Sebagai orangtua, Mama pastinya selalu menginginkan yang terbaik untuk anak. Meskipun demikian, banyak orangtua yang niatnya mencurahkan kasih sayang malah berakhir memanjakan anak.
Padahal, kedua hal tersebut jauh berbeda. Menurut Dr. Stephen Birchak, Ed. D, penulis dari buku The 5 Golden Rules, memanjakan anak akan membuatnya merasa bahwa haknya harus terpenuhi. Berbeda dengan mencintai di mana orangtua mengabdi kepada si buah hati dan tahu apa yang terbaik untuk mereka.
Kira-kira, alasan apa saja yang membuat orangtua memanjakan anak secara berlebihan?
Nah, berikut ini Popmama.comakan memaparkan informasi beberapa alasan orangtua memanjakan anak secara berlebihan. Pahami dengan betul yuk, Ma!
1. Anggapan bahwa anak adalah harta yang paling berharga
Freepik/Romanticstudio
Dikaruniai seorang anak merupakan sebuah anugerah besar yang telah dihibahkan Tuhan. Tidak salah bagi Mama memandang anak sebagai sebuah keistimewaan.
Sayangnya, perilaku memanjakan anak bisa timbul akibat pemikiran ini. Anak pun lantas Mama sodorkan berbagai macam fasilitas dan barang yang sebagian besar tidak mereka butuhkan.
Seharusnya, sebagai orangtua, kita wajib paham dan pandai memilah apa-apa saja yang masuk ke dalam kebutuhan primer, sekunder, maupun tersier si Kecil supaya mencegahnya menjadi seorang spoiled child.
Editors' Pick
2. Tidak tega jika menolak permintaan anak
Freepik/Tongpatong
Merupakan sebuah alasan klasik yang sering dilontarkan para orangtua. Mereka merasa kasihan jika harus melihat anaknya menangis tersedu-sedu karena permintaannya tidak dikabulkan.
Ini bisa menyebabkan anak tumbuh menjadi individu yang egois. Bahkan, jika si Kecil sudah mampu memahami dan menangkap pattern dari sikap gak tegaan Mama, dirinya mungkin sekali untuk menjadikannya sebagai sebuah ‘senjata’ untuk mendapatkan apa yang ia inginkan.
3. Tidak ingin anak merasakan pahitnya keadaan seperti yang mereka jalani di masa lalu
Freepik/Senivpetro
Tak bisa dipungkiri kalau hidup dalam kemiskinan sungguhlah menyakitkan dan banyak sekali orangtua yang sudah menjalani pahitnya kondisi tersebut. Alhasil, muncullah dalam mindset orangtua untuk berusaha agar keturunannya tidak perlu mengalami hal serupa.
Lantas, di saat orangtua sudah memiliki uang, mereka pun langsung menyuguhkan berbagai macam fasilitas di bawah naungan alasan ‘asal anak senang’.
Dampaknya bakal membuat anak menjadi pribadi yang tidak mandiri dan tidak mau berjuang. Hilangkan pemikiran seperti itu ya, Ma!
4. Merasa cukup secara finansial untuk membelikan anak apapun
Freepik/Drobotdean
Selaras dengan poin sebelumnya, biasanya, orangtua dengan ekonomi menengah hingga menengah ke atas sering membeli barang-barang yang anak bahkan belum mengerti kegunaan pun cara memakainya.
Nantinya, anak tidak mampu membedakan antara kebutuhan dan keinginan. Si Kecil menjadi boros di masa depan karena ia bisa terus mendapatkan sesuatu tanpa harus takut kehabisan uang.
Selain itu, dikarenakan mampu secara finansial, tak jarang mereka menganggap bahwa sudah cukup bagi anak jika sudah dimanjakan oleh kebutuhan materi. Padahal, kasih sayang dan kehadiran orangtua juga diperlukan dalam proses tumbuh-kembang anak.
5. Merasa bersalah ketika harus meninggalkan anak untuk bekerja
Freepik/Senivpetro
Jika Mama dan pasangan termasuk orangtua pekerja, tentu tak bisa menepis akan rasa bersalah karena tidak mampu hadir untuk si Kecil akibat terlalu sibuk bekerja.
Lantas, orangtua mengira kalau dengan menuruti semua kemauan anak, kewajiban sebagai orangtua tetap terjalankan dan keselahan meninggalkan anak pun dapat ditebus. Padahal sebenarnya tidak juga lho, Ma.
Kita harus tetap mampu meluangkan sedikit waktu untuk sekadar melakukan quality time bersama si Kecil di akhir minggu. Mama tak perlu membelanjakan uang dengan dalih mewujudkan keinginan anak karena boleh jadi, yang ia inginkan hanyalah kehadiran kita untuk bisa bermain dengannya.
Itulah tadi 5 alasan mengapa orangtua memanjakan anaknya secara berlebihan. Perlu Mama ingat bahwa mengabulkan seluruh permintaan anak tidaklah baik karena akan berimbas kepada dirinya sendiri.
Membiarkan anak merasa kesulitan sedikit tidaklah menyakitkan. Jangan sampai si Kecil tumbuh menjadi pribadi yang buruk karena telah “disiksa dalam kesenangan”. Kelak, mereka tak akan sanggup menghadapi kerasnya kehidupan di luar sana.