Mengapa Anak-Anak Memiliki Preferensi Makanan Tidak Sehat?
Iklan makanan ternyata jadi salah satunya!
2 November 2023
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Bagi anak-anak, makanan cepat saji, camilan manis, dan minuman berkarbonasi seringkali lebih menggoda dibandingkan dengan sayuran hijau dan makanan sehat lainnya. Preferensi makanan anak cenderung mengarah pada makanan yang tinggi gula, garam, dan lemak, yang pada gilirannya dapat berdampak negatif pada kesehatan mereka.
Faktanya, proses terbentuknya preferensi makanan pada anak sangat kompleks. Diawali sejak usia dini, yaitu 2 tahun pertama usia anak, mereka mulai mengembangkan preferensi makanan mereka.
Banyak faktor yang memengaruhi pembentukan preferensi ini, dan faktor-faktor tersebut tidak hanya terbatas pada faktor biologis atau genetik. Pengaruh kebiasaan dan pola makan di lingkungan keluarga juga memainkan peran penting dalam membentuk preferensi makanan anak.
Namun, pemahaman mengenai preferensi makanan anak tidak selesai hanya dengan faktor-faktor tersebut. Popmama.com akan menguraikan alasan lainnya mengapa anak-anak memiliki preferensi makanan tidak sehat. Yuk, disimak!
1. Pengaruh industri makanan dan minuman
Industri makanan dan minuman memainkan peran besar dalam membentuk preferensi makanan anak-anak melalui berbagai metode pemasaran yang sangat efektif. Industri ini kerap menyediakan mainan atau merchandise dengan karakter-karakter populer dalam paket makanan cepat saji atau minuman soda, menjadikannya lebih menarik bagi anak-anak.
Ini membantu mengasosiasikan merek tersebut dengan kesenangan dan kegembiraan, memengaruhi preferensi makanan anak-anak. Selain itu, penggunaan warna-warna cerah dan desain kemasan yang menarik juga menjadi cara lain untuk memengaruhi anak-anak dalam memilih produk berdasarkan penampilan kemasannya.
Oleh karena itu, orangtua perlu waspada terhadap pengaruh ini dan berperan aktif dalam membantu anak-anak mengembangkan preferensi makanan yang lebih sehat.
Editors' Pick
2. Dampak media dan iklan
Anak-anak saat ini terus-menerus terpapar pada iklan makanan dan minuman yang kurang sehat melalui berbagai media. Mereka sering melihat iklan-iklan yang menggoda saat menonton acara televisi favorit atau bermain permainan video. Di era digital, media sosial dan situs web juga menjadi wadah di mana anak-anak terus terpapar pada iklan makanan yang kurang sehat. Pengaruh iklan makanan ini sangat signifikan dalam membentuk preferensi makanan anak.
Iklan makanan sering menggambarkan produk-produk dengan tampilan yang menarik, karakter-karakter lucu, dan pesan-pesan yang menggugah selera. Ini menciptakan persepsi positif tentang makanan tersebut dalam pikiran anak-anak. Mereka diperlihatkan bahwa makanan yang kurang sehat adalah pilihan yang menyenangkan, mengasyikkan, dan sesuai dengan gaya hidup mereka.
Pesan-pesan dalam iklan sering menekankan rasa nikmat, kebahagiaan, dan kepuasan yang didapat dari mengonsumsi produk tersebut. Semua pesan ini membentuk asosiasi positif antara makanan yang kurang sehat dan pengalaman yang menyenangkan.
3. Regulasi yang tidak memadai
Meskipun ada upaya untuk mengatur pemasaran makanan kepada anak-anak melalui media. Misalnya, salah satu upaya yang diambil di Amerika Serikat adalah melalui Children's Food and Beverage Advertising Initiative yang melibatkan produsen makanan dan minuman untuk membatasi pemasaran makanan tidak sehat kepada anak-anak.
Namun, terdapat beberapa keterbatasan dalam program ini yang perlu dicermati. Sebagai contoh, batasan usia target iklan yang diberlakukan masih belum cukup ketat. Hal ini berarti bahwa anak-anak yang berusia di bawah 12 tahun masih dapat terpapar iklan makanan tidak sehat.
Dampaknya, anak-anak terus terpapar pesan-pesan yang menggugah selera terhadap makanan tidak sehat, yang kemudian membentuk preferensi makanan mereka. Oleh karena itu, diperlukan regulasi yang lebih ketat dan komprehensif untuk melindungi anak-anak dari dampak negatif pemasaran makanan tidak sehat yang berpotensi membentuk preferensi makanan yang tidak sehat pada usia dini.
4. Kandungan snack bayi dan balita
Penurunan asupan garam dan gula sejak dini bisa membantu membentuk preferensi rasa yang sehat dan membantu anak-anak membuat pilihan makanan yang lebih sehat dalam hidup mereka kelak.
Namun, masalahnya adalah bahwa sebuah laporan dari UConn Rudd Center for Food Policy & Obesity menemukan bahwa hanya 4 dari 80 makanan ringan bayi dan balita yang memenuhi standar gizi yang baik. Selain itu, 50% dari makanan ringan bayi dan 83% makanan ringan balita mengandung pemanis tambahan.
Oleh karena itu, orangtua perlu sangat berhati-hati ketika memilih makanan ringan bayi atau balita, makanan penutup, dan minuman berperisa. Pilihlah produk yang memiliki kadar gula dan garam tambahan yang rendah.
Ini penting karena makanan ringan yang tinggi gula dan garamnya dapat membuat anak terbiasa dengan rasa manis yang berlebihan dan rasa asin yang tinggi, yang kemudian dapat memengaruhi preferensi makanan mereka. Jadi, pemilihan makanan ringan yang sehat pada tahap awal ini memainkan peran penting dalam membentuk preferensi makanan yang lebih baik untuk anak-anak di masa mendatang.
Terakhir, penting bagi Mama untuk memahami bagaimana anak-anak mengembangkan selera makan yang kurang sehat. Lalu, dengan memberikan pendidikan gizi yang baik, memberi contoh yang positif, dan mendukung regulasi yang lebih ketat, Mama dapat membantu anak-anak memilih makanan yang lebih sehat.
Dengan tindakan bersama, kita dapat menciptakan perubahan positif dan melindungi anak-anak dari risiko obesitas dan masalah kesehatan lainnya di masa depan.
Baca juga:
- Anak Mama Suka Makanan Manis? Berikut 5 Cara Mengatasi Kecanduannya
- 7 Resep Makanan Bergizi untuk Balita 1 Tahun, Aman dan Mudah
- 5 Efek Buruk Anak Terlalu Sering Mengonsumsi Makanan Instan