Fakta Neuroblastoma, Kanker Saraf yang Umumnya Menyerang Anak-anak
Segera lakukan pemeriksaan jika anak menunjukan gejala neuroblastoma
30 Oktober 2021
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Bagi orangtua, kesehatan anak merupakan prioritas utama yang harus dijaga. Oleh karena itu, penting bagi orangtua untuk mengetahui kondisi kesehatan anak sejak dini.
Orangtua harus mendapatkan edukasi mendalam mengenai kesehatan anak. Salah satu masalah kesehatan yang perlu diwaspadai orangtua adalah kanker.
“WHO menyatakan penyakit kanker adalah masalah kesehatan utama didunia, karena kanker adalah penyakit katastropik yang membawa penderitaan bagi manusia,” ujar dr. Ario Djatmiko, SpB (K) Onk, Dewan Pengawas RS. Kanker Dharmais pada Kamis (28/10/21) di acara konferensi pers Cancer Information and Support Center Association (CISC).
Oleh karena itu, Mama harus waspada dengan penyakit kanker, karena jika terlambat ditangani, maka sel kanker dapat tumbuh dengan cepat dan berakibat fatal.
Salah satu jenis kanker yang perlu Mama waspadai adalah neuroblastoma. Neuroblastoma merupakan jenis kanker yang biasanya menyerang saraf bayi dan anak-anak.
Kali ini Popmama.com telah merangkum sejumlah informasi mengenai kanker neuroblastoma yang umumnya menyerang anak-anak. Simak dengan baik yuk, Ma!
1. Apa itu neuroblastoma pada anak-anak?
Neuroblastoma adalah jenis kanker langka yang biasanya tumbuh di jaringan saraf bayi dan anak-anak. Sel kanker tumbuh di sel-sel saraf muda bayi yang disebut neuroblast. Neuroblastoma adalah jenis kanker yang paling umum terjadi pada bayi usia di bawah 5 tahun.
Pada umumnya, sel-sel yang belum matang pada bayi tumbuh menjadi sel-sel saraf normal yang akan bekerja di dalam tubuh. Namun, pada penderita neuroblastoma, sel saraf tersebut tumbuh tidak terkendali dan menjadi sel kanker yang membentuk tumor padat.
Sebagian besar kasus neuroblastoma dimulai dari kelenjar adrenal atau serabut saraf di perut. Tempat lainnya yang bisa diserang neuroblastoma yaitu, serabut saraf di dekat tulang belakang, dada, leher, atau panggul.
Editors' Pick
2. Gejala neuroblastoma
Neuroblastoma bisa ditandai dengan gejala yang berbeda-beda tergantung pada ukuran dan lokasi di mana tumor menyerang. Setiap anak juga bisa mengalami gejala yang berbeda-beda.. Berikut ini adalah gejala awal neuroblastoma:
Memiliki sifat lekas marah
Sering merasakan nyeri
Mengalami sembelit atau diare
Perut terlihat buncit
Sering merasa sangat lelah
Kehilangan nafsu makan dan mengalami penurunan berat badan
Terdapat lingkaran hitam di sekitar mata
Mengalami demam
Karena gejala awal ini mirip dengan gejala penyakit lainnya, neuroblastoma mungkin sulit dideteksi oleh orangtua. Maka dari itu, sebaiknya segera periksakan ke dokter jika si Kecil mengalami gejala di atas.
Jika neuroblastoma menyerang perut, biasanya gejala yang muncul adalah adanya benjolan dan pembengkakan di perut, kehilangan selera makan, penurunan berat badan, pembengkakan kaki dan skrotum, selalu merasa kenyang dan nyeri.
Namun jika neuroblastoma menyerang area dada, gejalanya dapat berupa benjolan di dada, pembengkakan di wajah, leher, lengan, atau dada, sakit kepala, pusing, perubahan kondisi mental, batuk atau kesulitan bernafas dan kesulitan menelan.
Selain itu, neuroblastoma juga dapat menyebabkan sindrom opsoclonus-myoclonus-ataxia, yaitu kelainan langka yang mempengaruhi sistem saraf. Sindrom ini dapat menyebabkan gejala seperti gerakan mata yang cepat, kedutan otot dan masalah dengan koordinasi.
3. Penyebab neuroblastoma pada anak
Neuroblast adalah sel-sel saraf yang masih belum matang dan akan berubah menjadi sel saraf matang yang dapat berfungsi dengan semestinya. Namun, penderita neuroblastoma memiliki neuroblas yang terus tumbuh dan membelah di luar kendali sehingga kemudian membentuk tumor.
Secara umum, neuroblastoma dimulai dengan mutasi genetik yang memungkinkan sel yang normal dan sehat untuk terus tumbuh tanpa menanggapi sinyal untuk berhenti. Namun, para ahli belum bisa mengetahui secara pasti apa yang menyebabkan mutasi genetik awal yang mengarah ke neuroblastoma.
4. Proses diagnosis neuroblastoma
Biasanya, dokter akan menggunakan banyak tes untuk menemukan atau mendiagnosis tumor. Selain itu, dokter juga akan melakukan tes untuk mengetahui sejauh mana kanker telah menyebar ke bagian tubuh lain.
Sebagian besar tumor didiagnosis dengan cara biopsi, yaitu pengambilan sampel kecil jaringan tubuh untuk diuji di laboratorium. Jika biopsi tidak memungkinkan, dokter mungkin menyarankan tes lain yang akan membantu proses diagnosis.
Berikut adalah beberapa jenis tes yang bisa diterapkan untuk mendiagnosis neuroblastoma pada anak, dilansir dari Nemours Kids Health:
Tes urin dan tes darah
Tes sinar-X, CT scan, MRI, dan ultrasound
Biopsi
Aspirasi sumsum tulang dan biopsi
Jika hasil tes menunjukkan anak mengalami neuroblastoma, dokter kemudian akan mengklasifikasikan penyakit tersebut sebagai risiko rendah, risiko menengah, atau risiko tinggi. Untuk mengklasifikasinya, dokter akan mempertimbangkan usia anak, area yang terkena kanker, dan hasil tes yang dilakukan pada sel neuroblastoma.
5. Pengobatan neuroblastoma
Pilihan pengobatan neuroblastoma biasanya tergantung pada beberapa faktor, seperti ukuran dan lokasi tumor, klasifikasi risiko tumor, kemungkinan efek samping, preferensi keluarga dan kondisi kesehatan anak secara keseluruhan. Berikut adalah jenis-jenis pengobatan neuroblastoma, dilansir dari Cancer.Net:
Operasi
Operasi pembedahan dilakukan dengan pengangkatan tumor untuk mengatasi neuroblastoma yang belum menyebar. Jika tumor tidak dapat diangkat sepenuhnya, anak dapat menerima terapi radioterapi atau kemoterapi untuk menghancurkan sel kanker yang tersisa.
Kemoterapi
Kemoterapi adalah pengobatan dengan menggunakan obat-obatan untuk menghancurkan sel kanker. Biasanya kemoterapi dapat mencegah sel kanker tumbuh dan membuat lebih banyak sel. Dengan begitu, tumor dapat mengecil dan selanjutnya bisa dilakukan operasi untuk mengangkatnya.
Efek samping kemoterapi tergantung pada kondisi anak dan dosis yang diberikan. Biasanya, efek sampingnya berupa kelelahan, risiko infeksi, mual dan muntah, rambut rontok, kehilangan nafsu makan, dan diare. Efek samping ini biasanya dapat hilang setelah perawatan selesai.
Radioterapi
Radioterapi atau terapi radiasi adalah pengobatan dengan menggunakan sinar-x berenergi tinggi atau partikel lain yang dapat menghancurkan sel kanker. Namun, karena terapi radiasi terkadang dapat menyebabkan masalah dengan pertumbuhan dan perkembangan otak, ovarium, atau testis anak, dokter mungkin memilih pengobatan lain untuk mengobati kanker.
Itulah beberapa informasi seputar neuroblastoma yang umumnya menyerang anak-anak. Dengan adanya informasi ini, semoga orangtua menjadi lebih peka dan peduli terhadap gejala kanker pada anak. Semoga informasi ini bermanfaat ya, Ma!
Baca juga:
- Hati-hati! Kanker Bisa Terjadi pada Anak-Anak
- Kisah Haru Anak yang Sembuh dari Kanker Neuroblastoma Stadium Empat
- Waspada, Kenali 5 Gejala Kanker pada Anak Sejak Dini