Begini, Ma! Panduan Isoman untuk Anak saat Terkena Virus Omicron
Yuk, Ma lihat panduan isoman untuk anak ketika terinfeksi omicron
8 Februari 2022
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Anak merupakan kelompok rentan yang dapat terinfeksi Covid-19, termasuk Covid varian Omicron. Banyak dari mereka yang tidak menunjukkan gejala atau bergejala ringan seperti demam, kelelahan, dan batuk.
Melansir dari Ciputra Hospital, saat gelombang Corona kedua tingkat infeksi Covid-19 pada anak-anak sangat tinggi. Para ahli mengaitkannya dengan tingkat prevalensi yang tinggi.
Mengingat bahwa varian Omicron sangat menular dan menyebar pada kecepatan yang jauh lebih cepat daripada varian Delta, hal ini mungkin bisa dilihat dari peningkatan jumlah infeksi di kalangan anak-anak.
Anak yang terkonfirmasi positif Covid-19 harus menjalani isolasi mandiri di rumah untuk mencegah penularan virusnya. Oleh karena itu, kali ini Popmama.com akan merangkum panduan isoman untuk anak saat terkena Omicron yang dilansir berdasarkan panduan dari IDAI (Ikatan dokter anak Indonesia). Yuk simak baik-baik ya, Ma.
1. Apa itu kontak erat dan hal yang harus dilakukan jika anak kontak erat dengan penderita Covid-19
Kontak erat adalah jika seseorang berdekatan dengan kasus Covid-19 atau yang memiliki gejala Covid-19 dalam jarak 1 meter selama 15 menit atau lebih. Seseorang bersentuhan fisik langsung dengan kasus Covid-19 atau yang memiliki gejala Covid-19 (seperti bersalaman, berpegangan tangan, berpelukan, gendong, dll.
Beberapa contoh kegiatan yang masuk dalam kriteria kontak erat, di antaranya:
- Sekolah, belajar bersama yang bertemu secara tatap muka atau bermain bersama tanpa protokol kesehatan.
- Makan bersama.
- Kegiatan keagaamaan atau sosial, seperti takziah, pengajian, kebaktian dan pernikahan.
Lalu, apa ya, Ma yang harus dilakukan jika anak kontak erat dengan penderita Covid-19? Anak bisa segera langsung isolasi mandiri dan jangan lupa juga untuk lapor ke puskesmas setempat. Nantinya puskesmas akan menganjurkan untuk segera melakukan pemeriksaan swab PCR atau swab antigen:
- Jika hasil NEGATIF, lanjutkan isolasi mandiri.
- Jika hasil POSITIF, lanjutkan isolasi mandiri sesuai arahan dari puskesmas/petugas kesehatan setempat.
Setiap hasil positif laporkan kembali ke puskesmas dan tetap lanjutkan isolasi mandiri.
2. Kapan harus isolasi mandiri?
Anak yang harus melakukan isolasi mandiri, jika masuk ke dalam kriteria kontak erat maupun di antaranya:
- Anak yang positif Covid-19 yang tidak bergejala.
Anak positif Covid-19 yang bergejala ringan: demam, batuk, nyeri tenggorokan, sakit kepala, mual muntah, diare, lemas, anosmia/kehilangan indera penciuman, ageusia/ kehilangan indera pengecapan, ruam-ruam, saturasi oksigen > 95%.
Anak positif Covid-19 yang tidak memiliki komorbid (penyakit penyerta) seperti: obesitas, kanker, ginjal menahun, autoimun, kelainan bawaan, jantung, kencing manis atau diabetes melitus, penyakit paru menahun, sesuai diagnosa tenaga kesehatan.
Anak dengan positif Covid-19 harus diisolasi di sentra isolasi atau Rumah Sakit apabila:
Ada ibu hamil
Ada lansia
Dengan komorbid
Kondisi rumah tidak memungkinkan untuk isolasi mandiri
Tidak dapat memenuhi persyaratan lainnya
Sulit akses ke fasilitas kesehatan baik komunikasi maupun jarak tempuh
Tetap perlu diingat ya, Ma selalu komunikasikan dengan puskesmas atau tenaga kesehatan setempat untuk memutuskan apakah anak layak melakukan isolasi mandiri atau isolasi di sentra isolasi atau RS.
Editors' Pick
3. Apa saja yang harus disiapkan untuk isolasi mandiri?
Hal-hal yang perlu dipersiapkan untuk isolasi mandiri di antaranya adalah:
- Ruangan isolasi mandiri
Ruangan isolasi mandiri harus dipersiapkan dengan baik, Mama perlu untuk memperhatikan bagaimana ventilasi atau aliran udara dan pencahayaan baik. Lalu, kamar mandi pun diharuskan terpisah, jika tidak memungkinkan Mama bisa selalu lakukan disinfeksi rutin.
Alat mandi dan alat makan pun harus masing-masing tidak boleh sama dengan yang lainnya. Untuk tempat tidur sendiri, pastikan harus diberi jarak minimal 2 meter dari pengasuh atau Mama yang tidak terinfeksi.
Selalu gunakan tempat sampah yang tertutup, sediakan fasilitas cuci tangan hingga masker dalam jumlah yang cukup.
- Alat kesehatan
Apa yang perlu dipersiapkan mengenai alat kesehatan ini? Di antaranya sebagai berikut:
- Pengukur suhu tubuh (termometer)
- Pengukur saturasi oksigen (oximeter)
- Pengukur frekuensi nafas (jam)
- Obat-obatan
Apa obat yang perlu Mama sediakan saat isoman? Yang pastinya salah satunya obat demam yakni parasetamol. Lalu, Mama juga harus menyediakan multivitamin seperti vitamin C, vitamin D3 dan Zinc. Jika ada obat lain yang harus diminum pun, jenis dan dosisnya harus sesuai dengan anjuran dokter.
Untuk mendapatkan obat-obatan isolasi mandiri, Mama dapat mengubungi puskesmas terdekat atau gunakan link https://farmaplus.kemkes.go.id/ untuk memantau ketersediaan obat di apotek.
4. Bagaimana peran pengasuh saat anak isolasi mandiri?
Orangtua atau pengasuh yang tidak terinfeksi Covid-19 atau negatif dapat mengasuh anak dengan tetap memerhatikan protokol kesehatan. Disarankan orangtua atau pengasuh bukan kelompok lanjut usia atau tidak memiliki komorbid.
Lalu, jika ada anggota keluarga yang positif, maka dapat diisolasi bersama. Hal ini juga penting, ketika Mama sangat harus memberikan dukungan psikologis pada anak. Jika orangtua dan anak berbeda status Covid-19, disarankan berikan jarak tidur 2 meter di kasur terpisah. Kemudian yang terakhir, orangtua maupun pengasuh ikut isolasi dan disarankan untuk tidak berganti orang.
Adapun peran pengasuh yang perlu dilakukan saat anak isolasi mandiri, yaitu:
Pemantauan
Mama dapat lakukan pemantauan suhu tubuh, frekuensi nafas, saturasi oksigen dan gejala yang muncul serta kenali tanda bahaya saat isolasi mandiri. Jika terdapat salah satu gejala tanda bahaya, segeralah menuju RS atau pelayanan kesehatan terdekat yang menyediakan layanan untuk Covid-19 atau konsultasikan gejala tersebut melalui layanan telekonsultasi.
Kenali tanda bahaya saat isolasi mandiri:
- Anak banyak tidur, kurang aktif seperti biasanya, kesadaran menurun
- Terlihat sesak atau sulit bernapas: napas cepat, tersengat-sengat, hidung kembang kempis
- Saturasi oksigen (<95%)
- Kejang
- Mata merah, ruam, leher bengkak
- Demam > 39 derajat celcius atau > 7 hari
- Tidak bisa makan dan minum
- Mata cekung, buang air kecil berkurang dan pekat, bagi anak yang menyusu anak tidak dapat menyusu/minum susu.
Pemberian obat-obatan
- Obat demam (Parasetamol)
- Bila anak demam, parasetamol dapat diberikan dengan dosis 10-15 mg/kg/kali setiap 4-6 jam sekali, bila anak demam. Dosis maksimal 75mg/kg/hari dan tidak diberikan lebih dari 4000 mg/hari.
- Jangan lupa perhatikan bentuk sediaan obat yang ada: drop, sirup, sirup forte, dan tablet.
- Pemberian obat dapat menggunakan pipet, spuit khusus obat maupun sendok takar.
- Multivitamin
- Vitamin C: 1-3 tahun: max 400mg/hari, 4-8 tahun: max 600mg/hari, 9-13 tahun: max 1209 mg/hari selama durasi 10-14 hari.
- Vitamin D3: <3 tahun: 400 U/hari, anak: 1000 U/hari, remaja: 2000 U/hari, remaja obesitas: 5000 U/hari selama durasi 10-14 hari.
- Zinc: 20 mg/hari selama durasi 10-14 hari
Rutinitas atau aktivitas yang bisa dilakukan
- Tetap di rumah
Menjaga jarak dengan orang lain 1-2 meter
Cek suhu tubuh di pagi dan sore hari
Mengecek saturasi oksigen dengan oximeter
Makan makanan bergizi
Memantau laju nafas
Melakukan aktivitas fisik ringan
Mendapatkan sinar matahari pagi
Minum vitamin dan obat sesuai anjuran dokter
Istirahat yang cukup
Sering membersihkan benda atau alat atau mainan yang sering dipegang
Pisahkan sampai masker atau tisu atau barang bekas pakai dalam kantong plastik yang terikat atau tertutup
Pencegahan infeksi
Mama bisa selalu gunakan masker begitupun jika anak usia 2 tahun ke atas atau yang sudah dapat menggunakan dan melepaskan masker.
Ajarkan anak untuk menggunakan dan melepas masker dengan benar. Berikan juga istirahat masker jika anak berada di ruangan sendiri atau ada jarak 2 meter dari pengasuh. Lalu, masker juga tidak perlu digunakan saat anak tidur. Pengasuh yang berada di dalam ruangan yang sama pun harus menggunakan masker atau pelindung mata jika memungkinkan.
5. Bagaimana cara untuk melakukan konsultasi?
Jika anak Mama saat ini sedang isolasi mandiri dan belum mendapatkan pengobatan, Mama dapat melakukan telekonsultasi dengan tenaga kesehatan (Puskesmas atau RS terdekat) atau melalui layanan daring melalui https://isoman.kemkes.go.id/index.html atau link lainnya.
Referensi untuk telekonsultasi dapat Mama lihat dalam aplikasi peduli lindungi.
6. Kapan isolasi mandiri dianggap selesai?
Umumnya gejala akan menghilang selama 14 hari. Selesainya masa isolasi dapat ditentukan melalui dua cara, yaitu:
- Berdasarkan hasil pemeriksaan
Isolasi manidri dinyatakan selesai jika pemeriksaan swab ulang menunjukkan hasil negatif seperti: 10 hari setelah munculnya gejala bagi yang bergejala atau 10 hari setelah swab pertama positif.
- Berdasarkan gejala
Apabila tidak bergejala selama isolasi mandiri, maka isolasi mandiri dinyatakan selesai dalam 10 hari. Apabila bergejala ringan atau sedang, isolasi mandiri dinyatakan selesai setelah 10 hari + 3 hari setelah bebas gejala. Apabila bergejala berat atau pasien kronik, umumnya masa menular lebih panjang, sehingga dokter yang akan menentukan kapan selesai isolasi.
Untuk anak komorbid atau penyakit penyerta harus berkonsultasi dengan tenaga kesehatan. Jika ada keluhan, kembali konsultasikan anak pada tenaga kesehatan.
Nah, itulah tadi panduan yang Mama bisa terapkan saat melakukan isolasi mandiri dengan anak. Semoga informasi ini bermanfaat ya, Ma dan sehat-sehat selalu untuk keluarga Mama! Tetap selalu perhatikan protokol kesehatan.
Baca Juga:
- Layanan Telemedicine dari Kemenkes untuk Isoman Pasien Omicron
- Mudah Banget Ma! Ini 5 Aplikasi untuk Cek Saturasi Oksigen saat Isoman
- 5 Aktivitas Menyenangkan yang Bisa Dilakukan saat Isoman di Rumah