Baru-baru ini viral di TikTok seorang balita perempuan yang mengembuskan napas terakhirnya setelah diketahui mengidap penyakit Neuroblastama. Lewat akun @ikmoll07, Mama dari balita tersebut sempat membagikan bagaimana perjuangan putri kecilnya bernama Naira yang kini telah meninggal dunia akibat penyakit tersebut.
Dalam video terakhir yang viral tersebut, sang Mama kembali mengenang kepergian anaknya dengan mengunggah video berisikan pesan terakhir yang tersirat seolah menjadi kata pamitan untuk sang Mama sebelum dirinya meninggal.
"Bunda tau di sini km seolah pamitan sm bunda, slalu mnta pulang., perjuangan km melawan monster sungguh luar biasa nak.. surga tempat mu nak... bunda hanya rindu, datang ke mimpi bunda y anak surga ku.." tulis sang Mama dalam unggahan tersebut.
Video berisikan sang anak yang terlihat kesakitan sembari berucap "mau pulang" itu pun langsung viral dan membuat banyak netizen turut merasakan duka mendalam. Tak sedikit pula yang bertanya-tanya mengenai Neuroblastama, penyakit yang diderita Naira sebelum dirinya meninggal dunia.
Melansir dari berbagai sumber, berikut akan Popmama.com rangkumkan informasi selengkapnya seputar penyakit Neuroblastama, kanker yang kerap mengidap anak usia balita.
1. Apa itu Neuroblastama?
Instagram.com/kjpargeter
Neuroblastama adalah salah satu jenis kanker pediatrik yang berkembang di sistem saraf. Neuroblastoma tumbuh di jaringan saraf yang belum matang (neuroblast) yang kemudian memengaruhi neuroblas di kelenjar adrenal (organ kecil yang berada di atas ginjal), demikian dilansir dari Cleveland Clinic.
Kelenjar adrenal sendiri menghasilkan hormon yang mengontrol fungsi otomatis tubuh, seperti pencernaan, tekanan darah, pernapasan, dan detak jantung. Kanker langka ini juga dapat berkembang di jaringan saraf di sumsum tulang belakang,kelenjar getah bening, tulang, hati, kulit, atau paru-paru. serta dapat menyebar ke bagian tubuh lain.
Sebagian besar kasus neuroblastoma terjadi pada anak balita berusia usia 5 tahun ke bawah. Meski demikian, pada beberapa kasus, Neuroblastoma juga dapat dialami oleh orang dewasa.
Editors' Pick
2. Penyebab Neuroblastama
Freepik/kjpargeter
Perlu diketahui bahwa sel saraf dan sel kelenjar adrenal manusia berkembang dari neuroblast saat masih di dalam rahim. Setelah lahir, tidak ada lagi neuroblast yang tersisa dan kalaupun ada, biasanya sel tersebut berangsur hilang dengan sendirinya.
Nah, pada kasus Neuroblastama, neuroblast yang ada akan terus berkembang dan membentuk tumor. Sama seperti jenis kanker lainnya, penyebab pasti dari Neuroblastama sendiri masih belum bisa dipastikan.
Namun, para ilmuwan yang meneliti pasien dengan penyakit ini menduga bahwa Neuroblastama terjadi karena mutasi atau perubahan pada gen neuroblast membuat sel dengan membelah diri tanpa terkendali dan pada akhirnya menjadi kanker.
Kanker langka ini memang umum terjadi pada anak usia balita, tetapi bayi yang lahir dengan cacat bawaan diketahui lebih berisiko terkena terjadinya Neuroblastama atau yang memiliki keluarga dengan riwayat penyakit tersebut meski sebenarnya bukanlah penyakit yang diturunkan.
3. Gejala Neuroblastama
Freepik/rawpixel.com
Sama seperti gejala kanker lainnya, gejala Neuroblastoma juga bisa berkisar dari yang ringan hingga berat. Gejalanya bisa bervariasi tergantung pada lokasi tumor dan stadium penyakitnya. Bahkan, tak jarang kanker yang telah menyebar ke bagian tubuh lain baru memperlihatkan gejala yang muncu.
Beberapa gejala yang umum meliputi penyakit ini di antaranya adalah:
Nyeri perut
Muntah
Hilang nafsu makan
Berat badan menurun
Tubuh terasa lelah
Nyeri tulang
Demam
Selain gejala umum di atas, ada pula gejala lainnya yang terjadi pada masing-masing bagian tubuh yang terserang serta tingkat keparahannya. Di antaranya adalah sebagai berikut:
1. Neuroblastoma di perut
Nyeri perut
Sembelit, bisa juga diare
Perut membengkak
Kulit perut terasa keras ketika disentuh
2. Neuroblastoma di dada
Nyeri dada
Sesak napas disertai mengi
Perubahan pada mata (dilihat dari perbedaan ukuran pupil dan penurunan kelopak mata)
3. Neuroblastoma di saraf tulang belakang
Gangguan buang air kecil dan buang air besar
Tubuh melemah
Pincang
Lumpuh
Selain gejala-gejala di atas, penderita Neuroblastoma juga dapat mengalami keluhan lain, seperti:
Benjolan yang teraba di bawah kulit
Bola mata yang terlihat menonjol dari rongganya
Lingkaran hitam, seperti memar yang biasanya terjadi di sekitar mata
Nyeri punggung
4. Pengobatan Neuroblastama
Pexels/Vidal
Sebelum membahas lebih lanjut seputar pengobatan Neuroblastama, penyakit ini lebih dulu didagnosis oleh dokter dengan menanyakan pada orangtua pasien terkait gejala yang dialami anaknya, serta riwayat penyakit dan riwayat kanker pada keluarga.
Setelah itu, barulah dokter akan melakukan pemeriksaan fisik secara menyeluruh dengan melihat fungsi, refleks, dan kemampuan koordinasi saraf. Beberapa pemeriksaan penunjang yang juga akan dilakukan di antaranya adalah tes darah atau urine, USG, CT scan atau MRI, aspirasi dan biopsi sumsum tulang, serta pemindaian MIBG (meta-iodobenzyl-guanidine).
Setelah dinyatakan mengidap Neuroblastama, pengobatan yang dilakukan akan tergantung pada stadium, usia, serta tingkah keparahan kondisi sang anak. Tak hanya itu, pengobatan juga akan dilakukan dokter dengan melihat apakah anak tersebut memiliki kelainan pada gen dan kromosom atau tidak.
Sama seperti jenis kanker pada umumnya, pengobatan untuk kanker langka satu ini juga meliputi operasi pengangkatan tumor yang dilakukan jika Neuroblastama belum menyebar luas. Barulah setelah itu kemoterapi atau radioterapi akan dilakukan untuk menghilangkan sisa sel kanker.
Ada pula pengobatan transplantasi sumsum tulang yang dilakukan dengan mengambil sel punca dari sumsum tulang belakang anak itu sendiri. Pengobatan terapi imun yang bertujuan untuk merangsang sistem kekebalan tubuh agar dapat membunuh sel Neuroblastama.
Dokter juga bisa melakukan MIBG yang tak hanya dilakukan sebagai metode pemeriksaan, tetapi juga untuk pengobatan dengan memasukkan MIBG yang mengandung radioaktif ke dalam aliran darah dan akan masuk ke dalam sel kanker serta melepaskan radiasi untuk membunuh sel kanker tersebut.
Penyakit yang kerap menderita balita ini perlu segera ditangani agar tidak menyebabkan komplikasi, berupa penyebaran sel kanker, sindrom paraneoplastik, serta tekanan pada saraf tulang belakang.
5. Bisakah Neuroblastama dicegah?
Freepik/Lifestylememory
Dikarenakan penyebab pastinya yang belum diketahui, belum ada langkah pasti pula yang dapat dilakukan untuk mencegah perkembangan sel kanker tersebut.
Kendati begitu, para ilmuwan menyarankan agar orangtua dapat melakukan pemeriksaan genetik untuk mengetahui seberapa besar kemungkinan menderita Neuroblastoma, terutama bila ada riwayat Neuroblastoma di dalam keluarga.. Namun, penting diingat bahwa Neuroblastoma yang diturunkan sangat jarang terjadi, yakni hanya 1% hingga 2% kasus saja.
Jika anak mama memiliki gejala dari penyakit ini, segera bawa ia ke penyedia pelayanan kesehatan terdekat agar diagnosis dan pengobatan dini dapat segera dilakukan sebelum terlambat.
Para orangtua yang memiliki anak dengan penyakit langka ini pun bisa bergabung dengan kelompok dukungan kanker untuk berbagi pengalaman dan mendengarkan cerita tentang harapan satu sama lain yang dapat memberikan dorongan untuk selalu semangat mendampingi anak-anak tercinta.