Studi: Perilaku Anak 3 Tahun Bisa Prediksi Karakternya di Usia 26
Menurut penelitian, perilaku anak 3 tahun bisa memprediksi karakter anak di usia 26 tahun
24 Februari 2024
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Dalam sebuah penelitian, telah diamati sebanyak 1.000 anak berusia 3 tahun yang menunjukkan tanda-tanda yang bisa diprediksi pada perilaku mereka saat usianya menginjak 26 tahun.
Temuan ini menyoroti betapa pentingnya masa prasekolah dalam membentuk dasar-dasar kepribadian seseorang yang akan berdampak jangka panjang dalam kehidupan mereka. Di sini, peran orangtua sangatlah penting dalam memerhatikan pola perilaku dan respons anak pada usia yang sangat muda tersebut.
Pondasi anak di usia emas ini perlu diperhatikan dari para orangtua maupun para pendidik dan pengasuhnya, agar si Kecil dapat memiliki wawasan yang lebih baik tentang bagaimana mengarahkan perkembangan mereka menuju masa dewasa yang positif dan berkelanjutan.
Oleh karena itu, berikut Popmama.com akan rangkumkan beberapa cara yang bisa Mama dan Papa lakukan dalam memberikan pola asuh untuk membentuk karakter positif pada anak di kemudian hari. Disimak yuk, Ma!
Editors' Pick
1. Ajarkan anak untuk berempati
Meski usianya masih sangat belia, mengajarkan hal-hal baik pada anak justru perlu dibiasakan sejak usia tersebut, Ma.
Pasalnya, di usia ini anak memiliki daya ingat yang lebih baik daripada orang dewasa, sehingga mereka akan lebih mudah menirukan apa yang orangtuanya ajarkan sejak kecil.
Salah satu yang perlu ditanamkan pada anak untuk menunjang karakter positif di masa depan adalah ajarkan anak untuk berempati. Empati adalah kemampuan untuk memahami dan merasakan perasaan serta pengalaman orang lain, dan ini merupakan keterampilan sosial yang sangat berharga dalam hubungan antarpribadi.
Dengan mengajarkan anak tentang empati sejak dini, kita membantu mereka untuk menjadi individu yang peduli, pengertian, dan dapat berempati terhadap orang lain. Jangan biarkan anak untuk terbiasa berbuat salah pada dirinya maupun orang lain sejak masih kecil.
Misalnya, saat anak melakukan kesalahan pada temannya, Mama sebaiknya mengajarkan mereka untuk meminta maaf dan tidak membiarkan kesalahan tersebut hanya karena berpikiran bahwa anak-anak itu masih belum mengerti.
"Ah nggak apa, kan dia masih kecil," kalimat seperti ini sebaiknya tidak dibiasakan pada anak ketika mereka berbuat salah ya, Ma.
Saat anak tidak diajarkan berempati sejak dini, justru ini bisa membuatnya memiliki emosi tidak stabil, egois, bahkan mudah melawan orangtua, saat sudah dewasa nanti.
2. Ajarkan anak keberanian sejak dini
Pola asuh lain yang tak kalah penting untuk diajarkan sejak dini adalah keberanian, yang penting dalam pembentukan kepribadian dan kemandirian mereka.
Keterampilan ini memberikan landasan yang kuat bagi anak untuk menghadapi tantangan dan mengatasi rasa takut yang mungkin mereka hadapi saat dewasa ataupun sepanjang hidup mereka kelak nanti.
Nah, ketika anak belajar untuk menjadi berani, maka mereka juga mulai mengembangkan kepercayaan diri yang penting untuk mengambil risiko yang sesuai dan menghadapi situasi yang menantang.
Mengajarkan pola asuh satu ini sejak dini juga bisa memupuk rasa percaya diri yang tinggi, sehingga saat besar nanti, anak tidak menjadi pribadi yang pemalu dan takut untuk tampil memerlihatkan kemampuannya.
Selain itu, keberanian yang ditanamkan sejak kecil juga nantinya bisa menghindari anak agar tidak menjadi pribadi yang mudah menyerah, pesimis, serta takut melakukan sesuatu yang baru.