Cara Menjaga Psikososial Anak Balita saat Pandemi Covid-19 Berlangsung
Anak mungkin jenuh, tapi mungkin mereka tidak bisa mengutarakannya kepada orang lain
19 Mei 2020
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Saat ini wabah virus corona atau Covid-19 masih terus dalam status waspada. Pemerintah sering mengingatkan seluruh masyarakat untuk tetap melakukan physical distancing. Dalam lingkungan sosial, ketetapan untuk jaga jarak ini harus diterapkan dengan baik.
Semua demi melakukan pencegahan agar penyebaran virus corona tidak melaju cepat seperti masa sebelumnya.
Bagi orang dewasa, berkegiatan sesekali keluar rumah dengan menggunakan masker dan berjaga jarak dengan orang lain adalah hal yang mulai dianggap normal. Banyak orang menyebut ini sebagai new normal.
Namun bagaimana jika di rumah, kamu memiliki anak balita? Terutama jika usia mereka masih berkisar 1-3 tahun.
Mungkin saja anak-anak merasa bosan, sedih karena tidak bergaul seperti biasanya dengan teman mainnya, sementara karena masih sangat kecil, mereka belum pandai mengekspresikan apa yang mereka alami.
Menanggapi fenomena ini, Tanoto Foundation menyelenggarakan webinar “Menjaga dan Mengembangkan Aspek Psikososial (Psikologi dan Sosial) Anak Usia Dini dalam Situasi Covid-19” pada Senin (18/5/2020).
Dalam sesi ini dapat disimpulkan bahwa anak butuh dukungan dari orangtua, guru, hingga masyarakat agar tetap sehat secara psikologis selama pandemi Covid-19 berlangsung.
Berikut Popmama.com telah merangkumnya untuk Mama ketahui.
1. Perubahan rutinitas bisa membuat anak merasa bingung
Bagi orang dewasa, mungkin kita sudah beradaptasi. Kondisi baru ini menjadi hal nyata yang dianggap normal.
Tapi berbeda untuk anak balita. Biasanya mungkin ada yang pergi sekolah di pagi hari, lalu main sepeda sore hari. Di situlah anak-anak berkumpul dan bermain dengan teman-temannya.
Di masa pandemik, dunia si Kecil berubah.
Mendadak anak diminta untuk beraktivitas di dalam rumah saja. Kegiatan di luar rumah dihentikan sehingga mereka hanya berinteraksi dengan keluarga saja. Perubahan ini berlangsung cukup lama dan bisa membuat anak stres.
"Anak-anak usia dini tidak sepenuhnya memahami apa yang sedang terjadi. Ia mengalami perubahan rutinitas yang bisa menimbulkan cemas bahkan stres," ungkap Fitriani Herarti, Spesialis Perkembangan Anak dari ChildFund Internasional di Indonesia.
Editors' Pick
2. Penting bagi orangtua untuk memberi perhatian penuh dan melakukan disiplin positif
Orangtua perlu memberi perhatian dan pendampingan pada anak. Ini menjadi tuntutan tambahan bagi orangtua selama kegiatan anak-anak seluruhnya berlangsung di rumah saja.
Tujuannya adalah untuk mengelola perilaku anak dengan melakukan disiplin positif dan membangun komunikasi yang baik.
Orangtua mungkin harus bekerja dari rumah sambil mengurus anak. Meski berat tapi inilah realita hari ini.
Orangtua perlu menjalankan kedisiplinan, baik untuk dirinya sekaligus untuk memberi contoh pada anak-anak di rumah.
Fitriani menyarankan pola disiplin positif untuk mengelola perilaku anak.
"Disiplin positif jadi lebih menggunakan hal-hal positif dalam menjelaskan situasi pandemik. Bisa menggunakan kata-kata positif, bisa juga dengan menjadi contoh, karena nak-anak itu lebih belajar dari apa yang dilihat bukan didengar," ucapnya.