Sindrom Asperger: Gejala, Penyebab, Pengobatan, Penanganan
Sindrom Asperger ialah gangguan perkembangan yang memengaruhi perilaku, Yuk kenali Ma!
28 Februari 2022
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Si Kecil yang kerap kali merasa sulit untuk berkomunikasi dengan orang lain dan sulit untuk menghadapi lingkungan sosial, bisa jadi mereka menderita sindrom Asperger.
Dilansir dari nationalgeographic.grid.id sindrom ini pertama kali berasal dari dokter anak di Wina, Hans Asperger pada tahun 1940. Ia mengamati autism, seperti perilaku dan kesulitan dengan keterampilan dan komunikasi sosial dalam anak laki-laki, yang memiliki pengembangan kecerdasan dan bahasa yang normal.
Sindrom Asperger ini memiliki sedikit perbedaan dengan gangguan spektrum autisme lainnya. Lalu kira-kira apa yang membedakannya ya, Ma?
Oleh karena itu, Popmama.com akan memberikan rangkuman mengenai pengertian, gejala, penyebab, dan penangan sindrom Asperger. Yuk disimak dibawah ini ya, Ma!
1. Pengertian sindrom Asperger
Sindrom Asperger adalah gangguan neurologis atau saraf yang tergolong ke dalam gangguan spektrum autisme. Orang yang menderita sindrom ini akan mengalami kesulitan berhubungan dengan orang lain secara sosial, dan perilaku serta pola pikir mereka bisa kaku dan berulang.
Tetapi umumnya, pengidap dari sindrom ini adalah anak-anak yang memiliki kecerdasan tinggi dan mereka masih bisa berbicara dengan orang lain. Namun, mereka cenderung bermain, belajar, berbicara, dan bertindak secara berbeda dari orang lain.
Anak merasa kesulitan untuk memahami situasi sosial dan bentuk-bentuk komunikasi verbal seperti bahasa tubuh, humor, dan sarkasme. Mereka juga kerap kali berpikir berbagai hal dan berbicara banyak tentang satu topik yang ia sangat minati dan juga hanya ingin melakukan sedikit aktivitas.
Biasanya, anak yang lebih sering menderita sindrom ini adalah anak laki-laki daripada anak perempuan. Sebagian besar kasus didiagnosis antara usia lima dan sembilan tahun, dengan beberapa didiagnosis pada usia tiga tahun.
2. Gejala dari sindrom Asperger
Dokter anak pun setuju bahwa sindrom ini tidak separah jenis autisme lainnya. Si Kecil mungkin tampak menunjukkan tanda-tanda sindrom Asperger pada usia dini. Lalu apa saja gejalanya?
Berikut gejala-gejala ketika anak menderita sindrom Asperger:
- Terobsesi pada satu minat
- Selalu menginginkan rutinitas yang berulang-ulang
- Hilang isyarat sosial dalam bermain dan percakapan
- Tidak melakukan kontak mata dengan teman sebaya dan orang dewasa
- Tidak memahami perasaan atau perspektif orang lain
Gejala lainnya adalah ketika anak yang tidak ingin dipeluk atau disentuh dan memiliki reaksi yang tidak biasa terhadap suara, bau, atau rasa.
Hal ini mungkin telah terlihat oleh dokter, guru bahkan Mama sendiri sebagai orangtua.
Ketika Mama sudah mencurigai ada yang tidak beres mengenai komunikasi dan keterampilan sosial pada anak yang tidak berkembang dengan baik. Mama bisa langsung konsultasikan ke dokter yang nantinya si Kecil akan dirujuk langsung ke spesialis perkembangan.
Editors' Pick
3. Penyebab dari sindrom Asperger
Meski belum diketahui pasti, penyebab dari sindrom Asperger ini. Namun, penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor tertentu selama kehamilan maupun setelah melahirkan pun dapat menempatkan anak pada risiko yang lebih tinggi dari diagnosis gangguan spektrum autisme ini.
Untuk faktor-faktor penyebabnya itu biasanya meliputi:
- Gen.
- Kelainan kromosom (seperti sindrom X rapuh)
- Penggunaan obat resep oleh ibu selama kehamilan (seperti asam valproat untuk kejang atau gangguan mood, atau thalidomide untuk kecemasan)
- Lahir dari orang tua yang lebih tua
Jenis gangguan spektrum autisme ini tampaknya lebih sering didiagnosis pada anak laki-laki daripada anak perempuan.
Sindrom asperger ini adalah gangguan neurobiologis, artinya hanya bagian dari perkembangan otak anak yang penyebabnya belum sepenuhnya dipahami.
4. Bagaimana diagnosis sindrom Asperger?
Jika orang tua mengkhawatirkan perkembangan sosial anak, pola bahasa yang tidak biasa, dan perilaku aneh. Mama bisa segera untuk konsultasikan dengan dokter anak.
Nantinya dokter dapat menentukan apakah anak harus diperiksa oleh spesialis, seperti dokter anak perkembangan, psikolog, atau dokter lain yang akrab dengan ASD.
Pengujian dan penilaian nantinya akan melibatkan tim profesional medis dan psikologis. Spesialis akan mengajukan banyak pertanyaan kepada orangtua tentang perkembangan anak dan keterampilan serta masalah saat ini.
Mereka juga akan berinteraksi dengan anak dan melakukan penilaian untuk mengevaluasi gejala apa saja yang ditunjukkan si Kecil saat berinteraksi dengan orang lain.
Mereka juga dapat menilai kemampuan bahasa dan intelektual anak. Seorang dokter medis mungkin akan mengajukan pertanyaan atau memesan tes untuk memastikan tidak ada masalah medis lain untuk anak tersebut.
5. Cara penanganan sindrom Asperger
Sindrom Asperger ini perlu dikenali dan ditangani sejak awal. Bila tidak, anak dengan sindrom Asperger akan sulit mengembangkan potensinya dan sulit untuk bersosialisasi.
Perawatan dini dan teratur dapat membantu si Kecil mengatasi gejala yang berkaitan dengan sindrom Asperger. Hal ini juga dapat mempersiapkan ia untuk kehidupan dewasanya nanti.
Dilansir dari healthline.com ada beberapa macam perawatan yang biasanya mencakup terapi wicara, fisik, okupasi, dan terapi perilaku kognitif (CBT).
Lalu untuk sesi terapi mungkin akan ada sesi seperti ini:
- Keterampilan sosial dan terapi wicara:
Si Kecil mungkin terlihat berbicara dengan baik. Namun, ia mungkin perlu mempelajari keterampilan percakapan yang penting. Keterampilan tersebut termasuk belajar untuk melanjutkan pembicaraan, melakukan kontak mata dengan lawan bicara, menunjukkan minat pada apa yang dikatakan orang, dan belajar berbicara tentang berbagai topik, yang tidak hanya terobsesi pada satu topik. Terapis ini juga memungkinkan belajar mengatasi perasaan seseorang di sekitar orang lain.
- Terapi fisik
Beberapa anak yang didiagnosis dengan sindrom Asperger ini mungkin akan tampak canggung. Seorang ahli terapi fisik bekerja untuk mengembangkan kekuatan inti tubuh seseorang.Terapi Ini akan membantu anak untuk berlari, melompat, mengayuh sepeda, berjalan naik turun tangga, dan aktivitas gerakan fisik lainnya.
- Terapi okupasi
Selanjutnya adalah terapis okupasi. Dimana terapi ini bekerja untuk membantu anak untuk mengatasi masalah sensorik. Seseorang yang didiagnosis dengan sindrom asperger ini mungkin sensitif terhadap pengalaman sensorik tertentu. Hal sensitif itu seperti: kebisingan, sentuhan, bau, atau rangsangan visual. Atau mungkin bisa termasuk bahan-bahan tertentu, seperti tanah liat pemodelan, kapur, pasir, dan air.
Sebelum si Kecil mulai sekolah, terapis okupasi akan mengembangkan kekuatan tangan pra-menulis anak Mama. Begitu nantinya anak masuk sekolah, terapis ini akan membantunya mengembangkan keterampilan menulis tangan.
- Terapi Perilaku Kognitif
Terapi Perilaku Kognitif (CBT) mengajarkan si Kecil yang menderita sindrom ini bagaimana cara untuk bertindak secara sosial dan mengatasi emosi mereka. Terapi ini mengajarkan keterampilan penting seperti mengendalikan impuls, ketakutan, kecemasan, obsesi, menyela, dan mengamuk. Tetapi terapi ini berbeda untuk setiap orang ya, Ma karena akan diberikan berdasarkan kebutuhannya.
- Obat
Tidak ada obat untuk mengobati sindrom Asperger. Karena sebagian besar obat-obatan hanya mengobati kecemasan, depresi, atau ketidakmampuan untuk fokus yang sering dikaitkan dengan sindrom Asperger. Obat-obatan yang biasa diresepkan untuk kecemasan dan depresi termasuk inhibitor reuptake serotonin selektif (SSRI), obat antipsikotik, dan obat stimulan.
Untuk itu, Mama jangan abaikan keterlambatan sosial dan komunikasi awal anak ya. Karena perilaku sindrom ini tidak akan membaik dengan sendirinya apalagi tanpa terapi.
Seiring perkembangan anak di sekolah, terapi dapat berubah untuk mencerminkan kebutuhan si Kecil pada saat itu. Untuk lebih jelasnya, Mama bisa tanyakan kepada terapis bagaimana cara menerapkan terapi di rumah.
Terapi bukanlah pengobatan satu kali, tetapi berulang kali karena dapat membantu anak mengembangkan perilaku yang diinginkan.
Anak-anak tidak boleh dihukum karena perilaku yang tidak diinginkan. Sebaliknya, terapis menggunakan insentif dan penghargaan seperti memberi si Kecil waktu luang ekstra, camilan sehat, atau sesuatu yang penting bagi mereka, untuk mendorong perilaku yang sesuai.
6. Hidup dengan sindrom Asperger
Jika ia didiagnosis sindrom Asperger atau ASD, anak mungkin tidak akan menunjukkan emosi yang apapun dan mungkin tidak memahami ironi dalam lelucon, atau poin-poin dari suatu percakapan. Maka dari itu, Mama perlu untuk mengembangkan hubungan dengan anak. Tetapi hal ini akan membutuhkan latihan dan usaha.
Meskipun sindrom Asperger tidak dapat disembuhkan, tetapi ada terapi yang dapat membantu. Anak bisa sukses di sekolah maupun disaat kehidupannya saat dewasa nanti.
Orang dewasa pun yang didiagnosis dengan sindrom Asperger ini mungkin akan terus membutuhkan terapi atau konseling untuk mengajarkan perilaku pribadi dan tempat kerja yang sesuai.
Nah, itulah penjelasan lengkap mengenai sindrom Asperger yang perlu Mama ketahui. Semoga informasi ini bermanfaat ya, Ma.
Baca juga:
- Sindrom Rett: Pengertian, Gejala, Penyebab, dan Pengobatan
- Sindrom Nefrotik pada Anak: Gejala, Penyebab, dan Pengobatannya
- Cara Berkomunikasi pada Anak dengan Sindrom Asperger