Waspada Batuk Rejan atau Pertusis, Bisa Sebabkan Kematian pada Anak

Ketahui pengertian batuk rejan atau pertusis agar bisa dicegah sejak dini

30 Juni 2024

Waspada Batuk Rejan atau Pertusis, Bisa Sebabkan Kematian Anak
Freepik

Batuk rejan atau yang juga dikenal dengan sebutan pertusis telah menjadi salah satu jenis infeksi saluran pernapasan yang sangat menular. Penyakit ini ditandai dengan batuk yang diiringi dengan suara tarikan nafas tinggi yang khas dan berkepanjangan.

Tidak hanya pada orang dewasa, pertusis ternyata juga bisa dialami oleh anak-anak. Mama harus waspada dengan kehadiran batuk ini pada anak. Pasalnya, pertusis bisa menyebabkan kematian pada anak.

Sebelum terjadi pada anak, ada baiknya Mama perlu mengetahui tentang penyakit pertusis sebagai bentuk tindakan pencegahan. Informasi soal batuk rejan atau pertusis sudah Popmama.com rangkumkan dalam artikel kali ini.

Yuk, disimak!

Batuk Rejan atau Pertusis: Penyebab, Gejala, Proses Penularan, Efek pada Anak, dan Pencegahan

Apa Penyebab Batuk Rejan?

Apa Penyebab Batuk Rejan
Freepik

Dokter Spesialis Anak, dr Ian Suteja, lewat postingan Instagram menjelaskan bahwa penyakit ini disebabkan oleh bakteri Bordetella Pertussis. Selain itu, halaman ayosehatkemkes.go.id juga menyebut kalau penyakit ini bisa disebabkan oleh bakteri Bordetella Parapertussis.

Penularan batuk rejan bisa terjadi lewat droplet (partikel air kecil) dari batuk atau bersin orang yang terinfeksi. Jadi, saat seseorang yang terinfeksi batuk atau bersin, droplet yang mengandung bakteri itu dapat menyebar ke udara dan dihirup orang lain.

Editors' Pick

Apa Saja Gejala Batuk Rejan?

Apa Saja Gejala Batuk Rejan
Freepik

Gejala batuk rejan biasanya berlangsung selama 6 minggu, dan dibagi menjadi tiga fase, yaitu fase catarrhal (fase awal), fase paroksismal, dan fase konvalescens (fase penyembuhan).

Adapun gejala batuk rejan fase catarrhal, antara lain: 

  • Hidung tersumbat
  • Pilek
  • Bersin
  • Mata merah
  • Demam. 

Sementara itu, gejala batuk rejan fase paroksismal ditandai dengan:

  • Batuk yang terus-menerus diiringi suara tarikan nafas yang khas,
  • Batuk lebih sering pada malam hari
  • Mata yang tampak merah
  • Kulit kebiruan
  • Kesulitan bernapas
  • Batuk terus-menerus
  • Dahak disertai muntah.

Untuk gejala batuk rejan fase konvalesens, ditandai dengan adanya batuk berkepanjangan yang perlahan-lahan mulai mereda. Walau begitu, batuk tersebut bisa bertahan selama beberapa minggu.

Orangtua yang Tidak Bergejala Bisa Menularkan Batuk Rejan ke Anak

Orangtua Tidak Bergejala Bisa Menularkan Batuk Rejan ke Anak
Freepik/senivpetro

Proses penularan pertusis ternyata tidak hanya sebatas penyebaran droplet lewat batuk atau bersin dari orang yang terinfeksi. Menurut Ian, penyakit ini juga bisa dibawa oleh orangtua yang tidak bergejala. Proses penularan terjadi saat orangtua dekat dengan anaknya.

"Pertusis ini biasanya ditularkan dari orangtuanya yang tidak bergejala yang kemudian dekat dengan anaknya," kata Ian dalam video yang diunggah.

Ian mengatakan, batuk rejan bisa menyerang orang dewasa dengan gejalanya hanya batuk ringan. Hal itulah disebut Ian membuat orang dewasa sering kali menganggap batuk itu tidak serius.

"Jika anak menderita pertusis, maka orangtua juga dianjurkan minum antibiotik," katanya.

Apa Efek Batuk Rejan pada Anak?

Apa Efek Batuk Rejan Anak
Freepik

Apabila tidak ditangani, batuk rejan bisa menyebabkan komplikasi, terutama pada bayi dan anak-anak di bawah usia 2 tahun, Ma.

Beberapa komplikasi yang bisa muncul antara lain seperti dehidrasi, kesulitan bernapas, penurunan berat badan, pneumonia (infeksi paru-paru), kejang, gangguan ginjal, dan kurangnya pasokan oksigen ke otak.

Tak hanya itu saja, dr Ian Suteja dalam unggahannya juga menerangkan kalau batuk ini sangat berbahaya dan mengancam anak. Penyakit ini bisa menyebabkan infeksi paru bahkan hingga kematian.

"Jika dibiarkan, durasi sakit memang bisa mencapai 15 minggu lamanya. Bisa menyebabkan infeksi paru, bahkan hingga KEMATIAN!! Infeksi lama tentu juga membuat berat badan turun signifikan!" ujarnya.

Dalam videonya, Ian juga menunjukkan hasil pemeriksaan dari seorang pasien anak yang menderita penyakit ini. Hasil dari rontgen yang dilakukan pada anak itu menunjukkan bahwa paru-parunya tampak putih di sekitarnya karena ada infeksi.

Selain itu, hasil laboratorium juga menampilkan jumlah sel darah putih anak tersebut lebih dari 60 ribu. Padahal, angka kematian bisa sangat tinggi bila jumlah sel darah putih mencapai di atas 30 ribu.

Batuk rejan atau pertusis sebenarnya bisa diobati dengan antibiotik. Menurut Ian, setelah anak diobati dengan antibiotik, umumnya batuk baru akan menghilang 1-2 minggu kemudian.

Bagaimana Mencegah Batuk Rejan pada Anak?

Bagaimana Mencegah Batuk Rejan Anak
Freepik

Seperti kata pepatah, "Lebih baik mencegah daripada mengobati", Mama tentu perlu mengetahui dulu hal apa saja yang bisa mencegah terjadinya batuk rejan pada anak.

dr Ian menjelaskan, penyakit pertusis sangat bisa dicegah sejak dini dengan melakukan imunisasi dasar DPT. Menariknya, imunisasi ini gratis dari pemerintah, lho. Menurutnya, manfaat imunisasi jauh lebih banyak daripada efek sampingnya.

"Memang sebagian orang merasa tidak nyaman karena imunisasi bisa menyebabkan bayi rewel, demam sementara, dan lain sebagainya. Tapi imunisasi tersebut sangat efektif untuk mencegah penyakit ini," kata Ian.

Ian menjelaskan, dengan Mama memberikan 4 kali vaksin DPT sesuai jadwal, maka Mama bisa mencegah penyakit ini sampai 90 persen.

Jadi, itulah rangkuman informasi tentang batuk rejan atau pertusis. Lewat rangkuman informasi kali ini, ada banyak hal yang bisa Mama ketahui lebih dekat tentang pertusis. Semoga informasi ini bermanfaat.

Baca juga:

The Latest