Beda Anak Pendek karena Stunting dan Faktor Genetik, Mama Harus Tahu!
Tidak semua anak bertumbuh pendek adalah stunting, lho
10 November 2022
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Gangguan tumbuh kembang akibat kekurangan nutrisi yang menyebabkan stunting ditandai dengan perawakan tubuh anak yang lebih pendek dari anak-anak seusianya.
Namun, yang perlu Mama tahu tidak semua anak bertumbuh pendek adalah stunting, lho.
"Anak yang stunting ditandai dengan tubuh yang pendek. Tapi tidak semua anak pendek itu stunting," kata Prof. Dr. dr. Aman B. Pulungan, Sp.A (K), FAAP, FRCPI (Hon.), Ketua International Pediatric Association (IPA), dalam acara Konferensi Pers Primaku Parenthood Institute yang dilakukan secara virtual, Kamis (10/11/2022).
Lantas bagaimana membedakan anak pendek akibat stunting dan faktor genetik?
Berikut Popmama.com rangkumkan informasi lengkap seputar stunting.
1. Apa itu stunting?
Stunting merupakan gangguan tumbuh kembang pada anak yang terjadi akibat kekurangan nutrisi dan infeksi kronik, yang ditandai dengan perawakan pendek.
"Data saat ini, ada 1 dari 4 anak Indonesia atau sekitar 24 persen yang mengalami stunting," kata dr. Piprim B. Yanuarso, Sp.A(K), Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menjelaskan dalam kesempatan yang sama.
Editors' Pick
2. Penyebab anak mengalami stunting
Menurut dr. Piprim, di tubuh anak terdapat 'saklar pertumbuhan' yang disebut mTOR (mammalian target of rapamycin), yaitu protein kompleks yang bisa aktif ketika mendapatkan cukup asam amino esensial.
Ketika 'saklar' ini ON atau aktif, maka pertumbuhan di tubuh anak meliputi otot, syaraf, tulang, darah, dan organ, akan bisa tumbuh dengan optimal.
"Akar masalahnya, 'saklar pertumbuhan' ini bisa aktif kalau anak mendapatkan cukup asam amino esensial yang berasal dari protein hewani. Masalahnya, masih ada orang tua yang memberi makan anak asal kenyang. Makannya nasi pakai lauk perkedel kentang atau mi instan, lalu minumnya susu kental manis pakai gula lagi. Itu semua karbohidrat, tidak ada protein hewaninya," kata dr. Piprim melanjutkan.
Yang perlu Mama ingat, stunting terjadi bukan karena kekurangan kalori, melainkan kekurangan protein hewani.
3. Beda anak pendek karena stunting dan faktor genetik
Prof. Aman menegaskan bahwa anak pendek akibat stunting terjadi karena adanya kekurangan nutrisi yang kronik dan infeksi. Namun, tidak semua anak pendek adalah stunting.
"Faktor genetik itu bisa karena faktor tinggi orang tua yang pendek juga, atau adanya gangguan genetik seperti kelainan kromosom atau kelainan tulang," kata Prof. Aman.
Nah, untuk membedakannya Mama bisa lebih memperhatikan kurva tinggi badan dan berat badan anak. Kalau untuk anak dengan tubuh pendek karena faktor genetik (short stature) biasanya berat badan akan normal.
"Kuncinya ada di kurva tinggi badan dan berat badan," kata Prof. Aman.
4. Bagaimana mencegah agar anak tak mengalami stunting?
Nutrisi yang paling banyak dibutuhkan untuk tumbuh kembang anak adalah asam amino esensial dan lemak esensial berupa omega 3 dan omega 6.
"Ini bisa diperoleh dari telur, daging, ikan, hati ayam. Itu sudah paket komplit, mencakup asam amino esensial dan lemak esensial. Misalnya ikan salmon atau yang murah ada ikan kembung, itu sudah ada asam amino dan lemak esensialnya," kata dr. Piprim menjelaskan.
5. Selalu perhatikan kurva pertumbuhan anak
"Yang terpenting, orang tua harus selalu melakukan pemantaun dengan terus memperhatikan kurva pertumbuhan anak, karena stunting tidak terjadi tiba-tiba. Begitu ada penyimpangan sedikit bisa langsung segera dikonsultasikan ke dokter anak di seluruh Indonesia. Jangan sampai terlambat, karena kalau stunting dibiarkan terlanjur lama masalahnya bisa ke otak. Gangguan pertumbuhan yang terjadi pada 1000 hari pertama atau pada masa golden age, bisa mengurangi kemampuan otak anak," kata dr. Piprim.
Untuk bisa terus memantau tumbuh kembang anak, Mama bisa menggunakan aplikasi PrimaKu, yaitu aplikasi pencatat tumbuh kembang anak.
Tahun ini, PrimaKu sebagai partner resmi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI), berkomitmen untuk terus berperan aktif menekan angka stunting di Indonesia dengan menyelenggarakan aktivasi tahunan pertama, yakni Parenthood Institute by PrimaKu.
CEO PrimaKu, Muhammad Aditriya Indraputra, CFA menjelaskan, “Melalui Parenthood Institute by PrimaKu, kami ingin mengintegrasikan semuanya dalam bentuk kelas parenting online yang menyenangkan serta ‘diasuh’ oleh berbagai dokter dan ahli di bidang kesehatan dan tumbuh kembang anak."
Parenthood Institute by PrimaKu ditujukan untuk para orang tua serta calon orang tua yang berdomisili dan berkewarganegaraan Indonesia. Ada empat kelas parenting yang dikategorikan berdasarkan usia anak, yakni 0-6 Bulan, 7-12 Bulan, 1-3 Tahun, dan 3-5 Tahun.
Pada setiap kelas yang dibuka pada 21 November 2022, para peserta akan mendapatkan materi pelajaran dalam tiga format, yaitu artikel, KULTUM (video pendek), dan webinar, dengan mengangkat tiga pilar di dalamnya, yaitu kesehatan, wellness, dan ekonomi.
"Registrasi dibuka mulai besok, 11 November 2022. Caranya bisa dengan mendownload aplikasi PrimaKu, lalu mendaftar melalui landing page PrimaKu, ada di banner lalu nanti ada form registasi, pilih kelas yang akan diikuti dan bisa langsung join. Kelas akan berlangsung mulai 21 November sampai 17 Desember 2022. Dan ada online graduation pada 22 Desember. Kelas Parenthood Institute by PrimaKu ini gratis untuk semua orang tua dan calon orang tua," kata Aditriya.
Itulah informasi lengkap seputar stunting dan cara membedakannya dengan anak pendek karena faktor genetik. Ingat ya, Ma, selalu berikan nutrisi seimbang untuk si Kecil agar terhindar dari stunting.
Baca juga:
- Awas! Anak Rawan Stunting dan Obesitas, Mama Harus Gimana?
- Cegah Stunting dan Anemia pada Anak, Ciptakan Masa Depan Gemilang
- Pentingnya Jaga Kesehatan Reproduksi Cegah Stunting, Minim Edukasi