Jangan Langsung Kesal Ya Ma, Tantrum Ternyata Punya Manfaat Baik Lho
Ternyata temper tantrum adalah bagian penting dari kesehatan emosional balita
10 September 2020
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Hal yang paling menantang ketika memiliki balita adalah ketika mereka sedang tantrum, setuju?
Sebagai orangtua pasti menginginkan agar anak selalu tersenyum dan merasa nyaman tetapi pasti akan merasa nggak berdaya bahkan kewalahan kalau melihat anak menangis hingga berbaring di lantai sambil menjerit.
Jangan mudah marah ketika melihat si Kecil sedang tantrum ya, Ma karena tantrum sangat penting bagi kesehatan emosional anak dan kita dapat belajar untuk lebih tenang dalam menghadapi mereka.
Dilansir dari Parents, berikut adalah 7 alasan penting mengapa tantrum itu baik untuk perkembangan anak. Yuk, ketahui manfaat anak tantrum berikut ini.
1. Tantrum akan membuat emosional anak lebih baik
Tahukah Ma, kalau air mata mengandung kortisol, dan hormon stres. Ketika kita menangis, kita benar-benar melepaskan stres dari tubuh kita.
Air mata dipercaya dapat menurunkan tekanan darah dan meningkatkan kesejahteraan emosional, asalkan ada orang yang dicintai dekat untuk memberikan dukungan.
Kamu mungkin telah memperhatikan bahwa ketika anak sedang tantrum, tidak ada yang benar dihadapannya. Dia terus akan marah, frustrasi, atau merengek.
Kamu mungkin juga memperhatikan bahwa selesainya ia tantrum, ia berada dalam suasana hati yang jauh lebih baik. Ini akan membantu jika kita membiarkan anak-anak kita mengamuk tanpa mencoba mengganggu proses tantrumnya sehingga mereka sampai ke perasaan akhir mereka.
Jadi, penting untuk membiarkan anak tantrum tanpa kita memaksanya untuk diam.
"Menangis bukanlah rasa sakit, tetapi proses menjadi tidak terluka," jelas Deborah MacNamara, Ph.D., seorang pendidik orangtua dan penulis buku Rest, Play, Grow: Making Sense of Preschoolers.
2. Menangis dapat membantu anak belajar
Tantrum menjadi cara anak berjuang dan mengekspresikan rasa frustrasi mereka, tugas mama adalah membantu mereka untuk menjernihkan pikirannya sehingga mereka dapat mempelajari sesuatu yang baru.
Contohnya, ketika anak sedang marah karena puzzle-nya nggak pernah benar tersusun, setelah selesai menangis dan marah ia akan kembali mempperbaiki mainannya dengan lebih fokus.
"Belajar sama alamiahnya dengan anak-anak seperti bernapas," kata Patty Wipfler, pendiri Hand in Hand Parenting. "Tapi ketika seorang anak tidak dapat berkonsentrasi atau mendengarkan, biasanya ada masalah emosional yang menghalangi perkembangannya." Penelitian menunjukkan bahwa anak harus merasa bahagia dan rileks ketika sedang belajar dan mengekspresikan gangguan emosi adalah bagian dari proses ini.