang pohon dan mulai menarik dengan sekuat tenaganya. Akan tetapi, pohon besar itu tidak bergerak sedikitpun.
"Ah, rupanya kau tidak sekuat yang aku kira. Izinkan aku untuk mencoba," kata Kancil.
Gajah kemudian melepaskan belalainya. Lalu, si Kancil berpura-pura menarik pohon dengan giginya. Pohon itu memang tetap tidak bergerak, tetapi si Gajah mulai percaya kalau Kancil memiliki kekuatan yang luar biasa.
Lantaran merasa malu karena gagal, Gajah kemudian pergi meninggalkan Kancil dan berhenti mengganggu binatang lain di hutan tersebut.
Pesan moral:
- Melalui dongeng pendek Si Kancil dan Gajah, Mama bisa mengajarkan anak untuk tidak sombong dengan apa yang mereka miliki, terutama kekuatan mereka. Pasalnya, kesombongan itu nantinya tidak akan ada artinya dan yang ada anak hanya akan malu dengan kesombongan tersebut.
Nah Ma, itu dia kumpulan dongeng si Kancil yang menarik dan sarat pesan moral. Semoga kumpulan cerita tentang si Kancil di atas bisa menjadi metode pembelajaran menarik untuk mengajarkan anak sikap yang baik dan menghindari perilaku buruk.
Baca juga:
- Dongeng Fabel Anak: Kancil dan Tikus
- Dongeng Fabel Anak: Kancil dan Gajah
- Dongeng Anak: Si Kancil yang Cerdik dan Harimau!