Tantrum adalah hal yang umum terjadi pada anak-anak, terutama di usia balita. Momen ini bisa menjadi tantangan besar bagi para orangtua, karena seringkali muncul di situasi yang tidak terduga.
Mulai dari menangis keras, berguling di lantai, hingga menjerit, tantrum kerap membuat mama merasa bingung dan kewalahan. Namun, jangan khawatir, Ma!
Tantrum sebenarnya adalah bagian dari proses tumbuh kembang anak untuk belajar mengenali emosi mereka. Terpenting adalah bagaimana mama dan orang sekitar si Kecil menyikapi dan mengatasinya dengan bijak.
Berikut Popmama.com rangkum cara pintar mama mengatasi tantrum anak, yuk dicoba di rumah!
1. Biarkan anak meluapkan emosinya dengan aman
Pexels/Helena Lopes
Mengizinkan anak mengekspresikan emosinya penting untuk perkembangan mereka. Pastikan lingkungan sekitar aman dan bebas dari benda berbahaya saat mereka meluapkan perasaan.
Bawa anak ke tempat yang aman dan jauh dari barang-barang atau lingkungan berbahaya. Beberapa anak merespons ketidaknyamanan atau ketidaksukaan mereka dengan tantrum. Ketika sudah lelah ia akan berhenti, di sini orangtua bisa mengambil alih.
2. Jangan memaksa anak berhenti menangis atau mengalihkan perhatian secara paksa
Pexels/Jep Gambardella
Memaksa anak berhenti menangis atau mengalihkan perhatiannya secara tiba-tiba dapat membuat mereka merasa tidak dimengerti. Sebaliknya, biarkan mereka mengekspresikan emosinya hingga reda.
Cara ini juga menjadi bumerang karena anak tidak diajarkan mengerti emosinya. Kelak anak bisa tidak tervalidasi emosinya karena ia terbiasa mengalihkannya ke aktivitas lain, bukan menuntaskan perasaannya.
Editors' Pick
3. Membimbing anak untuk memvalidasi emosi dengan menyebutkan namanya
Pexels/Phil Nguyen
Anak-anak belum mengerti tentang emosi mereka, di sini peran orangtua membimbing agar mereka bisa mengenali secara bijak. Dengan membantu anak mengenali dan menamai emosinya, seperti mengatakan "Kamu sedang marah tapi tidak apa-apa".
Ini dapat meningkatkan kesadaran emosional mereka dan membantu dalam pengelolaan emosi di masa depan. Orangtua bisa berulang kali menyebutkan nama-nama emosi ini saat anak tantrum.
4. Tawarkan pelukan setelah anak tenang dan jelaskan penyebab emosinya
Pexels/Ksenia Chernaya
Setelah anak mulai tenang, menawarkan pelukan dapat memberikan rasa aman. Ini mengirimkan sinyal kepada anak bahwa orangtuanya adalah 'safe space' sehingga ia tidak perlu takut untuk dihakimi meski sedang marah.
Cara ini akan membantu anak mengelola emosinya lebih baik ke depan. Karena orangtua memberikan contoh afirmasi lembut yang memvalidasi emosi anak.
Selanjutnya, orangtua juga bisa menjelaskan dengan lembut bahwa perasaan marahnya disebabkan oleh situasi tertentu itu tidak apa-apa. Apalagi jika anak memaksa memberikan mainan, jangan lupa berikan alasan mengapa keinginannya tidak dapat dipenuhi.
5. Meluapkan emosi itu wajar, tetapi aktivitas lain harus tetap berjalan
Pexels/Arzella BEKTAŞ
Memberitahu anak bahwa mengekspresikan emosi seperti menangis atau marah adalah hal yang normal. Namun, setelahnya mereka juga perlu melanjutkan rutinitas seperti makan atau mandi.
Cara ini akan membantu mereka memahami batasan dalam mengekspresikan emosi. Meski habis sedih dan marah, anak harus tetap bisa melanjutkan aktivitasnya. Ini memberi sinyal bahwa regulasi emosi sangat penting.
6. Konsistensi dalam pola asuh: Seluruh anggota keluarga harus sepakat
Pexels/cottonbro studio
Penting bagi semua anggota keluarga, termasuk mama, papa, kakek, dan nenek, untuk menerapkan pola asuh yang konsisten. Ketidaksepakatan dapat membingungkan anak dan menghambat proses pembelajaran emosional mereka.
Pasalnya jika ada salah satu pihak tidak kompak, anak akan menjadikan orang tersebut sebagai pelarian. Anak juga tidak akan menyerap soal validasi emosi ini dengan baik kelak.
Dengan menerapkan strategi-strategi di atas, orangtua dapat membantu anak mengatasi tantrum dengan lebih efektif dan mendukung perkembangan emosional mereka secara sehat.
Itulah tadi cara pintar mama mengatasi tantrum anak. Semoga membantu ya!