Ini Perbedaan Pneumonia, Asma, dan TBC pada Anak
Batuk dan sesak napas pada anak? Hati-hati penyakit ini!
22 Februari 2024
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Sebagai Mama, tentu selalu ingin memberikan yang terbaik untuk si Kecil, termasuk menjaga kesehatannya. Batuk merupakan salah satu masalah kesehatan yang sering dialami anak-anak.
Namun, tahukah Mama bahwa batuk bisa menjadi pertanda berbagai penyakit, seperti pneumonia, asma, dan TBC?
Membedakan ketiga penyakit ini memang tidak mudah, karena gejalanya bisa saling menyerupai. Oleh karena itu, penting bagi Mama untuk mengetahui perbedaannya agar dapat memberikan penanganan yang tepat.
Berikut Popmama.com telah mengulas perbedaan pneumonia, asma, dan TBC yang bisa Mama perhatikan jika terjadi pada si Kecil. Yuk, simak di bawah ini!
Editors' Pick
1. Perbedaan gejalanya
Pneumonia, asma, dan tuberkulosis (TBC) adalah masalah pernapasan yang seringkali membingungkan karena beberapa gejalanya mirip. Namun, ketiganya memiliki karakteristik pada anak-anak.
- Pneumonia pada anak biasanya dimulai dengan gejala flu yang umum, seperti demam tinggi, batuk, dan pilek. Namun, seiring waktu, gejalanya dapat berkembang menjadi lebih serius.
Anak mungkin mengalami kesulitan bernapas, napas cepat, dan nyeri dada. Batuk yang dihasilkan mungkin disertai dengan dahak yang berwarna kuning atau hijau.
Pada beberapa kasus, anak bisa mengalami kelelahan yang signifikan dan penurunan nafsu makan. - Asma pada anak cenderung melibatkan saluran napas yang menyempit, menyebabkan kesulitan bernapas. Anak-anak dengan asma seringkali mengalami batuk yang parah, terutama di malam hari atau dini hari.
Sesak napas dan suara cekakan pada dada dapat menjadi tanda-tanda asma. Gejala asma dapat membaik setelah penggunaan obat bronkodilator atau inhaler. - Tuberkulosis (TBC) pada anak dapat memanifestasikan dirinya dengan gejala yang lebih lambat berkembang. Anak-anak dengan TBC mungkin mengalami batuk yang berlangsung lebih dari tiga minggu, demam yang terutama terjadi pada malam hari, dan berkeringat berlebihan, terutama di malam hari.
Penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan dan pembengkakan kelenjar getah bening juga bisa menjadi tanda-tanda TBC pada anak.
2. Penyebab terjadinya
Pneumonia, asma, dan tuberkulosis (TBC) pada anak memiliki penyebab yang berbeda, yang mencerminkan sifat masing-masing kondisi tersebut.
- Penyebab pneumonia pada anak-anak umumnya berkaitan dengan infeksi bakteri, virus, atau jamur yang menyerang paru-paru. Bakteri Streptococcus pneumoniae adalah salah satu penyebab utama pneumonia bakterial pada anak-anak.
Virus seperti virus influenza, respiratori sincisial (RSV), dan adenovirus juga dapat menyebabkan pneumonia viral pada anak-anak. Pneumonia yang disebabkan oleh jamur lebih umum terjadi pada anak-anak dengan sistem kekebalan tubuh yang melemah. - Asma pada anak-anak cenderung bersifat alergi atau diinduksi oleh faktor-faktor lingkungan tertentu. Penyebab utama asma adalah reaksi alergi terhadap alergen seperti serbuk sari, bulu hewan, debu rumah, dan polusi udara.
Faktor keturunan juga dapat memainkan peran dalam perkembangan asma pada anak-anak. Selain itu, infeksi pernapasan, paparan asap rokok, atau perubahan cuaca dapat memicu serangan asma. - Tuberkulosis (TBC) pada anak disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Infeksi umumnya terjadi melalui udara ketika anak menghirup droplet udara yang mengandung bakteri dari seseorang yang sudah terinfeksi TBC aktif.
Anak-anak yang terpapar bakteri TBC mungkin tidak langsung menunjukkan gejala, dan infeksi dapat tetap laten dalam tubuh. Faktor risiko melibatkan kontak dekat dengan seseorang yang memiliki TBC aktif.
3. Pengobatan ketiganya
Pengobatan pneumonia, asma, dan tuberkulosis (TBC) pada anak-anak melibatkan pendekatan yang berbeda sesuai dengan penyebab dan karakteristik masing-masing kondisi. Berikut adalah perbedaan dalam pengobatan ketiga kondisi tersebut:
- Jika pneumonia disebabkan oleh bakteri, dokter dapat meresepkan antibiotik yang sesuai, dengan pilihan antibiotik yang disesuaikan dengan jenis bakteri yang menyebabkan infeksi. Untuk anak-anak yang mengalami kesulitan bernapas atau napas cepat, mungkin diperlukan penggunaan obat bronkodilator atau nebulizer untuk membantu membuka saluran napas.
Selain itu, penanganan pneumonia juga melibatkan penggunaan obat penurun demam, obat batuk, dan memberikan anak istirahat yang cukup. - Obat bronkodilator, seperti albuterol, bisa digunakan untuk mengatasi penyempitan saluran napas dan memperbaiki fungsi paru-paru pada asma. Untuk mengurangi peradangan dan mencegah serangan asma, dokter bisa meresepkan obat kontrol seperti kortikosteroid inhalasi.
Jika asma dipicu oleh alergi, anak mungkin dirujuk ke spesialis alergi untuk menerima pengobatan imunoterapi alergi. - Anak-anak yang terinfeksi tuberkulosis (TBC) membutuhkan antibiotik khusus seperti rifampicin, isoniazid, dan ethambutol. Untuk mencegah penyebaran infeksi, anak-anak yang terkena TBC biasanya diisolasi selama periode tertentu.
Pengobatan TBC melibatkan pemberian antibiotik secara teratur selama beberapa bulan. Kepentingan dari perawatan jangka panjang ini adalah untuk memastikan bahwa bakteri TBC sepenuhnya hilang dari tubuh anak.
Selama masa pengobatan TBC, anak-anak perlu dipantau secara rutin untuk mengevaluasi efektivitas obat dan mendeteksi kemungkinan efek samping. Selain itu, dukungan nutrisi dan pemantauan kesehatan umum juga dapat diberikan sebagai bagian dari pendekatan pengobatan komprehensif.
Demikianlah penjelasan mengenai perbedaan pneumonia, asma, dan TBC pada anak. Memahami perbedaan ini sangat penting bagi Mama untuk memberikan penanganan yang tepat dan mencegah komplikasi serius.
Ingatlah untuk selalu membawa anak ke dokter jika mengalami batuk, sesak napas, dan demam. Dokter akan membantu mendiagnosis dan memberikan pengobatan yang sesuai.
Baca juga:
- Penyakit Glaukoma pada Anak: Penyebab, Gejala, dan Penanganan
- 7 Penyakit Langka pada Anak Balita, Orangtua Wajib Tahu
- Anak dengan Penyakit Jantung Bawaan, IDAI: Penting Deteksi Sejak Awal